4 - Everything Has Changed

13.9K 811 4
                                    


   "Kenapa si Rara? Tumben?"     

Angga berkata sambil meminum teh manis yang sudah ia pesan. Membuat laki-laki itu kini sibuk dengan minumnya. Sean yang menyadari hawa tidak enak dari Aga segera menepuk pelan pundak laki-laki itu. Membuat Aga yang sedari tadi termenung menengok kearah Sean.

"Lo ada masalah sama dia? Apa Cuma gue yang ngerasa lo agak ngejauhin dia makin kesini?"

Angga berhenti meniupkan udara dari sedotan minumannya. Kini laki-laki itu ikut melihat kearah Aga.

"Iya nih. Lu jadi nganggap Rara gak ada tau gak?"

Apakah memang dia melakukan itu? Pikiran Aga dipenuhi berbagai macam pertanyaan. Mereka memang sudah berteman dari kecil. Aga tahu seluk-beluk perempuan itu. Aga juga tahu memang makin kesini Rara tidak sering curhat padanya. Biasanya Rara mengajak Aga untuk kerumahnya dan menceritan harinya kepada Aga. Kini tidak ada lagi percakapan diantara mereka. Bahkan mengirimi pesan juga jarang. Membuat Aga mendesah frustasi. Apakah dia harus kehilangan sahabatnya?

"Gue juga ngga tau. Mungkin emnag gue agak jaga jarak sama dia."

"Seteu gue, seumur idup seorang Darga, walaupun lu punya banyak cewek lu nggak bakalan ngelewati Rara. Emangnya Wendy lebih dari Rara sahabat lo sendiri? Lu tau kan, Rara anaknya gimana. Diem mulu kaya patung. Kalo nggak ada elu dia sendirian."

"Eh! Kata siapa lo!" Tiba-tiba Angga berteriak sambil menggebrak mejanya. Membuat Aga dan Sean menatapnya.

"Rara lagi deket sama cowok tau. Si Boy."

Sean segera menepuk tangannya. Benar. Rara sedang dekat dengan Boy, laki-laki yang dikenal dengan sifat ramahnya kepada siapapun. Membuatnya digandrungi kaum hawa. Berbeda dengan Aga yang mengacuhkan, Boy lebih sering menanggapi.

"Emang sih, belakangan ini si Rara deket sama Boy. Dia nggak cerita apa-apa sama elu?"

"Nggak."

"Jangan bilang lu juga nggak bilang kalo lu deketin Wendy ke dia?"

"Nggak."

"Sahabat macam apa lo! Kalo gitu mending lu ngelamar kerja sama bokapnya si Rara terus lu jadi supir si Rara aja deh. Lo gak pantes nyandang jadi sahabat. Dipikiran lo itu apa sih? Kalo lo gini terus, si Rara bakal pergi dari lo, puas?" Sean segera berkata dengan tegas. Membuat Aga setidaknya berpikir.

"Gue Cuma ingetin aja, Ga. Lo bilang Rara selalu ada buat lo dari kecil, di masa terburuk lo. Dan sekarang, lo malah jauhin dia? Kelaut aja lo." Angga ikut menanggapi. Aga hanya diam daritadi. Dia tidak bisa berkata apapun. Atau memang Rara sudah tidak nyaman saja dengannya?
Nyaman?, batin Aga. Aga tersenyum aneh.

"Mending lo beresin masalah lo sama Rara dulu. Baru ke Wendy."


"Btw, si Revo ke WC nya lama amat ya?"

"Mules kali." Kata Angga cuek.

###

Aga melirik ke arah Rara yang diam. Mereka sedang berjalan beriringan menuju parkiran motor. Aga tidak pernah melihat Rara sediam ini. Dan itu membuat Aga khawatir.

"Lu kenapa sih, Ra?" Rara hanya menggeleng dan memakai helm. Membuat Aga mengerenyit bingung. Rara dengan wajah tanpa ekspresi dan kelakunnya yang hari ini tidak pernah menyapa Aga desikitpun membuat laki-laki itu mengacak rambutnya frustasi.

RAGA [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang