"Ga. Kosong gak?" Kata Angga melirik kearah Aga yang hendak menaiki mobilnya. Hari ini Wendy tidak masuk. Jadinya Aga bisa membawa mobil kesekolah. Niat awal Aga sih agar Wendy tidak memandang Aga hanya dari harta.
"Kosong. Kenapa?" Kata Aga.
"Nebeng dong. Ban motor gue kempes. Tadi dibawa ke bengkel bareng satpam." Angga memasang wajah memelas. Aga mengangguk. "Sok aja."
Tanpa ba-bi-bu, Angga segera masuk ke kursi disamping pengemudi.
"Ga. Mau makan dulu gak?" kata Angga ketika Aga baru saja keluar dari lingkungan sekolah.
"Berasa bawa bocah kelaperan sumpah." Kata Aga dengan sinis. Angga cengengesan saja.
"Disana, Ga! Katanya makanannya enak!" Tunjuk Angga ketika mereka sedang memperlambat kecepatan mobilnya. Aga segera melihat arah yang ditunjuk Angga. Terdapat sebuah rumah makan yang lumayan besar.
"Bayar sendiri."
"Iya mas. Kecuali lo mau bayarin." Kata Angga membuka seatbelt.
"Ogah."
Kedua cowok yang masih mengenakan seragam putih abu itu turun menuju rumah makan yang terlihat cukup ramai dari luar itu. Aga dan Angga memasuki rumah makan itu. Mata Aga menelusuri tiap inci ruangan. Lalu matanya menangkap sesuatu yang ganjal.
"Ga. Itu Wendy bukan? Bukannya dia gak masuk ya?" Aga menajamkan pandangannya. Dia melihat Wendy bersama ..... Kevin? Alumni sekolahan mereka.
"Itu Bang Kevin bukan sih?" Aga mengangguk. Hatinya memanas walaupun sedikit. Dia melihat Wendy yang sedang bercanda dengan mantan tim basket sekolahan mereka itu. Hubungan Kevin dan Aga memang hanya sebatas senior-junior saja. Mereka tidak pernah dekata walaupun pernah berada di satu ekskul yang sama. Memang sudah dari sananya Kevin tidak terlalu suka dengan kehadiran Aga.
"Lo mau pergi, Ga?" Aga menggeleng.
"Kita duduk di lantai dua aja. Lo kan yang mau makan disini?"
Angga menatap Aga dengan tidak enak hati. Bagaimanapun Aga dan Wendy masih memiliki status pacaran. Parah sekali jika Wendy hari ini tidak masuk hanya karena dia ingin jalan dengan Kevin.
"Udah gue duga. Mungkin dia bosen sama gue." Kata Aga dengan smirk-nya.
###
"Bisa gak sih lo itu gak usah ganggu gue sama Aga?" Rara menatap cewek dihadapannya dengan bingung. Rara tidak tahu apa masalahnya, dia tiba-tiba dilabrak didepan toilet gini. Beberapa siswi yang keluar-masuk menatap Wendy dengan takut.
"Gue nggak ganggu." Kata Rara pelan.
"Kalo nggak ganggu, kenapa lo kaya berusaha bikin gue sama Aga putus?" Wendy berkata dengan nada meninggi. Rara benar-benar tidak ingin tahu urusan mereka.
"Gue nggak tahu salah gue dimana! Tapi kalo lo nuduh gue, lebih baik lo tanya ke diri lo sendiri! Jangan asal nuduh gue gini!" Rara ikut terpancing. Wendy menatap sinis Rara.
Plakk!
Sebuah tamparan mendarat dengan mulus di pipi kanan Rara. Cewek itu membulatkan matanya dengan lebar. Pipinya terasa panas dan geli disaat bersamaan. Tamparan Wendy membuatnya semakin membenci cewek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA [Completed✔]
Teen Fiction"Akankah bunga itu berubah menjadi merah?" Kehidupan Razita selalu dipenuhi dengan Darga. Cowok yang tadinya tingginya lebih pendek dari Razita. Nama panggilan Razita dari Darga adalah Rara. Dan nama panggilan Darga dari Razita adalah Aga. J...