Ari Ginandjar: Malam semuanya!
Susan Cans: Apaseh?
Ari Ginandjar: Info gengs. Susan balikan sama mantannya!
Beta Starlette: Masih jaman?
Susan Cans: Jing!
Ataliaaa: Senggak laku itu lo sampe balikan sama mantan?
Susan Cans: Setttt
Ari Ginandjar: Kurikulum aja udah direvisi, hati lo kapan?
Susan Cans: sumpah2, si gendut kurang ajar banget
Beta Starlette: Sumpah2, waktu itu si Susan sampe masuk UKS gegara diputusin. Sekarang udah balikan aja? Gaasik lo!
Jakariya: Berisik bgst!
Agatha Sheryl: Jaka ngomongnya kasar ih. Gasuka!
Beta Starlette: Mana harga diri lo, San?!
Susan Cans: Gue dibully ;( Kalian semua gue aduin ke Mams gue
Beta terkekeh, sementara jemarinya sedang menari-nari di atas ponsel. Malam minggu yang penuh hiburan. Biasanya, malam minggu itu grup kelas memang paling ramai meski jarum jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari.
Beta tidak bisa tidur setelah pulang dari Anyer dua jam yang lalu. Awalnya, Beta kaget begitu tidak mendapati Gamma dan Lantanio pulang bersama mereka. Gio bilang kalau keduanya akan menyusul karena ada urusan mendadak. Beta sendiri tidak ingin bertanya lebih, meski dia yakin ada sesuatu yang dirahasiakan. Tapi, dia tidak ingin dianggap tidak sopan dengan menanyakan hal itu.
Meski sudah sejak tadi dia mencoba menghubungi Gamma dan Lantanio, tapi tidak mendapat respons sama sekali. Bahkan, ponsel Gamma tidak aktif sejak tadi sore. Entah apa yang dilakukan cowok itu, tapi semoga Gamma baik-baik saja. Meski di hatinya masih ada rasa khawatir, Beta berusaha menghibur diri dengan chatting bersama teman-temannya di grup kelas. Kekonyolan mereka sedikit banyak membantu Beta melupakan kekhawatirannya meski hanya sesaat. Karena nyatanya, Beta sedang pasang telinga dan bolak-balik melihat lewat jendela kamarnya, apakah Gamma sudah pulang atau belum? Tapi, sepertinya tidak ada tanda-tanda keberadaan cowok itu hingga sekarang.
Waktu hampir menunjukkan subuh begitu Beta memutuskan meletakkan ponselnya di atas nakas. Tadinya dia ingin menarik selimut menutupi setengah tubuhnya, namun gerakannya terhenti begitu mendengar bunyi yang berasal dari jendelanya.
Beta kembali bangkit, menyibak gorden di kamarnya, sebelum akhirnya mendapati seorang cowok yang dicemaskannya sejak tadi berdiri di bawah sana, bersama sebuah mobil berwarna biru dengan tulisan taksi di atasnya.
"Turun," ujar Gamma tanpa suara, tapi Beta mampu membaca gerakan bibirnya.
Beta membereskan tempat tidurnya sebelum melangkah keluar kamar dengn hati-hati. Seluruh penghuni rumahnya mungkin sedang bergelung di alam mimpi. Tapi, bukan tidak mungkin kalau di antara mereka akan terbangun jika mendengar suara. Terlebih Adrian yang memiliki pendengaran super tajam meski sedang tertidur. Pria itu selalu siap siaga jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di rumahnya malam-malam seperti ini, atau bahkan bisa disebut hampir pagi.
Cewek itu berlari kecil, menghampiri Gamma yang sudah berdiri di samping mobil berwarna biru itu. Pakaian yang dikenakannya masih sama seperti tadi sore, tapi wajahnya terlihat begitu lelah. "Gamma baru pulang?" katanya pelan.
"Iya. Beta, Gamma boleh minta tolong, nggak?"
"Apa?"
"Bayarin taksi," cowok itu terkekeh.

KAMU SEDANG MEMBACA
BETA & GAMMA
JugendliteraturIni tentang keberanian Gamma, dan Beta yang selalu melindunginya. Cover by @jacalloui Copyright©2016, by Oolitewriter