Motor matic itu melaju membelah jalanan yang terhitung sepi. Rara berusaha was-was. Dia sebenarnya sedikit risih jika harus diantar oleh Aga. Maklum, Darga Vernand salah satu badboy yang memiliki banyak fans. Termasuk Rara sendiri. Saat SMP, Aga sudah memiliki pacar. Saat itu Rara merasa tersingkirkan. Keberadaannya dianggap hilang oleh Aga. Rara tahu betul Aga senang gonta-ganti pacar. Beberapa kali Aga pernah dimarahi Mamahnya. Namun bukan Darga namanya kalu tidak bisa mengalihkan pembicaraan. Saat itu Aga hanya bilang, "Aga ngga parah kok, mah. Aga ngga mainin mereka. Aga juga masih suci kok mah." Dan jawaban Aga itu dibalas pelototan Mamahnya. Yang membuat Aga kabur kerumah Rara diam-diam.
Kurang dari lima belas menit, mereka tiba disekolah. Sekolah masih tampak ramai. Masih banyak anak-anak yang duduk-duduk disepanjang parkiran, mengobrol satu sama lain.
Aga memarkirkan motornya di bawah pohon jambu. Rara segera turun dan menyerahkan helm kepada Aga yang sudah siap-siap dengan tas ditubuhnya. Aga menerima helm tersebut dan memasukkannya ke bawah jok.
Rara memilih berjalan dibelakang Aga. Takut laki-laki itu tidak masuk ke ruang guru. Bagaimanapun dia sudah diberi amanat.
Disepanjang perjalanan mereka, Aga sesekali tebar pesona seperti biasanya. Membalas senyuman para siswi yang menyapanya. Bahkan Aga tidak menyadari bahwa setelah para siswi itu tersenyum manis padanya, mereka melototi Rara yang berjalan dibelakang Aga. Terkadang Rara tidak suka sifat Aga yang selalu mencari mangsa. Rara tidak bisa menghindari Aga, sejauh apapun Rara berusaha, pasti Aga akan datang kembali.
"Ra. Pak Sultan dimana?"
Rara menegakkan kepalanya, membuatnya menatap wajah tampan teman masa kecilnya. Rara menaikan sebelah alisnya dan melihat ke sisi sebelah kanan mereka dimana tertera besar-besar bacaan 'RUANG GURU'.
"WC." Jawab Rara asal. Sudut bibir Aga naik mendengarnya.
"Lu ikut masuk aja atau nunggu disini?"
"Gue nunggu disini. Males gue jadi kambing conge didalem."
"Okay. Lu balik bareng gue kan?"
Rara menganggukan kepalanya. Setelah itu, Aga segera masuk kedalam guru. Rara sebenarnya sudah sering dan malah malas mengantar bocah gila itu bolak-balik Ruang Guru dan BK. Entah masalah absen, ataupun nilai. Dan sialnya, seantero sekolah tahu bahwa Rara adalah teman dekat Aga. Membuatnya menjadi sasaran empuk alasan untuk Aga agar mau datang.
Rara berjalan dan duduk diteras dimana sebuah bangku biasa untuk tempat duduk para murid berada. Matanya menelusuri pemandangan dihadapannya yang merupakan lapangan. Sudut bibirnya terangkat sedikit mengenang kejadian itu. Kejadian setahun silam, dimana titik mula hidupnya yang sudah tidak bisa dianggap 'monoton' lagi.
Saat ini upacara penerimaan siswa baru. Setelah mereka mengikuti acara MOS selama seminggu, murid berseragam SMP yang akan berganti SMA itu mengikuti upacara penutupan yang sangat lama.
BRUK!
Semua mata murid dan guru melihat kesatu titik. Dimana seorang siswa sedang terududuk karena jatuh sehabis berlari. Dengan seragam SMP yang kotor dan beberapa pita warna-warni di lengan kanannya, membuat laki-laki itu disegani anak OSIS. Dengan perlahan laki-laki itu membenarkan posisi name tag dengan tulisan seperti ceker ayam.
Cengiran yang biasa muncul diwajahnya terlihat dan membuat semuanya menatapnya kagum. Laki-laki itu berjalan dengan santai kebarisannya. Membuat kasak-kusuk diantara para siswi.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA [Completed✔]
أدب المراهقين"Akankah bunga itu berubah menjadi merah?" Kehidupan Razita selalu dipenuhi dengan Darga. Cowok yang tadinya tingginya lebih pendek dari Razita. Nama panggilan Razita dari Darga adalah Rara. Dan nama panggilan Darga dari Razita adalah Aga. J...