Cinta adalah sebuah fantasi.
Semua mengharapkan cinta yang sempurna, namun kenyataannya cinta tidak sempurna. Butuh banyak luka untuk mengasahnya mendapatkan kesempurnaan itu.
-RAGA-
Rara sudah tidak ingin bergantung kepada siapapun lagi. Hatinya kini telah berpindah menuju seorang cowok yang selalu menemaninya setiap hari. Mungkin. Mengobati hatinya yang luka dan menghiburnya dengan segala kemampuan cowok itu. Rara tidak peduli lagi. Dia sudah menyelesaikan tugasnya sebagai seorang sahabat bagi Aga. Dia tidak ingin masuk kedalam dunia fantasi yang ia ciptakan dulu.
Walaupun menurut Aga bunga itu telah berubah menjadi warna merah jambu, menurut Rara bunga itu tetap berwarna kuning. Rara menolak dengan keras bunga itu untuk mrubah warnanya. Biarkanlah bunga itu tetap berwarna kuning. Biarkanlah perasaan ini terkubur dan menjadi salah satu koleksi pribadi hati Rara.
Rara tidak tahu, perasaan cowok itu mulai tumbuh hanya untuknya. Rara tidak tahu, Aga mulai merasakan getaran itu. Dan Aga tidak tahu, bahwa Rara sudah tidak memiliki getaran itu lagi. Sudah terlalu banyak rasa sakit hati yang ia bawa. Sudah terlalu banyak pisau yang menyayat hatinya secara perlahan.
"Ra. Main yuk." Rara menoleh ketika mendengar suara Aga dari samping mejanya. Cowok itu tersenyum manis. Sangat manis. Membuat Rara seperti kembali ke masa lalu. Disaat semuanya baik-baik saja.
"Maaf. Tapi gue udah ada janji sama Boy." Senyum manis itu memudar. Cowok itu menatap Rara dan memperhatikan wajah cewek itu. Tiba-tiba hatinya sepeti disergap hawa panas. Melihat Rara sudah semakin menjauh dari jangkauannya.
"Oh gitu." Katanya dengan sedih. Rara dapat mendengar nada sayu didalam kalimat yang Aga lontarkan. Cewek itu tersenyum miris. Mungkin dulu gue bakalan nerima ajakan lo tanpa berpikir dua kali, Ga batin Rara. Cewek itu meminta maaf dengan memegang pundak Aga.
"Mungkin lain kali."
Rara pergi dari kelasnya. Menuju kearah ruang guru untuk mengumpulkan tugasnya yang lupa ditanda tangani. Aga tidak tahu, bahwa kini Rara berusaha menghindarinya. Menghindari perasaan itu kembali.
###
"Lo mau ketemu sama, gue?" Aga mengerenyitkan dahinya heran ketika dia dihampiri adek kelas. Boy ingin menemuinya di ruang OSIS yang sudah kosong. Langsung saja Aga kesitu, berhubung juga dia sedang tidak ada kerjaan.
"Iya. Ada yang mau gue omongin."
"Apa?" Tanya Aga tanpa basa-basi. Cowok itu menatap tajam Boy.
"Tolong kasih Rara ke gue."
Hening.
Boy menatap Aga dengan tatapan tajamnya. Sebaliknya, Aga menatap Boy dengan wajah terkejutnya. Dugaannya selama ini benar. Memang antara Boy dan Rara 'ada apa-apa'.
"Lo kira Rara barang?" Kata Aga protes. Kini Boy yang menatap sinis Aga.
"Lo kira Rara gak punya hati?" Aga menaikkan sebelah alisnya mendengar perkataan Boy.
"Lo udah tau kan? Kalo Rara selama ini suka sama lo?"
Aga terdiam. Cowok itu tidak mengeluarkan sepatah katapun.
"Lo udah tau. Dan lo tau kenapa dia ngejauhin lo? Nggak secara langsung sih, tapi lo merasa kan dia jauhin lo sbeelum-sebelumnya?"
"Gue..." Aga tergagap. Ya, Rara memang menjauhinya.
"Nah. Biar gue perjelas. Dia berusaha keras buat move on dari lo."
Aga dengan cepat langsung menatap Boy. Cowok dihadapannya menatapnya dengan dingin. Dalam hatinya, Aga tidak ingin percaya dengan perkataan Boy. Tapi nyatanya perkataan cowok itu memang sesuai fakta. Dan itu sangat menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA [Completed✔]
Ficção Adolescente"Akankah bunga itu berubah menjadi merah?" Kehidupan Razita selalu dipenuhi dengan Darga. Cowok yang tadinya tingginya lebih pendek dari Razita. Nama panggilan Razita dari Darga adalah Rara. Dan nama panggilan Darga dari Razita adalah Aga. J...