"Nama dan kelas?"
"Putri. Kelas sepuluh dua."
Aga akan menuliskan itu di kertas yang ia bawa. Ia segera mencari alas.
"Nyonya Ang, minjem punggung bentar." Angga segera membalikan tubuhnya dan membuat Aga segera menaruh kertas itu dipunggung Angga. Cowok itu mulai menulis dengan tulisan yang semoga bisa terbaca. Jika tidak, hanya Aga dan Tuhan yang tahu.
"Eh anjir. Getek."
"Diem, nyet."
"Udah belom, Ga?" Kata Revo disebelah Aga sambil menenteng kaos kaki ditangannya.
"Eh anjir, kaos kaki siapa tuh?"
"Noh. Cewek yang barusan lo tulis namanya. Putri. Kaos kakinya pendek banget. Dibawah mata kaki, kekurangan bahan."
Cewek yang bernama Putri itu menundukan kepalanya dalam-dalam. Malu. Maklum saja, razia pagi hari ini sangat berbeda. Sudah terdapat tiga cowok yang biasanya 'berantakan' berdiri dengan rapi di pagar seperti preman di gang. Pakaian mereka juga cukup rapi dibanding sebelum-sebelumnya, yah walaupun itu penampilan mereka hanya untuk pagi ini saja.
"Yaudah, lo boleh pergi." Setelah menyita kaos kaki itu, Aga menghela nafasnya. Dia melihat daftar nama dan kelas beserta pelanggaran untuk hari ini. Sudah sebanyak dua puluh orang lebih melakukan pelanggaran.
"Biasanya ada nama kita, ya? Hehehe.." Kata Angga yang melirik melihat Aga sedang membaca daftar nama itu.
"Sehari doang nama kita gak ada. Ngakak gue." Revo ikut menyahuti.
"Angga, Revo, Aga. Dipanggil pak Yewan di ruang OSIS." Rara tiba-tiba teriak kepada mereka dari ujung aula yang langsung mengarah ke pagar. Mereka bertiga saling lirik. Tak lama, mereka berjalan menghampiri Rara.
"Kok malah kesini? Sana ditungguin Pak Yewan."
"Galak amat, neng. Iya ini mau otw." Kata Angga terkekeh lalu meninggalkan Rara. Rara memutar bola matanya dengan malas. Aga melihat itu, lantas ia tersenyum kecil.
"Good morning, Ra." Ucap Aga lalu berlalu dari hadapan Rara yang belum menyahut.
Dalam diam, Rara menatap punggung cowok itu yang berjalan mejauh bersama kedua temannya. Hembusan angin pagi menggelitik kulit Rara. Membuat wangi parfum Aga memasuki rongga hidungnya.
"Good morning, Aga."
###
"Kalian tau gak ikan apa yang suka minum?" Tiba-tiba, Angga menghampiri salah satu meja cewek berkerudung yang duduk diujung kantin. Revo dan Aga hanya menggeleng melihat Angga dan mereka memutuskan untuk melanjutkan langkah mereka kembali kearah meja mereka.
"Ng-nggak tau tuh, Kak."
"Ikan yang berada di daratan."
Doeeenngggg~
Hening. Tiga cewek itu menatap Angga dengan heran. Merasa aneh dengan sikap kakak kelas yang 'garing'.
"Kamu tau gak kenapa ikan gak suka idup didaratan?"
"Mati, Kak." Salah satunya menjawab pertanyaan Angga.
"Salah. Dia takut sama kucing. Nanti dimakan."
Doeeenngggg~
"Kalo udah dimakan kan nanti ikannya mati juga, Kak."
"Nggak akan mati dong. Kan dia gak mau tinggal di daratan."
Doeeenngggg~
"Sudah-sudah!!" Akhirnya Aga datang lalu menggaet leher Angga.
"Maaf ya, dek. Dia tadi salah minum obat jadi gini. Lanjut aja makan sama ngegosipnya ya? Dadah."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA [Completed✔]
Teen Fiction"Akankah bunga itu berubah menjadi merah?" Kehidupan Razita selalu dipenuhi dengan Darga. Cowok yang tadinya tingginya lebih pendek dari Razita. Nama panggilan Razita dari Darga adalah Rara. Dan nama panggilan Darga dari Razita adalah Aga. J...