"Setidaknya gue tahu, lo masih dalam tahap suka. Belum cinta." Kata Boy sambil menganggukan kepalanya mantap. Rara disebelahnya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Kini mereka hendak menuju lapangan parkir.
"Bukannya Darga mau balik sama lu?"
"Diem." Kata Rara ketus. Gimana dia tidak sebal? Dihadapannya, kini, Aga siap-siap menyalakan motornya dan diikuti Wendy. Siapa sih yang nggak mau duduk dibelakang Aga?
"Oh.. Balik sama gue aja yuk?" Rara terlihat berpikir sejenak. Boy dengan sabar berdiri disebelahnya.
"Yaudah." Terlihat seulas senyum Boy. Rara ikut tersenyum kecil. Sepertinya dia harus mulai belajar mandiri. Mungkin besok dia akan membicarakan dengan orang tuanya mengenai kendaraan yang akan ia bawa untuk kesekolah. Motor matic bukan pilihan yang buruk.
"Gue gak keberatan samsek kok kalo jadi ojek." Kata Boy. Rara tersenyum kecil, gak keberatan, batinnya. Buktinya, Aga aja keberatan.
"Gak apa-apa. Makasih."
Akhirnya mereka tiba disebuah motor berwarna biru dongker itu. Boy menyerahkan helm cadangan yang dia simpen di dalam jok motor. Rara mengambilnya sambil mengucapkan terima kasih. Motor itu melesat pergi meninggalkan sekolah. Rara memegang pundak Boy dengan keras. Dia tidak tahu mengapa dia sangat sakit hati. Mungkin karena Aga tidak menepati ucapannya. Lagi pula Rara siapa sih? Cuma teman masa kecil Aga yang mengganggu kehidupan cowok itu. Lagi-lagi Rara menghela nafasnya. Mengapa dia membiarkan dirinya jatuh lagi kali ini. Ternyata, memiliki sahabat berbeda jenis kelamin sangat berbahaya.
###
"Rara, makan dulu."
"Nanti." Rara mengabaikan panggilan dari Ibunda-nya. Mengabaikan panggilan yang biasanya dia tunggu itu. Makanan biasanya membuatnya senang. Kali ini, untuk melihat makanan saja dia tidak nafsu.
"Kamu kenapa?" Bundanya masuk ke kamarnya. Melihat anak gadisnya sedang tiduran dengan wajah yang sangat lelah.
"Tadi Rara pusing abis dari UKS." Bunda memegang dahi Rara. Tidak panas namun wajah gadis itu pucat.
"Makanya makan. Reza udah nungguin tuh dibawah." Reza. Adiknya yang cerewet itu pasti akan menertawakannya atau tidak? Memang, Rara juga sepertinya sudah tahu bahwa adiknya 'tahu'. Tapi Rara bersikap seperti biasa. Menganggap tidak ada apa-apa. Dan sebenarnya Reza juga memang sudah curiga kepada kakaknya. Hubungan kakaknya dengan anak cowok mantan tetangga mereka itu. Membuat Reza berpikir ini adalah bestfriend zone.
"Iya. Nih Rara bangun."
Rara keluar dari kamarnya dengan Ibundanya. Berjalan kearah meja makan dimana Ayahnya dan Reza sudah duduk. Rara lupa bahwa Ayahnya pulang cepat hari ini.
"Ayah udah pulang?"
"Baru pulang. Kamu ayah pulang bukannya disambut malah tidur dikamar." Sindir Ayahnya. Rara tersenyum merasa bersalah.
"Rara capek tadi. Hehe.."
"Yaudah. Nih Bunda masak Ayam goreng. Kesukaan Rara." Rara mengambil piringnya dan menuangkan nasi kedalamnya. Dia duudk disamping Reza. Reza melihat kakanya dengan lamat-lamat. Perasaan dia saja atau memang mata kakaknya bengkak? Kira-kira itulah yang dibenak Reza.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA [Completed✔]
Teen Fiction"Akankah bunga itu berubah menjadi merah?" Kehidupan Razita selalu dipenuhi dengan Darga. Cowok yang tadinya tingginya lebih pendek dari Razita. Nama panggilan Razita dari Darga adalah Rara. Dan nama panggilan Darga dari Razita adalah Aga. J...