07. Jangan Pedulikan Aku Lagi

108 15 0
                                    

"Kamu...." Sousuke tersenyum miring mengetahui siapa yang menyerangnya secara mendadak.
"Berani sekali kamu menciumnya! Kamu pikir dia mau kamu melakukan itu?" Marah Arata dengan menatap Sousuke penuh amarah.

Sousuke malah tertawa melihat Arata yang marah. "Memangnya kenapa?" tanyanya. "Kamu juga mau kan? Tapi sayang, aku lebih dulu." lanjutnya.

Arata mengayunkan tangannya untuk memukul Sousuke lagi. Sousuke yang sudah tau segera menangkap tangan Arata sebelum mengenai wajahnya.

"Jangan munafik! Aku tau kamu juga menginginkannya. Karna itu kamu marah, karna aku berhasil menciumnya lebih dulu." ejek Sousuke.

"Urusai! (Tutup mulutmu!)" ucap Arata.

Sousuke memukul perut Arata dan membuat Arata jatuh berlutut. Arata memegangi perutnya yang sakit. Pukulan Sousuke pada perutnya sangatlah kuat. Membuatnya langsung terkulai lemas.

Sousuke menyentuh bibirnya yang pecah karna pukulan Arata tadi. Ia kembali tersenyum tipis.
"Kau bisa melakukannya dengan Mako. Jika wanita sudah mencintaimu, dia akan memberikan semuanya untukmu!" Sousuke.

"Kamu salah!" Ucap Arata sambil berusaha berdiri. "Seorang lelaki tidak seharusnya menerima pemberian wanita. Seharusnya lelakilah yang memberikan pada wanita!" lanjutnya.

"Kamu benar! Dan aku sudah memberi Arina-chan ciuman." ucap Sousuke memandang Arata dengan tatapan meledek.

Arata berjalan mendekati Sousuke lalu mencengkeram seragam sekolah Sousuke. "Aku minta padamu, jauhi Alina!" ucap Arata penuh penekanan.

"Tidak akan!" Sousuke

Arata semakin mengeratkan cengkeraman tangannya. "Aku bilang jauhi dia!" tegas Arata.

"Aku adalah Nakamaru Sousuke. Aku akan mendapatkan apa yang aku mau!" Sousuke melepaskan cengkeraman tangan Arata dari bajunya.

Sousuke tersenyum miring. "Kenapa kamu begitu peduli padanya? Kamu menyukainya?"

"Bukan urusanmu!" jawab Arata.

Mario berlari dan menghampiri Arata. Ia melihat wajah Arata baik-baik saja. Tapi wajah Sousuke terluka, terutama dibibirnya.
Mario menarik Arata dan membawanya pergi dari tempat itu. Membawanya ke bukit yang ada didekat sekolah.

Arata merebahkan tubuhnya dengan kedua tangannya ia rentangkan lebar-lebar. Merasakan udara segar dan hembusan angin yang membuat pikirannya jadi tenang.
Mario duduk didekat Arata, tangannya sedikit kebelakang menjadi penompang tubuhnya.

"Kamu kenapa sih? Akhir-akhir ini hobi sekali berantem. Semenjak di pindah ke kelas E kamu jadi makin brandal. Ternyata benar, anak-anak kelas E membawa pengaruh buruk." ucap Mario.

Arata menjatuhkan tubuhnya kebelakang dan menjadikan kedua tangannya sebagai bantal. "Menjauhlah dariku." ucap Arata.

"Eh?" Mario menatap Arata dengan tatapan bingung.

"Aku anak kelas E sekarang. Jadi menjauhlah  supaya kamu tidak terpengaruh buruk." ucap Arata.

Mario merutuki dirinya sendiri. Betapa bodoh dirinya. Ia lupa kalau sekarang Arata ada di kelas E. Dan ia mengatakan hal buruk tentang kelas E dihadapan Arata. Mario, bodohnya dirimu. Mario terus merutuki dirinya sendiri.

"Aku mengenalmu Arata, walau tidak sepenuhnya. Apa yang membuatmu seperti ini? Apa masalah dipantai waktu itu belum selesai?" tanya Mario.

"Aku sendiri tidak tau kenapa aku jadi lebih emosional." ucap Arata menatap langit biru.

Diatasnya terbang pesawat kertas. Arata segera bangkit dan memandang kearah asal pesawat itu terbang.
Pesawat kertas itu terbang dari atap gedung sekolah. Dan Arata sudah tau pasti siapa yang menerbangkannya. Ia kembali merebahkan tubuhnya lalu memejamkan kedua matanya.

Di Bawah Langit Berwarna SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang