Hari sabtu, awal September. Itu artinya, Beta harus menemani Mama Julia belanja bulanan pagi ini. Dia sudah bangun lebih awal dari hari libur biasanya. Karena belanja bulanan berarti kesenangan tersendiri bagi Beta. Cewek itu bisa membeli banyak cemilan untuk mengisi lemari pendingin. Meskipun semalam dia sudah membeli banyak, tapi rasanya masih kurang. Maklum, manusia itu selalu merasa tidak puas.
Hari ini Beta mengenakan celana panjang bahan berwarna cokelat, kaos polos berwarna abu-abu, serta sandal karet biasa. Rambut sebahunya dijepit membentuk seperti sanggul kecil.
"Papa!" teriak Beta begitu melihat Adrian, Papanya sedang duduk manis di meja makan sambil membaca koran.
"Pagi, Beta," sapa Adrian.
"Pagi," sapa Beta balik.
Libur pagi ini keluarga Beta lengkap. Biasanya Adrian sudah tidak kelihatan batang hidungnya meski jam baru menunjukkan pukul tujuh pagi. Alasannya kalau tidak sedang tugas malam, ya belum bangun karena kelelahan tugas. Begitulah Papa Beta.
"Mama, nanti Beta beli cemilan, ya?" Beta menyantap nasi goreng yang sudah disediakan Julia di meja makan.
"Cemilan mulu. Emangnya kamu nggak takut gemuk?" tanya Julia.
Beta menggeleng. "Beta langsing kok, nggak mungkin gemuk juga."
Alfa mendengus. "Iya, badan Beta nggak gemuk. Tapi, itu muka isinya pipi semua," cowok itu terkekeh.
Beta menyentuh kedua pipinya yang memang agak besar. Bukan, tapi memang besar. Dia sudah berusaha meniruskan pipinya sendiri, tapi susah. Pipinya tidak tirus, tapi badannya yang kurus. Bahkan saking frustasinya, Beta pernah bilang, "Pa, operasi pipi Beta dong biar kempes."
Yang langsung disambut dengan pukulan Julia di punggunya. "Hush, kamu itu ngomong apa, sih!"
Kembali ke masa sekarang. Beta mengerucutkan bibir sebal. Sementara Alfa masih saja menertawainya. Dasar, Abang kampret!
"Beta, cepet habisin sarapannya. Abis itu kita berangkat," titah Mamanya.
Melupakan kekesalannya, Beta mengacungkan ibu jarinya semangat. Sebentar lagi, dia bakal beli cemilan yang banyak.
---
Gamma mendorong trolli sambil melihat daftar belanjaan yang diberikan Mona padanya tadi pagi. Kebiasaan Gamma setiap awal bulan, belanja keperluan dapur. Dia selalu bertanya-tanya, kenapa bukan Mamanya dan Omega saja yang pergi? Mereka kan cewek, pasti lebih mengerti. Gamma pernah menanyakan itu. Dan jawaban Mamanya langsung membuat Gamma bungkam. "Kamu itu kan pasti bakal jadi suami. Nah, kamu harus ngerti keperluan istri kamu nanti. Caranya ya ini, belanja bulanan."
Alasan yang sebenarnya tidak bisa diterima juga. Jelas yang belanja bulanan nanti istrinya, bukan Gamma. Tapi, alasan Mamanya terlalu berlebihan. Gamma kan masih SMA.
Saat sedang asik melihat-lihat daging, ponsel Gamma yang berada di dalam saku celana jeans-nya bergetar.
Omega's calling
"Apa, Ga?" ujar Gamma langsung. Dia memang tidak suka berbasa-basi dengan adiknya.
"Bang Gamma, lagi belanja, kan?"
"Hm," Gamma mengambil salah satu daging dari lemari pendingin. "Kenapa?" lanjutnya.
"Mega titip sesuatu dong?"
"Apaan?" Cowok itu lalu mendorong trolli-nya menuju buah-buahan segar.
"Pembalut."
Apel dalam genggaman Gamma langsung jatuh begitu mendengar suara Omega di seberang sana. Maksudnya apa, sih?
"Kayak gimana?" tanya Gamma bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETA & GAMMA
Подростковая литератураIni tentang keberanian Gamma, dan Beta yang selalu melindunginya. Cover by @jacalloui Copyright©2016, by Oolitewriter