Beta dan Gamma sampai di rumah Nenek Gamma dua puluh menit kemudian. Keduanya lalu turun, kemudian melangkah memasuki rumah dua lantai minimalis itu.
Beta menautkan jemarinya sambil meremas kuat. Dia gugup. Jika Gamma bisa merasakan, telapak tangannya begitu dingin dan basah. Entahlah, Beta hanya takut suasana yang tidak mengenakkan yang akan menyambutnya di dalam sana. Terlebih, dia dan Gamma sudah tidak melakukan interaksi selama kurang lebih dua tahun.
"Ta," Gamma menegur Beta yang masih berdiri di depan pintu.
Beta mengerjap, kemudian maju selangkah. Setelahnya, cewek itu diam kembali sambil menatap interior rumah yang terkesan klasik, didominasi dengan warna cokelat kayu yang begitu menyejukkan. Dia mengusap dahinya pelan. "Ya?"
"Ayok!"
Beta mengangguk, tapi tetap tidak membiarkan tubuhnya berada dalam jarak dekat dengan Gamma. Matanya masih terus mengawasi secara rinci bangunan yang dimasukinya sejak dua menit yang lalu.
Sementara Gamma sudah berjalan jauh di depannya. Cowok itu akan berbelok menuju ruang makan yang sudah dipenuhi anggota keluarganya yang sudah menunggu.
Setelah sampai, Beta memaku sekitar sepuluh detik. Kemudian, kakinya melangkah mendekati Nenek dan Kakek Gamma, lalu kedua orangtua cowok itu. Beta menyalami mereka satu per satu sambil tersenyum canggung.
"Kok bisa sama Beta, Gam?" Mona bertanya sambil menyusun peralatan makan di atas meja.
"Gamma jemput Beta pulang les."
Jawaban Gamma yang terlalu santai membuat Omega tanpa sengaja mendorong piring di depannya hingga menghasilkan bunyi kaca beradu. "Sori," ringisnya.
Mona hanya mengangguk, sementara Gio hanya tersenyum pada Gamma yang saat ini sudah duduk di samping Omega. Cowok itu tampaknya tidak melihat perubahan mimik Papanya sejak dia membawa Beta masuk ke rumah ini.
Sementara Beta langsung duduk di samping Gamma begitu cowok itu duduk. Namun sebelum itu, dia sempat tersenyum pada Kakek dan Nenek Gamma yang terus menatapnya sejak pertama kali dia menginjakkan kaki di ruang makan ini.
Tidak ada yang istimewa. Hanya makan malam sederhana, diselingi canda dan tawa satu sama lain. Beta yang sejak tadi merasa canggung hanya tertawa sedikit saat ada yang lucu, kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Kakek dan Nenek Gamma yang ternyata masih mengingatnya meski wajahnya sudah berubah drastis. Memang banyak orang bilang, wajah kecil Beta dan Beta saat ini jauh berbeda. Beta tidak terlalu menanggapinya dengan serius, karena itu hal yang sering terjadi juga pada orang lain.
Gamma izin mengantar Beta pulang begitu jarum jam menunjukkan pukul sembilan . Dia sempat meminta maaf karena waktu yang dijanjikannya jadi mundur karena obrolan singkat di dalam tadi. Meski Beta ingin cepat pulang, tapi hal itu bukan masalah. Meski canggung itu masih ada, tapi dia senang berada di antara keluarga Gamma. Terlebih bersama Kakek dan Nenek Gamma yang masih terlihat begitu bersemangat meski telah dimakan usia.
---
Gamma Skelter: Dmn kah cabe2ankuh?
Gamma langsung membuka obrolan dengan teman-temannya begitu Beta sudah masuk ke dalam rumah. Cewek itu sempat menyuruhnya mampir, tapi Gamma menolak dengan alasan akan menjemput keluarganya kembali di rumah Neneknya untuk pulang. Tapi, sebenarnya hal itu tidak perlu. Karena keluarganya bisa pulang diantar sopir yang sudah mengabdi pada Kakek dan Neneknya sejak dua puluh tahun lalu.
Degan Orlando: Is paan seh kamuh
Aksa Wicaksono: Woy, gue mau cerita
KAMU SEDANG MEMBACA
BETA & GAMMA
Teen FictionIni tentang keberanian Gamma, dan Beta yang selalu melindunginya. Cover by @jacalloui Copyright©2016, by Oolitewriter