"Menangislah... Aku tau bagaimana keadaanmu sekarang.."
Akhirnya, Momo menangis di pelukan orang itu. Ia tidak peduli siapa yang tengah mendekapnya sekarang. Tapi yang pasti ia benar-benar membutuhkan sandaran untuknya menangis dan meluapkan semuanya.
Orang itu mengusap kepala Momo untuk membantu menenangkannya. Selang beberapa menitnya, Tangisan Momo mereda.
"Sudah puas menangisnya?" tanya orang itu. Momo melepas pelukan dan mendongak, melihat siapa yang baru saja menjadi sandarannya.
"W-wonho..."
Namja itu tersenyum. Tidak. Bukan tersenyum meledek. Ia tersenyum tulus kepada Momo. Bahkan Momo sendiri tidak percaya bahwa Wonho yang ia temui kali ini begitu berbeda. Momo berbalik badan.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Momo.
"Tadi aku melihatmu berlarian di koridor lalu menaiki tangga dan berakhir disini." jawab Wonho.
"Kau mengikutiku?"
"Benar, aku takut terjadi sesuatu padamu. Dan karna kau juga menangis, jadi sepertinya aku tau bagaimana keadaanmu." jelas Wonho.
Momo terdiam. Ia tidak pernah mendengar Wonho berbicara serius seperti ini. Tidak, Wonho memang pernah serius padanya. Hanya saja tidak se-serius kali ini. Dan, Ia tidak menduga bahwa Wonho baru saja mengkhawatirkannya.
"Kau tidak perlu mengkhawatirkanku seperti itu. Aku tidak suka pada orang yang berbohong." jelas Momo.
Wonho menghampiri Momo dan memeluknya dari belakang.
"Tidak. Aku tidak berbohong. Aku memang mengkhawatirkanmu, Momo. Aku berpikir akan terjadi sesuatu padamu." ucap Wonho.
Tidak ada reaksi apa-apa pada Momo saat Wonho memeluknya.
Shin Hoseok, andaikan kau tau bagaimana perasaanku terhadapmu. Waktu itu aku tidak ingin jujur padamu karena aku memang belum siap. Aku belum siap menghadapi sesuatu yang lain, yang bahkan mungkin membuatku sakit lagi.
---
Momo berjalan di koridor menuju ruang latihan menari. Barangkali ia akan bertemu dengan Minhyuk disana.
Tidak, tidak ada orang satupun di ruang latihan.
Minhyuk sunbae mungkin sedang ada pelajaran tambahan. pikir Momo.
Momo akhirnya duduk di sofa yang berada di ruangan itu. Ia menunggu seseorang yang masuk ke ruang itu. Entah itu murid atau Minhyuk sendiri ia tak peduli, yang pasti ia tidak ingin berlama-lama sendirian di ruang latihan.
---
Pintu terbuka. Terlihat seorang lelaki berseragam berambut pirang kecoklatan yang membawa sebungkus jokbal di tangannya.
Ia sudah mengira bahwa pasti akan ada Momo di ruang latihan. Lelaki itu tersenyum lalu menyimpan jokbal di meja dekat sofa.
Sofa yang telah dijadikan tempat tidur oleh Momo.
"Momo, bangunlah."
Minhyuk mengguncangkan tubuh Momo dan menepuk kedua pipi Momo agar ia terbangun.
"eumhh.. Apa.." Momo akhirnya membuka matanya dan melihat Minhyuk.
"Oh, sunbae."
Momo bangun dan duduk di sofa.
"Apa kau melewatkan beberapa pelajaran hari ini?" tanya Minhyuk.
"Sepertinya begitu." Momo menjawab sambil mengucek matanya.
"Kenapa?"
"Ada urusan lain. Yah, masalah pribadi kurasa."
"Apa masalah itu lebih penting dibanding pelajaran?"
Momo menggeleng. "Tapi, absen dari pelajaran tidak akan membuatku mati. Mungkin hanya akan dapat hukuman biasa dan ibuku sudah biasa dengan itu."
Minhyuk mengacak rambut Momo.
"Jangan biasakan hal itu. Itu tidak baik untukmu, mengerti?"
Momo mengangguk.
"Nah, aku sudah membeli sebungkus jokbal, makanan kesukaanmu kan?".
"Iya! Terima kasih, sunbae." Momo tersenyum.
---
Momo berjalan menuju gerbang sekolah. Benar, ia ingin segera pulang. Karena ia sangat lelah hari ini.
Kemudian, ada sebuah motor yang berhenti tepat di hadapannya. Lelaki yang mengendarainya pun membuka helm nya.
Ia tersenyum pada Momo.
"Ayo kita jalan-jalan. Aku yakin perasaanmu akan lebih baik nanti."
Momo terdiam. Lelaki bermarga Shin itu mengajaknya pergi.
Benar juga, tidak mungkin aku pulang dengan perasaan yang campur aduk begini. Pergi jalan-jalan dengannya mungkin bisa membuat perasaanku lebih baik..
"Baiklah, aku ikut."
Momo naik ke jok belakang motor itu.
"Berpegangan atau kau akan jatuh, Momo."
Lelaki itu kembali memakai helm nya. Tanpa ragu Momo memeluk pinggang nya dari belakang. Motor itu mulai melaju ke jalan raya.
Di kejauhan, terlihat seorang murid lelaki yang berdiri di lobi sekolah. Ia sempat memperhatikan Momo dengan lelaki bermotor itu. Ia terdiam melihatnya.
"Kihyun, ayo pergi." Seorang gadis berambut hitam menepuk pundaknya.
"Ah, ya."
Ia pun pergi.
.
.
.
TBC
sori slow update. Baru kepikiran ide nya :v sekali lagi mohon maap. minggu lalu author nya juga uas hehe. jangan bosen baca ini. jangan bosen nunggu update nya. nungguin doi aja ga bosen, masa nunggu ini bosen bhak. udah itu aja. Vomen nya plis, Trims~
![](https://img.wattpad.com/cover/84346443-288-k199240.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
This Heart (MONSTWICE)
Fanfic[END] Hati yang terlihat kuat, namun nyatanya paling rapuh. Memperjuangkan seseorang yang bahkan tidak tahu hatinya untuk siapa. Yang pasti ia tidak pernah yakin bahwa orang yang diperjuangkannya akan memberinya kesempatan sekedar untuk hinggap di h...