Alina tak mau lagi berurusan dengan Sousuke. Dengan cepat ia melangkah tapi lagi-lagi Sousuke menahannya dengan menggenggam lengannya.
"Mau kamu apa sih? Kamu sudah minta maaf, tapi kamu melakukan hal yang lebih parah." protes Alina.
"Apa aku salah? Aku cuma mau memberikan sesuatu yang menyenangkan. Dan aku yakin kamu menyukainya." Sousuke tersenyum miring.
Alina menampar Sousuke. Ia tak peduli sekalipun ada banyak orang yang melihatnya.
"Kenapa? Aku benar kan? Kalau Arata yang melakukannya? Apa kamu akan marah?" Tanya Sousuke membuat Alina terdiam.
"Cih.. Sudah kuduga!" ucap Sousuke saat melihat Alina tidak menjawab pertanyaannya.
"Perempuan akan memberikan semuanya untuk pria yang disukainya!" lanjutnya."Jaga bicaramu. Apa kamu tidak sadar kamu dihadapanmu sekarang adalah perempuan? Apa kamu Tidak memikirkan perasaanku? Aku bukan perempuan seperti yang ada di otakmu!" marah Alina.
"Arina-chan, harusnya kamu beruntung di sukai pria setampan aku. Yang mengerti bagaimana membuat perempuan senang, tidak seperti pria dingin itu. Dan satu lagi, kamu sangat beruntung mendapatkan ciuman dariku. Karna aku tidak memberikan ciumanku pada semua orang." Sousuke mencolek dagu Alina.
Alina langsung mengusap dagunya. Ia geli dengan sikap Sousuke yang sangat keganjenan.
Ia pukul lengan Sousuke dengan tasnya dan segera berlari menuju halte. Ia tak mau berlama-lama berada didekat Sousuke."Hei, aku akan membuatmu menyukaiku!" teriak Sousuke.
Sousuke hendak melangkahkan kakinya, tapi ia melihat ada Arata melangkah kearahnya. Menatapnya dengan tatapan dingin.
"Sudah kubilang jauhi dia! Apa kamu tuli?" ucap Arata.
"Siapa kamu? Kamu tidak berhak melarangku mendekatinya. Atau, kamu merasa kalah saing denganku?" Sousuke tertawa mengejek.
"Sadarlah Arata! Aku ini lebih tampan darimu, dan lebih ramah kepada para gadis." Sousuke menyandarkan tangannya pada bahu Arata.Arata menyingkirkan tangan Sousuke dari pundaknya.
"Aku cuma kasian, kalau pada akhirnya kamu kecewa karna tidak bisa mendapatkan apa yang kamu inginkan!" Arata tersenyum miring lalu melangkah pergi meninggalkan Sousuke.<==>
Arata berdiri di jembatan, tangannya ia sandarkan pada pagar jembatan dan memandang ke sungai yang cukup luas itu.
Dilihatnya melihat dedaunan yang terbawa oleh arus sungai dan terpisah jauh dari rantingnya."Aku pikir kamu sudah tidak mau datang ketempat ini."
Arata tersadar dari lamunannya. Ia menoleh kesamping dan bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman. Kelopak matanya semakin tertutup saat ia tersenyum, membuatnya terlihat sangat manis.
"Kamu yang menunjukkan tempat ini padaku. Dan entah kenapa aku sangat merindukan tempat ini!" Arata tertawa kecil dan sesekali menunduk kebawah.
"Arata-kun, aku akan pindah ke Kumamoto lusa. Aku berharap sebelum aku pergi aku bisa menemuimu dan aku tidak pernah menduga itu akan tercapai." ucap seorang gadis berambut panjang yang tingginya hampir setara dengan Arata.
"Kamu kan bisa datang kesekolah di jam pulang."
Miku, nama gadis itu. Ia tersenyum tipis, "Ayah melarangku pergi jauh dari rumah. Itu juga tidak baik buat kesehatanku." ucapnya.
"Ah, aku mengerti!" Arata menganggukkan kepalanya.
Miku adalah teman pertama Arata saat berada di Jepang. Kemampuan bahasa inggris Miku terbilang paling baik dibanding teman-teman yang lain. Sehingga Arata bisa dengan mudah berkomunikasi dengan Miku. Dan Miku juga alasan kenapa Arata menjadi sedingin ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Bawah Langit Berwarna Sakura
Teen FictionKehidupan di Jepang itu keras, benarkah? Ada istilah 'Kalau kamu tidak punya sesuatu yang menguntungkan. Maka kamu tidak akan memiliki teman.' Alina Putri. Anak seorang pengusaha yang selalu berpindah tugas dari satu negara ke negara lain. Dan pada...