Vote dulu sebelum baca ya 😊
--------------------------
Maret, 2007
Dua minggu telah berlalu setelah Raina mengetahui fakta bahwa dirinya dan Mizella berulang tahun pada hari yang sama.
Tidak ada yang bisa ia lakukan lagi setelah mengetahui itu. Setiap ia hendak ingin mengatakan pada Mizella semuanya, ia selalu di hadapkan dengan rasa kesal dan risih.
Muncul dalam otaknya,
“ Kenapa harus aku yang terlihat bodoh seperti ini? Bukankan dia yang ingin mengajak watu dia ulang tahun? harusnya dia yang bertanya dan mengatakan kan? Ahh.”Selalu saja rasa gengsi dan rasa tak mau terlihat kalah ada di benaknya.
Dan itu selalu muncul disaat ia hendak ingin berbicara mengenai hal itu.
“ Sudahlah. Akan aku katakan lain kali atau besok saja.”
“ Mizella. Kita piket kelas hari ini kan?” Pertanyaan itu muncul dari seorang gadis yang tengah memegang sebuah sapu di tangannya.
Wajahnya tegap lurus menatap wajah Mizella yang masih terlihat membereskan buku-bukunya untuk dimasukannnya kedalam tas.
“ Iya. Tunggu sebentar ya.” Jawab Mizella pelan sembari tersenyum pada gadis itu.
Gadis itu mengangguk dengan pasti sembari tersenyum riang. Tampak dari wajahnya keceriaan sebab dapat berteman dengan Mizella yang selalu terlihat ceria.
Mizella yang banyak disukai oleh teman-teman sekelasnya. Tapi sayang, Mizella hanya berteman dengan Raina selalu.
“ Raina, kamu pulang duluan saja hari ini. Aku piket kelas dulu. Minggu sekarang kan piket kelas sudah dibagi.” Ujar Mizella dengan tenang menatap Raina yang masih duduk di bangkunya disaat semua teman sekelasnya sudah berhamburan keluar kelas untuk pulang.
“ Biar aku tunggu.” Jawaban Raina spontan membuat Mizella mengerutkan kening. Tatapan Raina yang dilihatnya sangat berbeda hari ini.
Entah apa yang difikirkan Raina, yang jelas itu benar-benar aneh dimata Mizella.
“ Baiklah kalau begitu, tapi..”
“ Piket saja cepat.” Mendengar itu Mizella langsung menghela nafas panjang. “ Ada apa lagi ini?”
Mizella dan gadis kepang dua itu menyapu kelas dengan santainya.
Dua teman laki-laki yang juga ikut serta juga membantu mereka mengangkat kursi agar mudah menyapu debu yang begitu banyak.
Mizella tampak sangat tenang sembari tersenyum bersama gadis itu. Ia tak menghiraukan mata Raina yang sangat risih melihat pemandangan itu. Entah kenapa, Raina kesal melihatnya.
“ Mizella, kakak kamu namanya kak Sunny kan?” Pertanyaan yang dilontarkan salah satu laki-laki di samping Mizella membuat Mizella menoleh dan mengangguk pelan.
“ Darimana kamu tau?” tanya Mizella.
“ Kakakku sekelas dengan kak Sunny.”
“ Benarkah?” Ujar Mizella antusias. Ia bahkan menghentikan aktifitasnya dan menatap laki-laki di sampingnya dengan mata berbinar.
“ Oh iya, aku belum tau namamu. Namamu siapa?” Pertanyaan Mizella membuat kedua laki-laki itu saling tersenyum dan mendekat.
“ Aku Ridwan. Dan dia Gani. Kita sudah dua minggu sekelas tapi kamu belum tau nama kita ya?” Ujar Ridwan sembari menjulurkan tangannya di depan Mizella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja, Gerimis dan Hujan
Romance(COMPLETE) Bagaikan hujan yang mengguyur dikala senja. Ada saatnya datang tanpa didahului gerimis, ada pula saatnya datang tetapi di akhiri oleh gerimis. Bagaikan gerimis yg menjelang dikala senja. Kesejukan yang menenangkan kadang di akhiri hujan y...