"Jih gak punya muka."
Rara menutup telinganya rapat-rapat. Pemikiran awalnya ingin dia buang ke laut. Kenyataannya, keadaannya saat ini tidak jauh lebih baik dari dulu. Sindiran-sindiran kembali dia terima. Hanya karena dia sering jalan dengan Boy. Padahal mereka tidak tahu, bahwa sebenarnya Rara sedang dikejar bukan Rara yang mengejar. Cinta itu manis, namun disaat bersamaan terasa pahit.
"Sini, Ra! Boy!" Tari berteriak. Farzi disebelahnya menatap cewek itu dengan malas. Istirahat pertama saja cewek itu sudah berteriak minta dikurung dikandang kucing.
"Kalian mau makan apa? Gue sama Farzi udah pesen mie ayam. Hehe.."
Rara melirik kearah sekitarnya. Sayang, niatnya ingin melihat makanan, eh, yang ia lihat tatapan sinis dan keingintahuan siswa-siswi yang lain. Rara tersenyum pahit.
"Gue sih mau martabak mini. Pengen yang manis-manis."
"Loh, kan Rara udah manis?" Tari segera menjitak kepala Farzi. Membuat cowok itu mengaduh kesakitan.
"Bisaan aja lo. Haha.," Kata Boy cengengesan. Rara merasakan wajahnya memanas. Dia malu. Atau hanya salting saja?
"Tuh. Muka Rara jadi merah kek tomat gitu." Kata Tari menatap kesal Farzi.
"Eh, gak apa-apa. Makin manis. Emangnya elo? Kalo dipuji juga merah sih, eh tapi merahnya kek banteng mau ngamuk."
"Eh anjir! Gue pites juga lo!"
"Berantem mulu. Nanti jadian loh." Kata Boy lalu duduk dihadapan Farzi. Rara ikut duduk disamping Boy berhadapan dengan Tari.
"Ogah."
"Najis."
"Jangan gitu. Jodoh gak ada yang tau." Kata Rara sambil tersenyum. Membuat Farzi memelototi Rara.
"Jangan melototin Rara." Kata Tari lagi sambil menginjak sepatu Farzi.
"Kalo jodoh gue Rara sih gue seneng. Hehe.."
Rara tersenyum kecil. Boy disebelahnya sudah tertawa renyah. Tari meledek Farzi.
Lihat? Aku kini memiliki teman yang lain. Aku tidak akan selalu bergantung kepadamu lagi. Walaupun kita akan kembali bersama-sama, aku tidak akan merepotkanmu lagi. Aku juga akan berusaha melupakan rasa ini. Rasa yang seharusnya memang tidak pernah kumiliki.
###
"Sumpah, Ra. Gue ngga ngerti." Rara mengusap wajahnya. Saat ini, Aga sedang 'berkunjung' kerumahnya karena besok mereka akan Ulangan Harian –lagi-. Rara mengeluarkan buku rumus matematika kecil dari tasnya. Memberikannya kepada Aga yang terlihat malas menerimanya.
"Lu dari dulu ngga berubah ya, Ra? Biarin gue nyontek ke elu gitu." Aga berkata dengan nada mencibir. Membuat Rara mendengus mendengarnya. Rara juga sebenarnya tidak terlalu pintar. Namun memang dia mengerti, jika dibandingkan Aga. Rara menatap tajam Aga yang kini sedang memainkan ponselnya.
"Siniin hp-nya." Rara mengulurkan tangan kanannya yang dibalas tatapan tanda tanya dari Aga. Tanpa basa-basi, Aga memberikan ponselnya kepada Rara yang segera menyipitkan matanya. Membuat Aga mencibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA [Completed✔]
Roman pour Adolescents"Akankah bunga itu berubah menjadi merah?" Kehidupan Razita selalu dipenuhi dengan Darga. Cowok yang tadinya tingginya lebih pendek dari Razita. Nama panggilan Razita dari Darga adalah Rara. Dan nama panggilan Darga dari Razita adalah Aga. J...