XI IPA-3's Group
Susan Cans: Gaez, gue gamasuk yaak. Kalo ada guru piket absen, bilang gue sakit. Tadi udah otw ke skul, tapi pas sampe perempatan deket rumah malah jatuh dari motor. Jan rindu aku yaaak. Kecup cinta dari susan untuk para jones
Libra: Haha mampus. Kena azab kan luh
Ataliaaa: Makanya, jan nyabe mulu napa san wkwk
Susan Cans: Tuntutan pekerjaan ta, demi sesuap nasi
Jakariya: Cepet tobat san, sebelum kena azab lagi
Susan Cans: Iya, nih mau sholat sunnah dulu
Beta Starlette: Abis itu?
Susan Cans: Abis itu nyabe lagi wkwk
Suasana kelas masih belum terlalu ramai karena bel masuk belum berbunyi. Ini masih pukul tujuh kurang lima belas menit. Itu artinya masih ada lima belas menit lagi waktu yang dimiliki sebelum akhirnya memulai pelajaran pertama.
"Happy birthday, Ari. Happy birthday, Ari. Happy birthday, happy birthday, happy birthday Ari," Atalia bertepuk tangan sambil bernyanyi saat Ari menghampiri meja Beta untuk meminjam pulpen.
"Panjang anu-nya, panjang anu-nya, panjang anu-nya-"
"Astagfirullohaladzim."
Nyanyian Atalia terpaksa berhenti karena suara Ika yang mengucapkan istigfar.
"Ih Ika, ambigu aja. Orang maksud gue itu panjang dasinya. Tuh, liat! Dasinya Ari kependekan," kilah Atalia. Alah, bisa aja ngelesnya. "Makanya, Ka, jan sering main sama si Beta. Jadi kotor tuh pikirannya."
Beta yang namanya disebut langsung menyampaikan ketersinggungannya. "Enak aja. Udah dewasa Ika, udah pernah liat orang ciuman."
"Makanya, Ka. Jan sering-sering nonton drama Korea," Ari ikut nimbrung. "Pinjem ya, Ta?" setelah mendapatkan pulpen, cowok itu kembali ke tempat duduknya.
"Kenapa, sih? Kalo Ika ngelakuin kesalahan tuh, pasti nyalahinnya gue," ujar Beta tidak terima. Masalahnya, setiap Ika berbicara atau berpikir yang tidak-tidak, pasti Beta yang selalu jadi sasaran.
"Kan Ika seringnya belajar kelompok bareng lo, Ta. Gimana, sih?" Atalia tertawa di tempat duduknya. "Kita kan tau sendiri, tiap pagi Ika itu nontonnya ceramahan. Kalo siang dengernya murottal. Beda sama lo yang nontonnya drakor mulu."
Beta mendengus. Mereka tidak tahu saja kalau Beta tahu drama Korea itu dari Ika. Tapi, kenapa seolah-olah Beta itu tersangkanya, sih?
"Iya, Tan, iya. Gue mah apa atuh, cuma flatshoes di mata lo." Ari yang tadinya keluar kelas langsung muncul, membuat anak-anak kelas XI IPA-3 memusatkan perhatiannya pada cowok itu.
"Kenapa Ri emang?" tanya Jaka sambil menahan tawanya.
"Nggak punya hak."
Jawaban Ari itu sontak membuat seisi kelas tertawa terbahak-bahak. "Gombalan lo receh," komentar salah satu siswa.
Semua orang di kelas ini sudah tahu, kalau Ari itu tidak serius dengan Tania. Cowok itu hanya bercanda, katanya supaya Tania baper. Tapi semakin ke sini, sepertinya Ari mulai serius dengan Tania. Awalnya mungkin ingin membuat Tania baper, tapi justri Ari yang baper. Senjata makan tuan namanya.
"Padahal, Tan, cinta gue ke lo itu kayak pecahan berpenyebut nol," kata Ari lagi.
"Kok gitu, Ri?" kali ini Libra yang bertanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BETA & GAMMA
Roman pour AdolescentsIni tentang keberanian Gamma, dan Beta yang selalu melindunginya. Cover by @jacalloui Copyright©2016, by Oolitewriter