"Maaf banget. Rencana ke Dufan batal." Kata Farzi sambil menatap Rara, Tari, dan Boy satu-satu. Cowok itu menatap dengan penuh penyesalan.
"Gak apa-apa." Kata Rara.
"Gimana lagi? Kita udah kalah. Gak bisa muter balik waktu." Tari berkata dengan sedih. Memang, awalnya Tari sangat antusias dengan rencana ini.
"Gak enak gue sumpah." Kata Boy. Rara menatap teman-temannya tanpa suara. Memang betul kekalahan kemarin menjadi sebuah pukulan yang keras bagi sekolah mereka. Pasalnya, sekolahan mereka selalu menang. Yang memang paling memalukan adalah kalah di rumah sendiri.
"Gak apa-apa. Udah takdir."
"Anju. Btw, Boy, gak ada kendala kan?"
"Gak ada. Alhamdulillah semuanya lancar." Boy mengelus dadanya dengan menampilkan mimik wajah puas.
"Gila. Iyalah, yang ngerjain elo semua."
"Bisa aja kamu." Boy terkekeh mendengar perkataan Tari.
"Emang sih belakangan ini si Aga agak aneh. Dia kaya lemes, lesu, lelah gitu." Kata Tari sambil membayangkan permainan yang ia tonton kemarin.
"Sama kaya elo, Ra. Lo malah pingsan. Untung cowok-cowok pada baik."
"Apa? Rara pingsan??" Boy menatap cepat kearah Rara. Rara membulatkan matanya.
"Lo pingsan, Ra? Kok gue gak tau?" Kata Farzi sambil ikutan melihat kearah Rara.
"Ya mana kalian tau. Farzi sibuk ngeliat cheerleader berpakaian minim yang WAW, Boy sibuk sama permainan basketnya. Gimana mau tau???"
"Harusnya lo langsung bilang ke kita, Ra!" Kata Boy dengan nada khawatir. Dia baru tahu fakta ini.
"Hehe.. Maaf. Maaf."
Tanpa mereka sadari, seseorang mendengar percakapan itu. Seseorang yang duduk tidak jauh dari mereka. Hatinya mencelos mendengar hal itu. Rara pingsan apakah akibat ulahnya? Cowok itu melirik sekilas untuk melihat wajah Rara. Cewek itu memang terlihat tampak pucat. Lebih pucat dari hari sebelum-sebelumnya.
Dia gak ngejaga makan lagi?Batin Aga.
"Ga, makanannya dimakan dulu."
Cewek dihadapannya tidak menaruh curiga sedikitpun. Syukurlah Wendy tidak menyadari 'siapa' yang sedang Aga lihat.
###
"Ke mall yuk." Tiba-tiba Tari sudah berdiri didepan pintu kelas Rara. Rara yang baru saja keluar kelas menatap Tari dengan heran.
"Gak salah, nih?"
"Nggak! Serius nih. Mau beli buku." Rara menelengkan kepalanya. Jika hanya untuk membeli buku bukankah ia bisa membeli buku di toko buku sebrang sekolah? Kenapa harus ke mall? Rasanya Rara mencium bau-bau amis makanan kucing gitu.
"Modus lo, ah."
"Yee.. Serius nih. Mau gak?"
Rara mengeluarkan ponselnya. Dia meminta Tari untuk menunggu sebentar sementara ia segera menghubungi nomor ponsel Bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA [Completed✔]
Ficção Adolescente"Akankah bunga itu berubah menjadi merah?" Kehidupan Razita selalu dipenuhi dengan Darga. Cowok yang tadinya tingginya lebih pendek dari Razita. Nama panggilan Razita dari Darga adalah Rara. Dan nama panggilan Darga dari Razita adalah Aga. J...