Twenty Three

292 36 1
                                    

4 hari kemudian...

Hyungwon pergi keluar rumah untuk membuang sampah. Tepat saat ia membuang plastik berisikan sampah itu, ia merasa ada seseorang di sebelahnya yang sedang membuang sampah juga. Ia menoleh.

Gadis berambut hitam itu ikut menoleh sambil tersenyum.

"Lama tidak bertemu, Chae Hyungwon." ucapnya.

Hyungwon tersenyum.

"Momo, kapan kau sampai?" tanya Hyungwon.

"Tadi malam. Sebenarnya rencana pulang itu hari ini. Tapi sepertinya ayah dan ibuku ada urusan mendadak di kantor. Jadi kami pulang lebih cepat." jelas Momo.

"Hari minggu ini?"

Momo mengangguk.

"Ah ya. Kau memakan kue pemberianku tempo hari kan?" tanya Momo.

"Benar. Aku pikir kau yang membuatnya."

Momo tertawa kecil.

"Tidak, aku tidak sehebat itu untuk membuat cupcake dan kue coklat."

"Kau mewarnai rambutmu?" tanya Hyungwon.

"Benar, warna nya bagus kan? Joshua yang menyarankan ku untuk memakai warna ini." kata Momo sambil memainkan rambut hitam nya.

"Kau sudah sarapan?" tanya Momo. Hyungwon menggeleng.

"Belum."

"Bagaimana kalau sarapan bersama di rumahku. Ayah dan ibu sudah berangkat, Joshua juga tidak ikut pulang. Bagaimana?"

---

Hyungwon hendak  membawa piring yang sudah kosong itu ke dapur rumah Momo.

"Ah Hyungwon. Biar aku saja." Momo mengambil piring yang dibawa Hyungwon.

"Tidak apa-apa? Maaf aku merepotkanmu." ucap Hyungwon.

"Tidak. Tidak masalah. Kau tidak merepotkanku sama sekali."

Momo membawa kedua piring kosong itu ke dapurnya.

PRANG

"Auw.."

Hyungwon segera ke dapur untuk melihat apa yang terjadi.

"Momo!"

Hyungwon segera membantu Momo. Ia menjauhkan pecahan beling-beling itu dari Momo.

"Kau baik-baik saja?"

Momo menggeleng dan melihat kakinya.
"Kakimu.. terkena pecahan beling!"

---

"P-pelan-pelan.. ah.."

"Ini sudah yang paling pelan."  ucap Hyungwon.

Momo terus merintih begitu Hyungwon membersihkan beling dari kakinya. Tepatnya mencabutnya.

"Nah sudah."

Momo memandang Hyungwon yang sedang memasang perban di kakinya. Ia melamun.

Ia sadar selama ini Hyungwon yang selalu ada di sisinya saat dia sedang terluka ataupun senang.

Apa salah jika ia mencintai Hyungwon? Momo menggeleng kepalanya. Ia tidak mau menyakiti dirinya sendiri karena mencintai orang yang belum tentu mencintainya juga.

"Sudah selesai. Kau bisa berdiri?"

Ucapan Hyungwon memecah lamunan Momo. "Y-ya? Ah ya, biar kucoba." Momo mencoba berdiri.

Ia hampir saja jatuh jika tidak ada Hyungwon yang merangkulnya.

"Kalau tidak bisa, tidak perlu dipaksakan."

Momo menatap mata Hyungwon. Ia terdiam. Hyungwon tersenyum dan menatap balik mata Momo.

"Sebaiknya kau duduk dulu."

Momo kembali duduk di sofa.

"M-maaf, sepertinya aku merepotkanmu, Hyungwon."

Hyungwon menggeleng.

"Tidak. Tidak sama sekali. Ah ya, kalau kakimu masih sakit sampai besok sebaiknya kau tidak perlu sekolah. Kau bisa ijin bukan? Aku tidak mau kau terluka lebih parah dari ini atau sebelum-sebelumnya." jelas Hyungwon.

Momo terdiam. Ia agak terkejut dengan perkataan Hyungwon.

Sebelumnya? Apa maksud nya itu?

---

"Terima kasih, Hyungwon. Lain kali berkunjung lagi ya?"

Hyungwon mengangguk.

"Ya, Aku pulang dulu."

Hyungwon pun pergi ke rumahnya yang tepat ada di seberang rumah Momo. Sementara Momo masuk kembali ke rumahnya.

"Aku terlalu bodoh untuk memikirkan bahwa Hyungwon menyukaiku. Aku tidak mau menangis untuk kesekian kalinya. Apalagi dia sangat baik padaku. Aku tidak mau kalau saja harus menjauhinya karena suatu masalah. Aku harus bagaimana."

---

Hyungwon masuk ke dalam rumahnnya. Ia merasa detak jantungnya berdegup dengan cepat. Ia tersenyum.

"Momo yang membuatku seperti ini. Akhirnya dia kembali. Aku tidak bisa menahan perasaanku terlalu lama. Aku akan mencari waktu yang tepat untuk menyatakan perasaanku padanya."

---

Salahkah jika aku mencintainya? -Hyungwon, Momo

.

.

.

TBC

Cape cape cape. Author pen cepet cepet beresin ini.

This Heart (MONSTWICE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang