Five

483 52 1
                                    

Author

Momo membuka pintu rumahnya. Ia melihat sekeliling rumahnya. Sepi, ibu dan ayahnya belum pulang. Ruangan yang asalnya gelap itu pun tiba tiba terang dengan lampu.

"Hm?"

Momo melihat seorang lelaki jangkung berambut coklat lengkap dengan kacamata yang setia menempel di wajah tampannya.

"Jisoo?"

Lelaki jangkung itu tersenyum.

"Ottoshimnikka?" tanyanya. Lelaki bernama Hong Jisoo itu berjalan menghampiri Momo.

"Kapan kau datang?" tanya Momo.

"Tadi pagi. Mungkin kau sedang sekolah. Jadi tidak tahu." jawabnya.

Hong Jisoo atau biasa dipanggil Joshua itu adalah kakak sepupu Momo. Kakak sepupu yang lahir di California tepatnya. Ia sudah dekat sekali dengan Momo. Seperti adik dan kakak.

Joshua merebut tas Momo.

"H-hey, apa-apaan kau ini!"

"Sudahlah, biar aku saja yang bawakan. Oh ya, paman bilang dia akan menginap di luar kota untuk sementara." jelas Joshua.

"Lalu, Bagaimana dengan ibuku?" tanya Momo.

"Entahlah, mungkin sebentar lagi dia pulang." Joshua membawa tas berwarna coklat dengan corak pink itu ke kamar Momo. "Hey, lalu malam ini kita akan makan apa?" Momo menyusul Joshua.

---

"Bagaimana dengan kuliah mu?" tanya Momo. "Baik baik saja. Hanya saja, sekarang aku diberi cuti sekitar seminggu. Kebetulan sudah lama tidak berkunjung kemari, jadi aku kemari saja."

Momo tertawa pelan.

"Kau merindukan ku hm?" goda Momo.
Joshua melihat Momo dengan tatapan sinis nya.

"Apa? Aku benar kan?"

Kata kata Momo itu berhasil membuat Joshua menjitak kepala nya lumayan keras.

"Aw!"

"Jangan menggodaku seperti itu. Menjijikan." Joshua beranjak dari sofa dan pergi ke dapur. Momo masih mengusap-usap kepalanya yang dijitak oleh Joshua tadi.

Momo

Aku baru ingat satu hal. Bukankah tadi siang Kihyun pergi dari kelas saat pelajaran Sains? Itu artinya ia tidak mencatat apapun yang dijelaskan oleh sonsaengnim. Ini kesempatanku. Aku meraih ponselku dan segera menekan tombol nomor. Sebelum aku menekan tombol hijau, Sudah ada yang menghubungiku. Itu Kihyun. Aku menjawab panggilan nya.

"Halo?"

"Halo, Momo. Kau ada dimana?"

"Aku sedang di rumah, kenapa?"

"Begini, bisa aku pinjam buku catatan sains mu? Tadi aku keluar kelas, jadi tidak sempat mencatat apapun."

"T-tentu saja. Lagipula, ada tugas dari sonsaengnim yang harus dikumpulkan besok."

"Baiklah, kita bertemu di taman sekitar tiga puluh menit lagi ya? Di taman kota."

Panggilan terputus. Aku mengatur napasku berkali kali. Ini bukan mimpi? Padahal yang biasanya meminjamkan buku catatan itu Kihyun. Oke, sekarang aku harus bersiap-siap. Mencari baju yang cocok seakan aku berpikir aku akan kencan dengan Kihyun. Padahal hanya meminjamkan buku catatan.

---

Aku melangkah menuju taman itu. Mataku melihat kesana kemari, berusaha mencari seseorang yang baru saja membuat jantungku ingin hilang.

"Momo!"

Aku menoleh dan mendapati seorang lelaki jangkung dengan kemeja putih yang melengkapi ketampanan nya. Itu Kihyun. Aku berjalan ke arahnya. Langkahku melamban begitu melihat ia tidak sendirian. Ada seorang gadis di samping nya. Dan itu Tzuyu. Aku ingat, Tzuyu juga tidak hadir saat pelajaran Sains.

"Kau membawa buku nya?" tanya Kihyun.

Aku mengambil buku catatan Sains ku di tas kecil yang kubawa.

"Uhm.. ini."

Aku memberikan buku catatan itu pada Kihyun. Ia mengambilnya lalu menengok pada Tzuyu.

Sebelum mereka pergi, aku sempat bertanya.

"K-kalian ingin pergi ke mana?"

Kihyun menengok padaku.

"Aku ingin pergi ke rumah Tzuyu untuk mengerjakan tugas bersama." jawabnya.

Tzuyu tersenyum padaku. "Terima kasih sudah mau meminjamkan buku catatanmu, Momo." Mereka pergi meninggalkanku yang masih berdiri mematung di tengah taman ini. Sesaat kemudian aku menunduk.

Di halte bus, aku duduk sendirian. Menunduk dan memikirkan soal tadi. Aku menatap baju blouse yang kupakai saat ini. Semuanya natural. Seperti selera Kihyun. Namun, ia tetap tidak memperhatikan ku dan lebih memilih Tzuyu. Buku catatan sains ku akan menjadi saksi bisu disaat mereka berdua disana.

Bus datang, lalu aku menaiki bus itu. Aku memilih untuk duduk di baris kedua dari belakang. Aku memandang keluar jendela. Saat bus melewati taman, aku bisa melihat Kihyun dan Tzuyu sedang menikmati es krim. Lagi lagi aku menghela napas.

Dada ini terasa begitu sesak melihat kenyataan yang begitu menyakitkan. Tanpa sadar, aku menangis. Air mata ini meluncur tanpa seijinku. Kini, perasaanku lah yang berkehendak.

"Hey, kenapa kau menangis?"

.

.

TBC

Chap Five beres yaaaaayyyy *abaikan. maap slow update. hehe, kesibukan udah dateng lagi soalnya. Ntar mau UTS dan ulangan ulangan lainnya. belom lagi kerja kelompok ehe. Jadi, maapkan kalo slow update. Minta voment nya boleh dong >0< makasih~

This Heart (MONSTWICE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang