Gio sedang merapikan beberapa berkasnya di atas meja setelah selesai mempelajari sebuah kasus bersama teman-temannya di salah satu rumah makan dekat pengadilan tempatnya melaksanakan sidang sore nanti.
"Pak Gio, kami duluan," ucap seseorang berpakaian formal pada Gio.
Setelah Gio menganggukkan kepalanya dan tersenyum, orang itu berjalan pergi meninggalkannya bersama tiga orang di belakangnya.
"Kita langsung pulang, Pak?" Lukman bertanya sopan.
"Kita ke kantor dulu. Ada beberapa hal yang harus saya urus di sana," jawabnya cepat. Semua berkas sudah masuk ke dalam tas kerjanya. Gio lantas berdiri, kemudian berjalan meninggalkan rumah makan bersama Lukman di belakangnya.
Lukman dengan sigap langsung membukakan pintu penumpang di belakang, tapi Gio tidak kunjung masuk. Dia kemudian bertanya. "Ada apa, Pak?"
"Saya harus ke tempat fotokopi sebentar. Kamu masuk saja," katanya kemudian berlalu.
Gio melangkahkan kakinya ke tempat fotokopi yang terletak sekitar lima ruko dari rumah makan tadi. Di ruko ketiga, terdapat gang yang cukup besar dengan semak-semak di sisi kanan dan kiri jalan. Di sana, dia melihat Panji yang sedang berbicara dengan Wildan. Gio melangkah mendekati Panji, berniat untuk menyapanya. Namun, saat mendengar apa yang diucapkan kedua orang itu, langkahnya lantas terhenti.
"Nanti malam, habisi Gamma. Jangan sampai anak itu bisa menjelaskan semuanya pada wartawan. Biar saya yang urus Lantanio dan temannya," ujar Panji.
Gio mengepalkan kedua tangannya begitu nama Gamma disebut. Tidak ada yang boleh menyentuh keluarganya, termasuk Panji.
Pria itu kembali ke tempat di mana mobilnya terparkir. "Lukman, siapkan pistol untuk nanti malam."
---
"Gadis berinisial BS ditetapkan sebagai tersangka kasus kematian Panji Wicaksono, salah satu anggota parlemen oleh pihak kepolisian pagi ini. BS yang awalnya ditetapkan sebagai saksi langsung naik status menjadi tersangka setelah dilakukan penyidikan selama semalaman-"
Gio mematikan televisi, tidak membiarkan reporter itu menyampaikan kalimatnya hingga habis. Dipijatnya pelipisnya perlahan karena merasa pusing. Dia tidak tahu kalau semuanya akan menjadi serumit ini. Panji menyerangnya dan dia membunuh pria itu. Karena begitu mendengar kalau Panji melibatkan keluarganya dalam masalah ini, dia tidak bisa tinggal diam.
"Pak," panggil Lukman begitu masuk ruang kerja Gio. "Ada Gamma."
Gio tidak kaget lagi begitu mendengar Gamma datang ke rumah. Putranya itu pasti sudah menemui Beta dan Beta sudah menjelaskan semuanya. Gamma datang ke sini untuk meminta pertanggungjawaban darinya atas apa yang dilakukannya terhadap Panji. "Suruh dia masuk."
Lukman mengangguk singkat, kemudian berjalan keluar ruang kerja Gio.
Tidak perlu persiapan apa pun untuk bertemu Gamma. Tidak perlu serentetan kalimat panjang yang menjelaskan kalau dirinya tidak bersalah. Gio tidak perlu mengelak dari kesalahannya dan mencoba terus bersembunyi. Dia akan jujur pada putranya. Jika kejujurannya akan membawanya pada titik terbawah sekali pun, Gio tidak peduli. Dia belajar tentang kedewasaan pada Gamma. Bahwa semua yang dia lakukan selalu ada konsekuensinya. Gio harus bertanggungjawab pada apa pun yang dia lakukan, termasuk pada Panji. Dia akan menebus semua kesalahannya.
Gamma masuk tanpa mengetuk pintu. Cowok itu masuk tanpa ada Lukman di belakangnya. Pakaiannya masih sama seperti saat dia menemui Beta di Rumah Tahanan Negara. Tubuhnya mendekat pada Gio yang langsung berdiri begitu dia datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETA & GAMMA
Teen FictionIni tentang keberanian Gamma, dan Beta yang selalu melindunginya. Cover by @jacalloui Copyright©2016, by Oolitewriter