BAB 6

9.8K 960 30
                                    

Hari minggu, masih awal September, Beta kembali mendapatkan Gamma sebagai sahabat barunya. Dia senang? Pasti.

Pagi ini, Gamma berjanji akan menjemputnya. Mereka akan jalan-jalan. Kata Gamma, itu sebagai permintaan maaf cowok itu. Kalau sudah begini, nikmat mana lagi yang kamu dustakan?

"Tumben hari minggu rapih, biasanya nggak pernah mandi. Mau ke mana, sih?" Julia bertanya begitu melihat Beta turun dari tangga dengan pakaian rapih.

"Beta mau jalan-jalan dong. Sama Gamma," ujar Beta diakhiri senyum.

Alfa yang sedang meminum kopi terbatuk-batuk karena ucapan Beta. "Gamma? Gamma Skelter?"

Beta memutar bola mata malas. "Gammaliel, personil GAC."

Alfa langsung menggeleng pelan, wajahnya ikut mendramatisir. "Nggak mungkin," ujarnya tidak percaya.

"Ih, Mama liat tuh Bang Alfa, ngeledekin Beta!" adunya pada Julia. Ini senjata paling ampuh buat Beta kalau-kalau Alfa mengganggunya.

"Alfa....." langsung deh, Julia menegur anak sulungnya.

Alfa sih sudah tidak ngaruh dengan teguran Mamanya, sudah biasa Beta mengadu seperti itu. Alfa justru tertawa membayangkan Gamma mengajak Beta jalan-jalan. "Ta?"

"Apaan?" tanya Beta kesal.

"Gamma salah makan kali ngajak Beta jalan-jalan," Alfa tertawa.

"Apaan sih lo? Nggak jelas."

"Beta," Julia menatap tajam anak bungsunya yang menggunakan panggilan tidak sopan untuk Abangnya sendiri.

Beta meminta maaf, dia memang suka menyebut Alfa dengan kata 'lo' kalau sudah kesal. Salah Alfa dong, kenapa membuat Beta kesal?

Daripada Beta semakin diledek Alfa hingga cewek itu harus mengeluarkan kata-kata kasarnya, lebih baik dia segera pamit. Bisa dipecat jadi anak kalau sampai semua nama hewan di kebun binatang keluar dari mulutnya. Selama di rumah dan di sekolah, Beta memang menjadi anak baik-baik. Meskipun kadang suka salah bicara.

Dengan lompatan kecil, Beta menyebrangi jalan hingga sampai tepat di depan rumah Gamma. Dia bisa mendengar Gamma yang memarahi Omega, dan suara Tante Mona yang memarahi Gamma. Kalau dari suaranya, sepertinya ini masalah kiranti kemarin.

Demi kesopanan, Beta mengetuk pintu rumah Gamma. Tidak perlu menunggu waktu lama, Gamma keluar dengan pakaian rapih. "Eh, Gamma kan janji mau jemput Beta."

Beta nyengir. "Nggak apa-apa, Gamma kelamaan, sih," dia terkekeh.

"Masuk, Ta," Gamma memberikan ruang bagi Beta untuk masuk ke dalam rumahnya.

Selama hampir dua tahun, ini baru pertama kalinya Beta menginjakkan kaki di rumah Gamma lagi. Beta terlalu excited, hingga tanpa sengaja bahunya menabrak pintu.

"Nggak apa-apa, Ta?" tanya Gamma.

Beta menggeleng. "Nggak apa-apa kok," diakhiri dengan ringisan. Sumpah, ini sakit banget, batinnya.

Karen Beta bilang kalau dia tidak apa-apa, jadi Gamma melangkah masuk dan Beta mengikutinya dari belakang. Beta sudah senyum-senyum memandangi punggung Gamma. Bayangan kalau mereka akan jalan-jalan dan menghabiskan hari minggu bersama membuat Beta sangat bahagia. Dia yakin kalau hari ini akan menjadi hari terhebat selama hampir dua tahun tidak merasakannya.

"Beta," sapa Tante Mona begitu Beta sudah sampai di ruang keluarga.

"Tante," sapa Beta balik. Matanya berkeliling mengamati seisi ruang keluarga ini. Kemudian, wajahnya berubah sedih ketika melihat sosok Sheryl yang sudah duduk manis di sofa. Jadi, mereka tidak hanya berdua?

BETA & GAMMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang