Youth - Troye Sivan
"Yang ini lucu bangeeeetttt..." Boy mengeluarkan ekspresi jijik diwajahnya. Rara terkekeh geli. Mereka kini sedang mendorong troli sedangkan dihadapan mereka ada Aga dan Wendy yang terus berteriak histeris melihat barang imut. Padahal biasa saja menurut Boy.
"Lebay."
"Udah Boy. Fokus aja tadi apa lagi?" Rara melihat kertas daftar belanjaan yang sedang dibawa Boy ditangannya.
"Tali sama kertas." Rara menghembuskan nafasnya lega. Dikit lagi selesai dia akan keluar dari penjara ini.
"Sakit ya." Kata Rara sambil melirik Boy. Boy tersenyum kecut.
"Coba untuk lebih kuat, Ra."
Rara mengangguk. Mungkin ini ujian baginya. Lalu, Aga tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia dan Wendy melihat kearah Boy dan Rara.
"Abis ini makan yuk? Wendy udah laper."
Kapan ujian hari ini selesai T_T, batin Rara.
###
"Mau tukeran gak ayamnya?" Rara menggeleng. Boy terlihat tidak yakin dengan jawaban Rara.
"Yakin gak mau? Yang gue dada loh. Banyak kulitnya." Rara menggeleng.
"Kalo cuma dibilangin aja, gak bakalan denger dia." Aga mengambil ayam dari piring Rara secara paksa lalu mengambil ayam dari piringnya sendiri. Rara cemberut dan merasa tidak enak. Wajah Wendy sudah mengerut tidak suka.
"Jadi Rara gak suka daging ayam? Kenapa?" Kata Wendy. Rara tergagap.
"Karna ke-ke-ras. Jadi gak enak."
"Oh gitu. Enak dong nyokap lo kalo masak ayam murah? Kan lu suka kulitnya doang."
JLEBB!
Rara menatap Wendy tidak suka.
"Gak gitu juga." Kata Rara dengan kesal. Wendy menaikkan sebelah alisnya. Dia melihat Rara aneh.
"Santai aja kali. Gue Cuma bercanda." Katanya lalu terkikik. Boy menatap Wendy kesal. Ketawanya mirip kunti aja, kata Boy lalu tersenyum miring.
"Wow! Nice, Ga." Kata Boy. Aga menelengkan kepalanya heran. "Nice apaan?"
Lalu makan malam itu dihabiskan dengan gurauan sepasang anak ayam dihadapan Boy dan Rara. Mereka terus menyerocos seakan hanya mereka berdua ditempat itu. Boy melirik Rara yang makanannya sudah hampir habis.
"Kalo udah selesai langsung balik, ya?" Kata Boy pelan. Rara mengangguk.
"Loh? Kalian nggak main dulu gitu? Langsung balik ke rumah?" Kata Wendy. Mungkn kupingnya seperti kelelawar dan otaknya mirip tiang listrik yang nyambung aja. Boy menatap remeh Wendy. Menunjukan rasa tidak sukanya secara terang-terangan.
"Maaf aja. Gue sama Rara bukan anak malam."
Lalu Rara bangkit.
"Gue mau cuci tangan dulu." Katanya. Boy memberi jalan kepada Rara.
Dikamar mandi, Rara menatap pantulan wajahnya dicermin. Dia tersenyum sedih.
"Sampai kapan gue harus ngebohongin diri gue sendiri?"
###
Rara membaca Novel itu. Dia sudah tau ceritanya secara garis besar. Mereka saling suka namun tidak berani mengungkapkan. Namun pada akhirnya mereka bisa tahu perasaan masing-masing. Rara tersenyum miris. Jika di cerita-cerita yang sudah dia baca, pasti ada momen ketika perasaan itu ketahuan. Muncul dan membuat sang lawan bicara terkejut dengan 'pernyataan cinta' yang mendadak. Apakah dia akan seperti itu? Secara tidak sengaja mengutarakan perasaannya? Rara menggeleng. Dia akan membuat kisah cintanya sendiri. Dia akan memilih kisah yang memilukan. Membiarkan perasaan itu terkubur dalam-dalam tanpa diketahui orang yang dimaksud.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA [Completed✔]
Teen Fiction"Akankah bunga itu berubah menjadi merah?" Kehidupan Razita selalu dipenuhi dengan Darga. Cowok yang tadinya tingginya lebih pendek dari Razita. Nama panggilan Razita dari Darga adalah Rara. Dan nama panggilan Darga dari Razita adalah Aga. J...