BAB 20

8.9K 858 27
                                    

Beta menggeliat begitu mendengar bunyi alarm dari atas nakasnya. Bunyi bising yang terdengar tepat di samping telinganya sejauh dua meter itu berhasil membuat matanya terbuka, kemudian tangannya bergerak menghentikan bunyi itu.

Tubuhnya lantas bangkit, kemudian berdehem begitu Mamanya memanggil. "Ta, Gamma udah nunggu tuh."

"Iya, Ma. Beta mandi dulu," jawabnya, tanpa perlu membuka pintu.

"Is, kamu ini. Cepetan!" Mamanya kembali berteriak.

"Iya, iya," langkahnya dengan gontai berjalan menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamarnya sendiri. Dia tersenyum, hari ini akan menjadi salah satu hari paling indah dalam hidupnya. Dia bersyukur, bisa menghirup oksigen sebanyak-banyaknya pagi ini, dan menginjak lantai keramik kamarnya dengan kaki telanjang, serta masih bisa melihat seisi kamarnya dengan jelas. Beta bersyukur ketika bangun tidur. Tuhan dengan baik hati masih memberikan kehidupan padanya, meski masih banyak hal yang dia sia-siakan.

---

"Sumpah, sumpah, Beta seneng banget," Beta mengguncang lengan Gamma berkali-kali saat akan menuju rumah cowok itu.

Gamma menarik kedua sudut bibirnya ke atas, membentuk lengkungan hingga matanya menyipit. "Kan Omega yang ulang tahun."

"Eh, Beta aja nggak ngado," katanya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Omega nggak butuh kado dari Beta. Beta udah ikut aja, dia udah seneng," Gamma terkekeh. "Oh iya, Aksa juga ikut kita."

"Kenapa?"

"Papa Gamma yang ngajak. Nggak masalah sih, selama ini hubungan Gamma, Omega sama Aksa baik. Jadi, perjodohan aja nggak bisa bikin kami jaga jarak," jelas Gamma.

Beta hanya mengangguk, kemudian mengikuti Gamma berjalan masuk menuju ruang keluarga yang ternyata sudah dipenuhi orang-orang yang akan ikut ke pantai hari ini. Beta tersenyum saat melihat Lantanio sudah duduk manis bersama Gio di sampingnya. Cowok itu terlihat sedang bercerita banyak hal entah apa. Beta sendiri senang melihatnya. Baginya, melihat kebahagiaan orang itu menjadi kebahagiaan tersendiri untuknya. Terlebih, Lantanio adalah temannya yang paling baik dan pengertian.

"Om Gio," Beta mencium punggung tangan Gio dan menyapanya. "Seru banget, nih, ngobrolnya," katanya.

Gio hanya terkekeh, kemudian melirik Lantanio sekilas. "Om nggak nyangka aja kalo Om sama Lantanio punya hobi yang sama, selera musik yang sama, makanan yang sama, acara tv yang sama, pokoknya banyak yang sama, deh."

Lantanio hanya diam saat Gio mengatakan itu. Beta yang melihat cowok itu tidak akan mengatakan apa pun lantas bertanya. "Hobi Om kan mengotak-atik barang-barang. Emang Lantanio bisa?"

Beta ingat betul kalau hampir semua barang yang ada di kamar Gamma itu buatan Gio. Mulai dari lemari buku, lampu tidur, lemari untuk menyimpan barang-barang, kursi belajar, dan masih banyak lagi. Gamma sering sekali menceritakan kegiatan Gio jika pria itu tidak ada pekerjaan. Gio senang menghabiskan waktunya di halaman belakang dengan barang-barang bekas atau baru yang akan dibuat peralatan rumah tangga atau hiasan. Hobinya itu ternyata meringankan pengeluaran keluarga ini. Lumayan, dibanding harus membeli lemari buku yang harganya ratusan ribu bahkan jutaan.

"Udah siap, kan? Ayok berangkat," ujar Mona begitu jalan menuruni tangga.

Aksa lebih dulu berjalan bersama Omega sambil mengobrol sesekali keduanya tertawa. Beta yang melihat itu tahu sekali, perjodohan tidak bisa membuat jarak di antara pertemanan keduanya. Mereka bisa saling bersikap dewasa, meski sama-sama menolak perjodohan ini. Semoga saja, ada setitik kecil di hati Gio untuk membatalkan perjodohan antara Omega dengan Aksa. Meski kemungkinannya nol koma nol satu persen. Setidaknya, masih ada kemungkinan.

BETA & GAMMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang