Momo keluar dari rumahnya. Ia sudah bersiap-siap pergi sekolah sekarang. Ia kembali memperbaiki tali sepatunya yang lepas. Lalu pergi. Namun, di luar rumahnya ada seorang lelaki berambut hitam sedang duduk di motornya. Lelaki itu tengah memainkan ponselnya. Momo mendekati lelaki itu agar terlihat lebih jelas.
"W-wonho?"
Lelaki itu menengok. "Huh? Momo."
"A-apa yang kau lakukan disini?" tanya Momo.
Wonho menyimpan ponselnya di tas hitam miliknya. Ia tersenyum pada Momo.
"Menunggumu?"
Momo menaikkan sebelah alisnya. "Apa? M-menungguku?"
Wonho tertawa kecil. "Tidak, tentu saja bukan itu alasan aku disini. Tadi, aku menerima pesan dari ketua klub basket di sekolah. Jadi aku berhenti disini. Ah ya, karna kebetulan bertemu, bagaimana kalau berangkat bersama?"
Momo terdiam. Bahkan Kihyun tidak pernah melakukan hal yang seperti ini. Tapi setidaknya, ia pernah menolongku dari tumpukan buku tebal sialan itu.
"Momo? Kau ini mau ikut atau tidak?" tanya Wonho.
"Baiklah, aku ikut denganmu."
Wonho menyalakan mesin motornya. "Naiklah."
Momo menaiki motor itu. Ia sempat ragu-ragu saat ingin berpegangan pada Wonho. Wonho berdecak sambil tersenyum.
Ia menarik kedua tangan Momo untuk memeluk pinggang nya.
"Tidak usah ragu-ragu seperti itu kalau kau ingin selamat."
Wonho memakai helm nya. Sesaat kemudian motor itu melaju dengan kecepatan seimbang menuju sekolah.
---
Momo
Aku berjalan menuju kelasku sambil memikirkan suatu hal.
Apa benar aku menyukai Wonho? Tapi.. ini tidak terlalu cepat kan?
Baiklah, memang itu yang sedang kupikirkan saat ini. Lalu, aku melihat Dahyun di dekat tangga. Mungkin ini saatnya aku menceritakan sesuatu padanya. Ia mengenal Wonho. Tapi, aku yakin ia bisa menjaga rahasia.
"Apa? Kau menyukai Wonho?"
"H-hey, Dahyun. Pelankan suaramu." ucapku begitu mengingat Wonho memiliki beberapa fans yang mengaguminya. Err.. kurasa bukan hanya beberapa. Bahkan sekarang mereka sedang ada di sekitarku.
"Aih yang benar saja. Ku pikir kau membencinya." kata Dahyun.
"Apa? Membencinya? Tidak. Dia memang sering meledekku, Tapi bukan berarti aku harus membencinya." jelasku.
"Lalu bagaimana soal Kihyun?" tanya Dahyun.
Baiklah, pertanyaan nya yang satu ini membuatku ingin sekali menjambak rambutnya yang panjang itu.
"Jangan mengalihkan pembicaraan seperti itu." jawabku acuh.
"Apa ini? Kau menyerah untuk mendapatkannya?"
Aish, Dia ini belum tahu atau bagaimana. Kalau saja ada kesempatan, tentu saja aku tidak akan menyerah.
"Kihyun.. dia sudah jadian dengan Tzuyu." ucapku lirih.
"Wuah. Dia tidak peka terhadapmu?" tanya Dahyun.
"Hey, hentikan! Jangan mengatakan hal yang seperti itu di hadapanku. Kihyun masih terpikirkan olehku."
Aku memelankan suaraku di akhir kata.
"Maaf, Aku bahkan sulit sekali membayangkan betapa hancurnya dirimu setelah mengetahui itu."
Wonho
Perempuan itu masih berjalan di depanku. Yah, ada jarak di antara aku dan dia. Kuharap dia tidak menyadari bahwa aku mengikutinya.
Sial, dia berhenti. Sepertinya ia menyadari keberadaanku. Saat ia menengok ke arahku, Aku segera memalingkan wajahku seolah tidak terjadi apa-apa.
"Wonho. Apa kau... mengikutiku?" tanya perempuan itu. Aku melirik ke arahnya.
"Apa? Untuk apa aku mengikutimu? Ini tempat umum, jadi aku bebas untuk berjalan kemana saja yang aku mau." jawabku.
Kulihat perempuan itu malah diam di tempatnya. Kenapa ia tidak masuk ke kelas saja? Aku mulai terpojok disini.
"Hey, Wonho. Apa kau sedang mencoba meledekku lagi sekarang?" tanyanya.
Aku menghela napas. "Tidak.."
Aku melangkahkan kaki ku untuk mendekatinya. Lengkap dengan seringaian yang muncul di wajahku.
TAP
Baiklah, aku berhasil memojokkan nya sekarang. Ia tidak bisa kemana mana. Aku sudah mengunci semua jalan keluarnya. Singkatnya, ia sudah ku dekap di dinding sekarang. Tapi, jujur kulihat tidak ada ketakutan di raut wajahnya.
"Apa-apaan ini?" tanyanya lagi.
"Momo. Kau tidak perlu menyembunyikan semuanya dariku. Katakan saja, bahwa kau menyukaiku." ucapku.
Ucapanku benar-benar membuatnya terpojok. Seringaian ini masih setia menempel di wajahku.
"A-apa? Menyukaimu? Tidak mungkin. Aku tidak menyukaimu."
Aku terkekeh. Disaat seperti ini ia masih bisa beralasan.
"Baiklah, aku tidak memaksamu untuk jujur." aku melepas tanganku dari dinding yang sempat mengunci akses pintu keluarnya.
Aku pun berjalan menuju kelasku. Aku bisa membuatnya terpojok lain kali.
Author
Momo masih terdiam di koridor.
"Apa maksudnya itu tadi? Apa dia mendengar pembicaraanku dengan Dahyun?"
Momo menghela napas. Ia menyender ke dinding tepat di belakangnya.
"Bagaimana ini..""Momo? Apa yang kau lakukan disini? Kelas sudah dimulai."
.
.
.
TBC
Weh, inspirasi ngacak ni ya. Ceritanya juga jadi agak ngawur maapkeun. Minta vomen nya boleh? Trims~
KAMU SEDANG MEMBACA
This Heart (MONSTWICE)
Fanfic[END] Hati yang terlihat kuat, namun nyatanya paling rapuh. Memperjuangkan seseorang yang bahkan tidak tahu hatinya untuk siapa. Yang pasti ia tidak pernah yakin bahwa orang yang diperjuangkannya akan memberinya kesempatan sekedar untuk hinggap di h...