BAB 9

10.1K 936 30
                                    

Di kelas kalian, pasti ada satu atau beberapa orang yang sukanya buat onar dan cari perhatian guru. Ada saatnya kalian merasa terganggu saat sedang fokus-fokusnya belajar dan menginginkan suasana kelas yang kondusif. Tapi, kalau tidak ada mereka rasanya sepi. Masa SMA akan jadi masa yang biasa saja, tidak ada yang menarik. Dan justru, suasana kelas yang macem pasar yang bakal kalian kangenin. Percaya deh.

Karena bangku kuliah itu tidak seseru bangku SMA. Kalau di sini, murid yang kena omelan guru bakal diketawain habis-habisan. Kalau diajak bercanda tidak ada yang baper. Sementara kalau kuliah nanti, kalian bakal nemuin banyak temen yang dateng kalau ada maunya doang. Miris.

Jaka yang bertubuh gempal itu memukul dadanya berkali-kali layaknya gorila mengamuk. Dia menatap Libra yang berada jauh di depannya garang. Sementara anak-anak cowok yang lain bersorak kegirangan. Jangan dianggap serius, mereka hanya bercanda.

Di sudut depan kelas, tepatnya di depan meja guru, kalian akan menemukan sekumpulan orang kelaparan yang berusaha mendapatkan makan. Karena jam istirahat kedua itu waktunya murid-murid ngamuk kalau lapar.

Sementara di barisan paling tengah, terbentuk sekumpulan cewek yang melingkari satu meja. Mereka biasanya membicarakan tentang mantan dan cowok ganteng di SMA Tesla.

Tidak lupa juga, di sudut belakang kelas, kalian akan menemukan sekumpulan anak cowok gamers dan hobi mengotak-atik perangkat lunak. Anak cewek yang lagi irit, kalau komputer atau laptop mereka rusak, biasanya meminta tolong pada anak-anak cowok yang bisa. Apalagi mereka bisa dibayar hanya dengan segelas kopi di kantin.

Beta? Dia saat ini sedang berada di sekumpulan cewek di barisan tengah. Awalnya dia merasa terganggu dengan suasana kelas yang seperti pasar ini. Tapi, sewatu kelas sepi, Beta merasa ada yang hilang. Kalau datang ke sekolah hanya untuk belajar, lalu pulang, masa SMA akan terkesan biasa saja. Justru, masa-masa berkumpul dengan teman-teman ini yang seru. Masalah apa pun rasanya bisa hilang hanya dengan mereka. Tertawa lepas menjelekkan diri sendiri, atau menertawakan kekonyolan orang lain.

"Jo," panggil Tania.

Joshua mendongak, mengalihkan perhatiannya sejenak dari ponsel. "Apa?" tanyanya.

"Bahasa Inggrisnya 'aku sayang kamu' apa?"

"I love you."

"I love you too," Tania membalas, diakhiri senyum termanisnya.

Di kelas ini, kalian juga akan menemukan anak cewek yang lebih agresif dibanding cowok. Hanya beberapa saja. Joshua adalah cowok yang masuk ke dalam kategori 'layak diperjuangkan'. Setidaknya dibandingkan dengan yang lain. Karena cowok di sini hanya Joshua yang waras. Sisanya? Jangan ditanya.

Joshua hanya menggelengkan kepala sambil berusaha menahan tawanya. Itu hal biasa. Bukan hanya Tania saja yang seperti itu padanya. Anak-anak cewek di sini senang sekali menggodanya. Padahal, Joshua bukan termasuk tipe cowok baper.

"Kawan, yang Islam, salat dulu kuy! Abang imamin deh," Ari biasa membimbing teman sekelasnya begitu mendengar adzan dzuhur berkumandang.

"Udah pernah,"

Entah itu celetukan dari siapa. Tapi percaya deh, itu hanya bercanda. Jangan dianggap serius.

"Weh, Johan, sholat!" Ari memukul bahu Tania.

"Tai, kenapa bawa-bawa Bapak gue!" Tania memandang Ari marah.

Ari terkekeh. "Bapak lo kan, Bapak gue juga."

"Jijik."

Beta dan Hana segera mengambil mukena mereka, lalu mengikuti langkah Ari dan kawan-kawan menuju masjid yang terletak di belakang sekolah.

BETA & GAMMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang