Minhyuk
"Sunbae? jadi bagaimana menurutmu?"
"Kalau kulihat, tidak ada kekurangan dari dirimu, Momo. Mungkin mereka saja yang salah melihat mu kalau menurut mereka kau tidak punya kelebihan." jelasku.
"Benarkah?" tanyanya.
Aku mengangguk. Tentu aku tidak mau membuatnya kecewa ataupun tersinggung. Tapi, aku penasaran. Sebenarnya apa yang terjadi padanya?
"Apa ada sesuatu?"
Momo menggeleng.
Aku tersenyum. Baiklah, kalau ia tidak mau mengatakannya padaku. Namun, aku tau Momo sedang ada masalah.
"Hey, kalau tidak ada masalah, bisa tolong tunjukkan senyumanmu? Raut wajahmu itu seolah mengatakan kalau kau sedang ada masalah." pintaku.
Momo menoleh padaku dan menunjukkan senyumannya.
Cantik. Yah, walaupun aku tahu itu senyuman yang ia buat-buat.
Aku dan Momo pun turun di halte dekat taman kota.
"Jadi, sekarang kita kemana, sunbae?" tanya Momo.
"Hm.. bagaimana kalau kita pergi ke toko buku? Kudengar ada buku yang baru saja datang disana." jawabku.
Kulihat ia mengangguk sambil tersenyum dengan semangatnya. Ia pun menggandeng tanganku dan pergi ke toko buku.
Author
Di toko buku itu, Minhyuk dan Momo terpisah karna mereka mencari buku yang berbeda. Minhyuk mencari buku pengetahuan tentang bahasa. Sementara Momo mencari buku novel romansa yang menarik.
Momo masih mencari buku yang menurutnya menarik untuk dibaca. Ia pun menemukan sebuah buku novel berjudul This Heart. Ia pun membaca sinopsis nya.
"Mencintai orang lain yang tidak mencintai kita itu membuat perasaan menjadi hancur. Siapa bilang? Mencintai bukan berarti memiliki. Bahkan jika kau tidak dimilikinya, itu artinya ia bukan yang terbaik untukmu. Yang terbaik akan datang dengan sendirinya. Yah, menunggu memang menyebalkan.
Tapi, selalu ada orang yang sedang memperjuangkanmu disaat kau sedang memperjuangkan orang lain. Orang itu rela mengorbankan apapun untukmu. Kau memang tidak tahu siapa.
Orang itu bahkan rela menjadi lampu penerangmu disaat kau malah menerangi kegelapan orang lain yang tidak peduli padamu.
Kau tidak perlu mencintai orang lain jika itu membuatmu hancur. Tapi, dengan cara membuat mereka bahagia walaupun secara tidak langsung, itu sudah cukup membuktikan bahwa kau mencintai orang itu dengan tulus dari hatimu yang paling dalam."
Momo terdiam membaca nya. Ini persis seperti yang dialaminya. Ia pun mengambil buku itu dan segera pergi ke kasir untuk pembayaran. Kebetulan juga disana Minhyuk sudah menunggu.
"Sudah ketemu?" tanya Minhyuk. Momo mengangguk.
Hari sudah malam. Minhyuk memutuskan untuk mengantar Momo pulang.
"Terima kasih untuk hari ini." Momo membungkuk untuk mengucapkan terima kasihnya lalu kembali berdiri tegak.
"Sama-sama. Tidak usah sungkan sungkan untuk pergi denganku lagi ya?" ucap Minhyuk sambil tertawa kecil dan menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.
Momo tersenyum. "Iya."
"Kalau begitu aku pamit pulang dulu ya." Minhyuk pun pergi. Momo memandang Minhyuk yang semakin lama semakin jauh dari rumahnya.
"Hirai Momo, kenapa kau pulang telat?" tanya sang ibu.
"Tadi, sebenarnya aku pergi dulu dengan Minhyuk sunbae. Mood ku sedang tidak beraturan. Jadi, aku pergi saja dengannya. Ibu tidak perlu khawatir, Minhyuk sunbae itu orang baik." jelas Momo.
"Baiklah, ibu percaya."
Momo tersenyum di sela-sela kunyahan makanannya itu. Sementara sang sepupu, Joshua hanya memperhatikan sambil memakan makan malamnya.
Setelah makan malam, Momo kembali ke kamarnya dan segera membuka buku novel yang ia beli bersama Minhyuk. Sudah membaca beberapa halaman, Momo pun tertidur.
Kalau memang mencintai orang lain bisa sesakit ini. Mungkin aku bisa mencintai orang itu dengan cara lain. Tapi, selama masih ada peluang aku akan berusaha semampuku untuk mendapatkannya. Sialnya, hati ini terlalu rapuh. Apa aku akan kuat menghadapi semua kenyataan yang akan muncul di depan mataku nanti? Entahlah.
-Hirai Momo-
.
.
TBC
chap ten beres. ngeliat hurup chap nya keinget siapa ya. Ten? Ten NCT? :v bhak, Bagi vomen nya yaa. Thx~

KAMU SEDANG MEMBACA
This Heart (MONSTWICE)
Fanfiction[END] Hati yang terlihat kuat, namun nyatanya paling rapuh. Memperjuangkan seseorang yang bahkan tidak tahu hatinya untuk siapa. Yang pasti ia tidak pernah yakin bahwa orang yang diperjuangkannya akan memberinya kesempatan sekedar untuk hinggap di h...