BONUS CHAPTER 2

10K 816 108
                                        

Warning!
Typo bertebaran

Beta sedang menepuk-nepuk ringan jas yang dikenakan Gamma saat Gemma masuk ke dalam kamar dengan memeluk bantal guling berwarna merah mudanya. "Bunda," katanya setengah merengek.

"Apa Sayang?" Beta membungkuk agar tubuhnya sejajar dengan tubuh Gemma yang sudah menginjak usia lima tahun. Dia melupakan Gamma begitu Gemma sudah berada di dekatnya. Terkadang, Gamma merasa cemburu dengan putrinya itu.

Beta masih belum mengerti saat tiba-tiba saja Gemma menangis dan memeluk tubuhnya. Putri kecilnya itu sesekali terisak kecil. "Mimpi buruk?" tebaknya.

Gemma menganggukkan kepalanya tanpa melepaskan pelukannya. "Gemma mau ikut Bunda sama Ayah."

Wanita itu melirik Gamma yang sedang memakai dasi sebentar yang dibalas pria itu dengan mengangkat kedua bahunya.

"Sayang," Beta mengusap kepala Gemma sayang. "Ayah sama Bunda nggak lama kok. Nanti Gemma di rumah Oma Julia dulu, ya?"

Bukannya tidak ingin mengajak Gemma, tapi pesta seperti itu sama sekali bukan hal baik untuk putrinya. Jadi, Beta dan Gamma sengaja menitipkan Gemma untuk sementara waktu di rumah Julia. Mereka janji akan kembali sebelum jarum jam menunjukkan pukul sepuluh malam.

Gemma menggelengkan kepalanya. "Gemma mau ikut," katanya tegas.

Meras kalau Beta tidak bergasil membujuk putri mereka, Gamma melangkah mendekati keduanya. Tangannya dengan sigap membawa tubuh Gemma berada dalam gendongannya. "Hei, putri Ayah yang cantik jelita, kenapa Gemma nggak mau di rumah Oma Julia?"

Beta berjalan mendekati kaca, memberikan waktu untuk Ayah dan Anak itu sebentar. Mungkin Gamma bisa membujuk Gemma agar mau dititipkan di rumah Julia hanya sampai jam sepuluh. Ya, Gamma selalu berhasil memenangkan hati Gemma dan Beta iri itu.

Gamma berjalan keluar kamar dengan pakaian yang sudah rapih. Dia tetap tidak menurunkan Gemma dan berjalan menuruni tangga. Akhirnya, setelah menabung selama hampir lima tahun, Gamma berhasil membeli rumah minimalis dekat dengan rumah Julia. Ya, meski tidak besar, tapi ini sudah lebih dari cukup untuk keluarga kecilnya. Gamma sudah berjanji tidak akan menggunakan uang Beta untuk kebutuhan mereka. Begitulah pria.

"Gemma udah umur berapa tahun sekarang?" tanya Gamma begitu keduanya sudah sampai di ruang keluarga.

"Lima," ujar Gemma sambil menunjukkan kelima jarinya.

"Gemma bilang kalo Gemma pengen punya adik, kan?"

Gemma menganggukkan kepalanya semangat.

"Perempuan atau laki-laki?"

Gemma, anak perempuan itu mengalungkan tangannya di leher Ayahnya sambil berpikir, adik perempuan atau laki-laki yang dia inginkan. Dia punya tiga teman di sini, dan semuanya laki-laki. Mereka asik diajak bicara, meski seringkali membuatnya menangis. Tapi, mereka akan bersikap layaknya seorang pangeran jika Gemma disakiti orang lain. Ya, adik laki-laki sepertinya menyenangkan.

Tapi, dia perempuan. Mereka pasti akan cocok jika memiliki kesamaan yang sama dalam banyak hal. Pasti menyenangkan jika Gemma dan calon adiknya nanti saling berbagi pakaian, mainan, dan lain-lain.

"Apa aja, deh," putusnya.

"Oke. Kalo Gemma mau di rumah Oma Julia untuk malam ini, Ayah bakal kasih Gemma adik yang Gemma mau. Gimana?" pria itu menaik-turunkan kedua alisnya.

"Setuju," ujar Gemma tanpa pikir panjang. Dia dengan semangat menyambut ajakan Gamma untuk tos.

Astaga, betapa menggemaskan putrinya ini. Jika Beta tahu apa yang Gamma katakan untuk membujuk Gemma agar tidak ikut ke pesta peluncuran model busana rancangan Susan, istrinya itu pasti akan mengamuk dan menyuruh Gamma untuk tidur di luar. Semoga saja itu tidak terjadi.

BETA & GAMMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang