"Wen. Aku nanti mau pulang sama Rara. Aku ada urusan sebentar." Wendy yang hendak menuju kekantin itu mengerenyit heran. Dia melirik Rara yang berdiri tepat disebelah Aga. Rara menundukan kepalanya. Dia sebenarnya takut juga melihat Wendy.
"Urusan apa? Harus banget sama Rara?" Wendy berkata dengan ketus. Mendengar nada bicara Wendy yang mengundang kesalahpahaman, Rara tidak menunduk lagi. Ia menatap wendy dengan takut-takut.
"Bukan gitu, Wen. Duh." Kata Rara menggaruk belakang kepalanya.
"Bukan gitu gimana? Jelasin dong." Wendy sedikit membentak Rara. Rara yang terkejut langsung membelalakan matanya. Dia lantas mundur sedikit. Rasanya ingin kabur saja dari tempat itu. Aga yang merasakan adanya hawa-hawa panas segera menengahi.
"Memang harus Rara, Wen."
Wendy mendecakkan lidahnya.
"Kamu sadar gak sih? Makin kesini kamu kaya nempel banget sama Rara? Aku gak tau deh kalian ada urusan apa sampe sepenting itu, Cuma kalo kaya gini siswa lain mandang kita buruk, Ga." Aga mengerenyit.
"Mandang buruk gimana?"
"Ya nanti dikira kamu putus sama aku terus jadian sama sahabat kamu sendiri. Kamu nggak mikirin image kamu disekolah?" Kerutan di dahi Aga semakin dalam. Cowok itu menatap Wendy dengan tidak percaya. Image katanya?
"Image? Jadi kamu pacaran sama aku karena image? Nyampe dipikirin gitu?" Rara menatap Aga dan Wendy bergantian. Cewek itu berdiri ditengah-tengah keduanya. Dia menjadi penengah diantara jarak mereka berdua.
"Udah deh gini aja. Aga, lo bawa Wendy aja. Jangan gue. Gue.. gak mau ngeliat kalian kaya gini." Kini Rara menatap Aga dengan tampang memelas. Namun, reaksi Aga sangat diluar dugaan. Perkataan yang ia lontarkan selanjutnya membuat siswa yang berlalu lalang dikoridor berhenti.
"Harus lo, Ra. Karena lo yang paling ngertiin gue."
Rara membelalakan matanya. Wendy juga.
"Tuh kan. Udah gue duga ujungnya bakalan gini." Wendy berkata dengan ketus. Teman-teman genk-nya mengusap lembut pundak Wendy. Mereka membisikan sesuatu yang membuat Wendy semakin emosi.
"Udah gue duga. Lo bakalan ngerusak hubungan gue sama Aga."
"Gue?" Kata Rara menunjuk dirinya sendiri.
"Iya. Elo! Dasar PHO!" Teriak Wendy geram. Rara terkejut. Dia menutup mulutnya dengan sebelah tangannya. Rara mundur dari keduanya. Dia bukan bermaksud PHO. Dia hanya ingin membantu Aga.
"Siapa lo berhak nuduh Rara jadi PHO?"
"Lo bela dia Darga?!!"
"Iya! Salah ya gue bela sahabat gue sendiri?! Daripada gue bela lo yang seenak jidatnya jalan sama cowok lain dibelakang gue!"
"Jalan sama cowok?"
"Oh. Kayanya lu amnesia deh. Gue pernah liat lo jalan duaan sama si Kevin. Jangan pikir gue gak tau. Gue berusaha sabar nahan semuanya, percaya sama lo. Tapi nyatanya kepercayaan gue malah dirusak." Aga menatap datar Wendy. Wendy tidak menyangka, dia akan ketahuan secepat itu. Padahal, dia hanya ingin bersenang-senang saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA [Completed✔]
Teen Fiction"Akankah bunga itu berubah menjadi merah?" Kehidupan Razita selalu dipenuhi dengan Darga. Cowok yang tadinya tingginya lebih pendek dari Razita. Nama panggilan Razita dari Darga adalah Rara. Dan nama panggilan Darga dari Razita adalah Aga. J...