Nan nege da georeo
Nae jeonbureul da georeo
Nan nege da georeo
Oh eh oh oh oh oh
Nan nege da georeoAku terbangun begitu mendengar alarm ponselku berbunyi.
"Ini hari minggu.." ucapku malas.
Aku mematikan alarm nya lalu duduk di atas tempat tidur ini. Mataku masih terpejam, selimut masih menutupi sebagian kaki jenjang ku. Beberapa saat nya aku beranjak dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi.
---
"Joshua."
Lelaki berambut coklat itu menengok padaku.
"Kenapa hanya ada kau di sini? Ayah dan ibu kemana?" tanyaku.
"Mereka pergi untuk membeli sesuatu. Yah, kau tau untuk dibawa ke California." jawabnya.
Aku mengangguk mengerti.
"Ini hari minggu, kenapa kau tidak keluar untuk jalan-jalan?" tanyaku.
"Memang kalau weekend harus sekali pergi keluar? Aku sedang malas keluar. Kau saja."
Aku menghela nafas. Baiklah, kurasa memang sepertinya aku harus keluar. Aku butuh refreshing. Ah sepertinya aku teringat soal kemarin. Wonho menciumku ya. Baiklah, kalau memikirkan soal itu rasanya aku ingin....
Sudahlah.
"Kalau begitu aku pergi jogging saja." Aku kembali ke kamar untuk mengganti pakaianku.
---
Tidak terasa aku sudah lari sampai sejauh ini. Taman di perumahan ini. Yah, suasananya sangat ramai karena ini hari minggu. Aku mulai melanjutkan jalan cepat ku. Tanpa menghiraukan orang-orang yang berada di sisi kanan dan kiri ku.
"Awas!"
Ada seseorang yang mengendarai sepeda nya dengan cepat ke arahku. Aku menghindar, hampir jatuh. Ada orang lain yang menangkapku. Matanya dan mataku bertemu di saat itu. Tunggu, orang ini. Rasanya tidak asing.
"H-hyungwon?"
Aku kembali ke posisi semula.
"Ah, Momo. Aku pikir kau sudah lupa." ucapnya.
Aku menggeleng cepat.
"Tidak, aku tidak lupa. Bagaimana aku lupa pada orang yang pernah menjadi sandaranku."
Aku menunduk malu saat mengatakannya.
"Omong-omong, kau merubah warna rambutmu?" tanyaku.
Yah, awal bertemu kulihat rambutnya berwarna pirang. Tapi kini rambutnya berwarna hitam kecoklatan.
"Ah, kau memperhatikannya ya." aku lihat ia memegang rambutnya. Aku tertawa kecil.
---
Hyungwon
"Jadi, kapan kau pindah kemari?"
"Kemarin." jawabku.
Kulihat dia mengangguk mengerti.
"Apa nanti aku boleh berkunjung ke rumahmu? Sebagai tamu pertama kurasa."
Aku tersenyum.
"Tentu saja. Tapi, bagaimana kalau kita jogging bersama dulu?"
"Tentu."
Hirai Momo. Seorang pelajar perempuan yang kutemui di bus tempo hari. Aku senang bisa menjadi sandarannya waktu itu. Kurasa aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Karena entah kenapa kalau melihatnya menangis, rasanya sesak sekali. Dan saat melihatnya menangis rasanya aku ingin memeluknya agar perasaannya tenang.
---
"Ini rumahmu?"
"Benar sekali." jawabku.
"Kalau begitu berarti rumah kita berseberangan." ucapnya senang.
Aku tersenyum melihatnya senang seperti itu.
"Benarkah? Kalau begitu, aku bisa menyapa mu setiap pagi." ucapku.
"Tentu saja!"
Aku pergi ke dapur untuk mengambil minum, sementara Momo duduk di sofa ruang tengah.
"Kau tinggal sendiri disini?"
"Yah begitulah. Ayahku bilang nanti dia akan mengirim uang bulanan untuk keperluan ku selama disini. Dan juga untuk kuliah."
"Kuliah? Oh kau sudah kuliah? Semester berapa? Jurusan apa? Maaf kalau pertanyaanku membuatmu bingung.".
"Tidak apa-apa. Sekarang ini aku sudah semester empat. Jurusan sastra inggris."
Aku menaruh segelas es jeruk segar di meja dan duduk di sebelah Momo.
"Apa kau ada niatan untuk menjadi seorang penulis?" tanyanya lagi.
"Entahlah. Aku belum memikirkannya." jawabku. "Tapi sepertinya saranmu boleh juga, Momo."
"Hey, sekarang kita bertetangga. Tidak perlu formal seperti itu."
"Baiklah, Momo."
---
Author
Momo melambaikan tangannya pada Hyungwon begitu ia hendak pulang. Saat sampai rumah, ia melihat Joshua sedang berbicara dengan seorang lelaki. Lelaki berambut coklat ikal.
"Ah ya, Momo. Perkenalkan, dia tetangga kita sekaligus teman baruku."
"Namaku, Hirai Momo."
"Lim Changkyun."
.
.
TBC
Akhirnya dapet ide kan :v Haha, doain moga dapet ide lagi nih. Author ko ngerasa episode yg ini rada gajelas gitu ya :v ah sudahlah abaikan. Minta vomen nya ya, trims~
KAMU SEDANG MEMBACA
This Heart (MONSTWICE)
Fanfiction[END] Hati yang terlihat kuat, namun nyatanya paling rapuh. Memperjuangkan seseorang yang bahkan tidak tahu hatinya untuk siapa. Yang pasti ia tidak pernah yakin bahwa orang yang diperjuangkannya akan memberinya kesempatan sekedar untuk hinggap di h...