BAB 8

9.9K 940 13
                                    

Beta tertawa terbahak-bahak saat Gamma dengan sengaja menyentuh minuman kaleng yang sedang diminum Kenneth hingga tidak sedikit air yang masuk ke hidung.

"Sialan!" Kenneth batuk-batuk.

"Bismillah dulu makanya," Degan terkekeh.

"Rasanya ingin berkata kasar," ujar Kenneth.

"Tadi lo ngomong apa? Bodoh," Gamma menoyor kepala Kenneth.

"Bukan yang itu. Maksud gue, kasar kasar kasar kasar kasar," Kenneth terkekeh bersama Beta.

"Idiot," Degan berkomentar.

Karena merasa selalu dipojokkan, Kenneth beranjak dari duduknya. Dia melempar kertas gorengan tepat di wajah Degan, membuat cowok itu menyebutkan semua nama hewan di kebun binatang. Tepat saat Degan ingin membalasnya, Kenneth sudah lebih dulu pergi bersama papan skate-nya.

"Bule sarap," Degan memaki.

"Sebentar," Gamma ikut beranjak dari duduknya. Bukan untuk menyusul Kenneth, tapi menghampiri seorang anak cowok yang seumuran dengannya. "Pinjem gitar, Tam," ujarnya.

Anak cowok itu memberikan gitar putih pada Gamma. Kemudian, Gamma kembali ke tempat duduknya tadi, bersama Beta dan Degan.

"Nyanyi, Ta," pinta Gamma.

"Ha?" Beta membulatkan matanya tidak percaya. Dia? Menyanyi? Yang benar saja. Menyanyi dan Beta adalah dua hal yang tidak bisa digabungkan. Sumpah, Beta lebih memilih mengerjakan soal-soal trigonometri dibandingkan harus menyanyi. Bukannya apa, suara Beta mahal. Bercanda, bahkan dia malu dengan suaranya sendiri.

"Mau lagu apa?"

Degan memerhatikan interaksi antara Gamma dengan Beta. Keduanya terlihat seperti.......... pasangan lama yang baru dipertemukan lagi. Ya, itu yang dia lihat dari interaksi keduanya.

"Ku tunggu kau putus," jawabnya spontan.

Degan dan Gamma memandang Beta tidak percaya. "Nunggu siapa putus, Ta?" tanya Degan. "Gue?" ujarnya lagi.

"Lo punya pacar?" tanya Beta sedikit tidak percaya.

Degan meringis. "Enggak," dia terkekeh.

"Yeu," Beta memukul bahu Degan, membuat cowok itu meringis dibuat-buat.

"Ya udah," putus Gamma. Cowok itu memulai nada pertamanya.

Kita teman dekat

Sudah saling percaya

Beta melihat Degan yang berusaha menahan tawanya ketika mendengar suara Beta. Menyebalkan!

Maafkan aku jadi suka sama kamu

Awalnya curhat lama-lama ku cemburu

Maafkan aku yang mengharapkan cintamu

Bila belum saatnya, ku sabar menunggu

Bila masih bersama, ku tunggu kau putus

Setelah menyelesaikan lagunya, pecahlah tawa Degan. Beta dengan sigap langsung menyerang cowok itu dengan pukulan-pukulannya hingga Degan jatuh tertidur di atas rumput dengan Beta di atasnya.

Cewek itu memukul Degan tanpa ampun menggunakan tenaga dalamnya. Ini sudah keterlaluan. Dia malu.

"Ampun, Ta," Degan berusaha menahan tangan Beta yang terus memukulinya.

"Nggak, lo udah malu-maluin gue."

"Lah? Emang salah gue kalo suara lo jelek?"

"Degan!"

BETA & GAMMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang