"Ren-san!"
Ren menghentikan langkahnya dan berbalik. Dari suaranya, ia sudah paham betul siapa yang memanggilnya.
"Boleh aku tanya sesuatu?" tanya Alina sembari terus berjalan menuju kelas.
Ren yang tadi sempat berhenti pun melanjutkan langkahnya. Jalan berdampingan dengan Alina.
"Apa?" tanya Ren.
"Cincin itu artinya apa?" tanya Alina yang dibuat penasaran setengah mati.
Seketika langkah Ren terhenti. Matanya terbuka lebar. Terlihat ia amat sangat terkejut. Alina jafi semakin penasaran, apa sebenarnya arti dari cincin itu. Kenapa Arata tidak mau memberitahunya dan Ren sekarang sangat terkejut karna ia menanyakan hal itu.
"A...Apa? Kenapa kamu menanyakan hal itu?" tanya Ren.
"Ini karna Arata!" jawab Alina.
Ren semakin terkejut. Karna Arata? Apa yang sudah dilakukan Arata? Atau jangan-jangan. Ren menggelengkan kepalanya, membuang jauh-jauh pikiran negatifnya.
"Ren-san katakan, cincin itu apa?" tanya Alina dengan wajah memelas.
Ren mengedarkan pandangannya kesekeliling. Tidak ada siswa di sekitar, mengingat ini juga masih pagi. Ia bersyukur karna tidak ada yang akan mendengar percakapan itu.
"Sebaiknya kamu melupakannya. Dan jangan katakan itu lagi!" tegas Ren lalu kembali berjalan.
"Kenapa? Apa yang salah dengan cincin?" gumam Alina yang ikut melangkahkan kakinya.
"Pokoknya jangan katakan itu, mengerti?" tegas Ren.
Sebelumnya Ren tidak pernah terlihat segalak ini. "Baiklah, aku tanya ke Mario-kun atau Yamato-kun. Atau mungkin Yuka!" ucap Alina.
"Tidak!" larang Ren. "Jangan tanyakan itu pada siapapun? Kalau kamu sampai menanyakannya, aku akan marah!" ancam Ren.
Wajah Alina berubah jadi muram. Kenapa Ren melarangnya, itu malah membuatnya semakin penasaran dengan arti dari kata itu.
~
Alina baru menyadarinya setelah jam istirahat. Pantas saja ia tidak melihat Yuka selama jam pelajaran. Ternyata ia tidak berangkat.
"Aku dengar dia menjenguk Sousuke, makanya dia tidak berangkat." ucap Rina.
"Eh? Memangnya Sousuke dan Yuka pacaran?" tanya Alina yang sama sekali tidak tau soal itu.
"Iya. Sudah hampir dua bulan." jawab Miu.
Alina mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.
<==>
Alina merogoh sakunya mengambil ponselnya yang berdering.
'Gerbang'
"Ck.. Apa dia nggak bisa ngetik lebih panjang. Datang ke gerbang, atau aku tunggu di gerbang. Dasar!" gumam Alina lalu memasukkan ponselnya kembali kedalam saku.
Arata memang selalu singkat saat mengirim pesan. Benar-benar terkesan dingin. Ia tidak tau dibagian tubuh mana bongkahan es yang masih tersisa itu. Kalau tau ia akan membakar bagian tubuh itu supaya esnya mencair.
"Ada apa?" tanya Alina.
"Kita akan menjenguk Sousuke, jadi ikutlah!" ajak Arata. Atau lebih tepatnya memaksa.
"Sama kelas E?" tanya Alina.
"Ah!" jawab Arata. "Kenapa? Kamu nggak mau?" tanya Arata.
"Bukan begitu. Hanya saja....." Alina menggantungkan kata-katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Bawah Langit Berwarna Sakura
Fiksi RemajaKehidupan di Jepang itu keras, benarkah? Ada istilah 'Kalau kamu tidak punya sesuatu yang menguntungkan. Maka kamu tidak akan memiliki teman.' Alina Putri. Anak seorang pengusaha yang selalu berpindah tugas dari satu negara ke negara lain. Dan pada...