Warning!
Typo bertebaranSeorang anak cowok berusia dua belas tahun berada di dalam kamarnya sambil memukul samsak dengan kepalan tangannya berulang-ulang. Dia terlihat lelah, tapi tidak ingin berhenti meski keringat sudah membanjiri seluruh permukaan tubuhnya yang hanya berbalut boxer.
Saat sedang fokus pada sesuatu di depannya, pintu kamarnya diketuk dari luar. "Gio, ini Bunda."
"Masuk, Bunda," ujarnya tanpa sekalipun berhenti atau menoleh.Beta menggelengkan kepalanya melihat Gio yang belum mengenakan seragam sekolah atau bahkan belum mandi. Wanita itu mendecak kesal. "Kamu belom mandi juga?" katanya galak.
"Bentar lagi, Bun."
Wanita itu berkacak pinggang tidak suka. "Ini udah hampir jam enam, Gio. Kamu tau kan bel sekolah kamu bunyi jam berapa?"
Akhirnya, Gio menghentikan pukulannya kemudian menoleh. Cowok itu mengecup kening Beta berkali-kali. "Iya, Nyonya Besar."
Giovani Skelter, anak kedua mereka sekaligus putra pertama keluarga ini. Ya, Gamma yang memberikan nama itu agar selalu merasa kalau Papanya selalu berada di dekatnya, mengawasinya. Kehadiran Gio dalam sosok yang baru membuat Gamma jadi semakin merasa disayangi.
Gio masih berusia dua belas tahun, tapi sudah memiliki tekad yang kuat seperti Ayahnya untuk melindungi negara ini. Dia sudah merancang masa depannya tepat setelah mengetahui pekerjaan Ayahnya. Ya, mereka berdua sangat kompak hingga membuat Gemma iri.
Beta menghela napasnya sebelum kemudian wanita itu membungkuk mengambil tas sekolah milik Gio. Dia memasukka dua kotak bekal ke dalamnya. Satu kotak bekal untuk sarapan, dan satu kotak lagi untuk makan siang. Gio tidak pernah sempat sarapan di rumah karena waktunya dia gunakan untuk olahraga pagi di dalam kamarnya sendiri.
"Cepetan, ya, Ayah udah nunggu!" teriak wanita itu yang dibalas nyanyian oleh Gio.
---
Gio berlari menuruni tangga sambil menarik dasinya hingga pas di leher. Dia kemudian tersenyum melihat Gamma yang sudah menunggunya di bawah sana.
"Sepuluh menit, bagus," Gamma mengusap kepala putranya sayang.
"Ya, dan dasinya berantakan," Beta menggeram marah. "Jangan begitu lagi. Gio, Bunda sering kasih tau kalo kamu harusnya mandi tiga puluh menit lebih awal. Liat," wanita itu menunjukkan jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Ini hampir setengah tujuh."
"Belom setengah tujuh, kan? Ayolah, Bunda, ini masih jam enam lewat lima menit," Gio mencoba bernegosiasi.
"Tapi lebih baik kamu mandi tiga puluh menit lebih awal, Sayang. Kamu jadi punya persiapan yang bagus, nggak terburu-buru terus."
"Ya ampun," Gemma menyela. Dia menggelengkan kepala melihat keributan yang selalu terjadi di rumahnya setiap pagi. "Bisakah kalian nggak usah beradu argumen dulu? Bel sekolah Gemma bunyi tepat pukul setengah tujuh, kalo kalian lupa."
KAMU SEDANG MEMBACA
BETA & GAMMA
Teen FictionIni tentang keberanian Gamma, dan Beta yang selalu melindunginya. Cover by @jacalloui Copyright©2016, by Oolitewriter