"Momo? Hey Momo!"
---
Aku membuka mataku.
"Eummhh.. Apaa..." lalu aku lihat sekeliling. Kelas? Kenapa aku ada di kelas? Bukankah tadi aku ada di ruang olahraga dan... dan..
"Mina, apa tadi aku tertidur?"
"Benar, kau tertidur. Sejak tadi aku bangunkan kenapa sulit sekali?" tanya nya.
Jadi, Tadi itu hanya mimpi? Aish yang benar saja. Jadi sejak tadi aku belum melangkahkan kaki ku ke ruang olahraga.
Jangankan ruang olahraga, jalan keluar kelas saja sepertinya tidak.
"Sejak kapan aku tertidur?" tanyaku.
"Saat jam pelajaran pertama. Itu pelajaan sejarah, tidak heran kau bosan dan mengantuk seperti itu." jawab Mina.
"Itu artinya, aku belum bicara dengan Wonho.." ucapku.
"Benar sekali. Sejak tadi kau belum keluar kelas."
"Kalau begitu, aku pergi dulu."
"H-hey! Kau mau bolos pelajaran sains lagi?!"
---
Aku berhenti melangkah saat sudah memasuki ruang olahraga. Akhirnya, aku menemukan Wonho di tengah lapangan yang sedang bermain basket sendirian.
Aku mengurungkan niatku untuk mendekatinya saat ada seorang gadis menghampirinya duluan. Satu kata yang aku dengar dari mulut gadis itu.
'Oppa'
Apa ini. Kenapa gadis itu terlihat sangat dekat dengan Wonho. Tidak. Wonho memang terlihat selalu dekat dengan para gadis, entah itu junior atau senior. Tapi yang kali ini kedekatannya terlihat begitu berbeda.
Dan gadis itu, aku seperti mengenalnya. Rambut coklat gelap panjang berponi. Dari belakang aku memang seperti pernah melihatnya, tapi siapa? Saat aku bisa melihat wajahnya dengan jelas, itu..
"Yuju.."
Yuju, gadis yang dirumorkan disukai oleh Wonho. Hampir semua siswa merumorkan itu. Lalu, sekarang ia terlihat sangat dekat dengan Wonho. Perasaanku terasa aneh. Sakit. Hancur. Rasanya aku ingin menampar wajah lelaki itu sekeras mungkin untuk meluapkan semua emosiku.
Wonho... dia..
Aku menahan tangisku lalu pergi keluar ruang olahraga.
Di koridor aku berhenti berlari. Aku masih berusaha menahan tangisku. Tidak mungkin aku menangis di saat seperti ini.
"Hey, kudengar Wonho dan Yuju sudah berpacaran sejak kemarin."
Aku mendengar ada siswa lain yang mengobrol melewatiku. Sialnya, kenapa topik obrolan mereka seperti itu.
"Benarkah?"
"Sepertinya begitu. Beruntung sekali Yuju bisa berpacaran dengan anggota tim basket. Apalagi, Wonho itu kan tipe orang yang sulit didapatkan. Dia memang dekat dengan semua gadis. Tapi, kalau sudah menargetkan satu gadis, dia tidak akan merubah pikirannya untuk memilih gadis lain. Jadi, Yuju adalah gadis yang beruntung."
"Kau sangat mengenalnya ya."
"Tentu saja."
Perlahan ku lihat mereka sudah berjalan jauh. Aku tidak bisa melanjutkan langkahku begitu mengetahui semuanya.
Aku salah.
Selama ini aku salah mengharapkan sesuatu dari Wonho, ataupun Kihyun. Entah aku yang terlalu berharap, atau memang mereka yang sudah memberiku harapan lebih.
Entahlah.
Yang pasti, sekarang aku butuh waktu untuk sendiri dan memikirkan semua ini.
---
Author
Momo menuruni bus begitu sampai di halte dekat rumahnya. Sore ini sedang hujan, sialnya Momo tidak membawa payung ataupun jas hujan.
Tanpa mempedulikan air hujan yang berjatuhan ke kepalanya, ia berjalan keluar halte. Sambil menunduk tentunya. Ia masih memikirkan kejadian tempo hari. Saat ia sedang berjalan, ia merasa tidak ada air yang jatuh.
Apa hujan nya sudah berhenti? Ah, padahal aku masih ingin menangis disertai hujan ini.. pikirnya.
Namun saat ia mendongak. Ia melihat wajah yang tidak asing di matanya. Pria jangkung itu memberinya tumpangan payung. Entah apa maksud dari si pria itu.
"Kenapa matamu terlihat sembab? Kau menangis?"
.
.
.
TBC
Setelah sekian lama kga keurus, akhirnya update lagiii. ayeaaaaa. Readers bahagia, Author bahagia, Komputer kga nyelow .gg okelah, Author mohon maaf karena update nya yang very slow. Sekarang di sekolah udah mulai Ujian Praktek T^T sekolah juga pulang nya sore, malemnya kerjain tugas huhu T^T intinya Author minta Vomen. Vomen vomen vomen juseyoooo. gomapta nee ^o^)/

KAMU SEDANG MEMBACA
This Heart (MONSTWICE)
Fanfiction[END] Hati yang terlihat kuat, namun nyatanya paling rapuh. Memperjuangkan seseorang yang bahkan tidak tahu hatinya untuk siapa. Yang pasti ia tidak pernah yakin bahwa orang yang diperjuangkannya akan memberinya kesempatan sekedar untuk hinggap di h...