"Ta, Gamma belom telepon lagi?" Julia berteriak dari arah dapur karena Beta sedang menonton televisi di ruang keluarga.
"Belom, Ma," Beta balas berteriak agar suaranya terdengar sampai ke dapur.
Tadinya, Beta memang sedang menonton televisi. Tapi, sekarang dia sedang mengamati foto-foto pernikahannya dengan Gamma. Dia masih ingat betapa beratnya hubungan ini. Banyak yang mereka alami sebelum atau setelah memutuskan untuk menikah.
Kalian sudah mengetahui kalau Beta harus menunggu Gamma selama empat belas tahun untuk kembali ke Jakarta dan menemuinya. Setelah malam itu, setelah Beta mengajak Gamma untuk menikah, pria itu meminta restu pada kedua orangnya besok paginya.
Lalu, Gamma membawa keluarganya untuk melamar Beta dua minggu setelah itu. Banyak rintangan yang harus mereka lewati sebelum hari pernikahan. Beta harus selalu bisa menahan emosinya karena Gamma yang selalu menunda-nunda tanggal pernikahan mereka karena pekerjaan pria itu. Beta tahu, Gamma harus selalu mendampingi Presiden pada pertemuan-pertemuan di dalam atau di luar negeri. Tapi, dia kesal juga setiap Gamma menunda tanggal pernikahan mereka sebanyak lima kali. Kalian bisa bayangkan itu?
Tapi, akhirnya mereka bisa menikah enam bulan kemudian. Manda dinyatakan hamil setelah lima bulan pernikahan mereka.
"Hebat, suami kamu tokcer," kekeh Julia saat itu.
Beta hanya mendengus keras-keras sebagai jawabannya.
Saat ini pun masih sama, Gamma sibuk. Pria itu sedang berada di Australia untuk mendampingi Pak Presiden dalam pertemuan untuk menjalin hubungan bilateral antara Indonesia dengan Australia. Padahal, dokter mengatakan kalau Beta kemungkinan akan melahirkan lima hari lagi. Sungguh tega pria itu. Tapi, Beta sangat menyayanginya.
"Ta, mungkin Mama Mona, tuh!" Julia kembali berteriak.
Beta mengerjapkan matanya karena kaget. Dia melamun lagi. Ah, betapa dia sangat merindukan pria itu di sisinya. Kenapa Gamma lama sekali pulangnya? Semoga saja suaminya itu bisa pulang sebelum dia benar-benar melahirkan putrinya. Ya, Beta akan melahirkan seorang putri jika berdasarkan USG waktu itu.
"Iya, Beta buka pintu dulu," ujarnya, kemudian berjalan menuju pintu utama. Hari ini, rencananya Mama Julia dan Mama Mona akan menginap di tempat tinggalnya dengan Gamma mengingat hari persalinan sebentar lagi. Gamma memang belum membeli rumah untuk mereka tempati, keduanya masih tinggal di rumah dinas yang sudah ditempati Gamma selama kurang lebih dua tahun.
"Assalamu'alaikum," ujar seseorang dari luar yang suaranya sangat Beta kenali.
"Wa'alaikumsalam," katanya bersamaan dengan pintu yang terbuka. Beta tersenyum, kemudian menyalami mama mertuanya. "Masuk, Ma. Sini, tasnya Beta bawain," baru saja tangannya ingin menyentuh tas yang berada dalam genggaman mama mertuanya, Mona sudah menggeleng.
"Nggak usah, biar Mama aja yang bawa," ujar wanita itu sambil tersenyum.
Keduanya sama-sama melangkah masuk, tapi kemudian Beta berhenti ketika merasakan sesuatu.
"Kenapa?" Mona bertanya dengan dahi mengernyit bingung. "Apa yang sakit?" kemudian dia bertanya was-was.
"Nggak kok, Ma," jawab Beta. Entahlah, dia hanya takut kalau dia salah karena ini merupakan kehamilan pertamanya. Mungkin yang dia rasakan hanya sakit perut biasa. Lagipula, dokter mengatakan kalau Beta akan melahirkan lima hari lagi. Dia tidak akan melahirkan tanpa ada Gamma di sampingnya.
---
"Halo?" Beta mengangkat ponselnya begitu Gamma menelepon.
"Sayang, udah makan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BETA & GAMMA
Teen FictionIni tentang keberanian Gamma, dan Beta yang selalu melindunginya. Cover by @jacalloui Copyright©2016, by Oolitewriter