"Jadi menurutmu aku tidak asik?" tanya Arata."Baguslah kalau kamu sadar." jawab Alina sambil tersenyum.
Arata tersenyum tipis lalu mendekat ke pagar pembatas ditepi atap. Ia berbalik dan menyandarkan tubuhnya di pagar.
"Kalau aku tidak asik, lalu kenapa kamu selalu mengejarku?" Tanya Arata melirik Alina.Alina mengernyitkan dahinya. "Apa kamu bilang? ish.. kepedean banget sih!" Alina memukul lengan Arta karna kesal. "Siapa juga yang mengejar-ngejar kamu." lanjutnya.
"Lalu apa? Kamu selalu ngikutin aku kan?" Arata tersenyum miring.
"Itu karna aku penasaran!" Jelas Alina.
"Suruh siapa penasaran sama aku." ucap Arata yang membuat Alina mulai kesal.
"Karna kamu itu terlalu dingin Arataaaaaa!" Alina sangat kesal dengan Arata. Setiap kali berbicara dengan Arata, rasanya tekanan darahnya naik secara drastis. Selalu seperti itu.
Arata menghadap Alina lalu menggenggam salah satu tangan Alina. Ia menarik tangan itu lalu menempelkannya pada pipinya, lalu dahinya dan juga lehernya. Alina menatap Arata aneh, apa yang Arata lakukan?
"Aku tidak dingin kan?" Tanya Arata.
"Kamu itu bodoh apa pura-pura bodoh sih?" Alina menarik tangannya dengan kasar. Arata benar-benar menyebalkan. Ia semakin yakin kalau Arata itu bukan orang yang pernah menjadi bagian hidup Arista.
Alina mengambil tas yang tergeletak didekat kakinya. Ia memakainya lalu berjalan menuju tangga untuk turun dari atap.
Saat menuruni tangga Alina mendengar seseorang melangkah dibelakangnya. Ia berhenti dan menoleh ke belakang. Ia melihat Arata ada dibelakangnya dengan wajah songong."Kamu kenapa sih ngikutin aku?" protes Alina.
"Terus kamu pikir aku turun darimana? Loncat dari atap?" tanya Arata.
Alina mengarahkan pandangannya kedepan. Benar juga, itu satu satunya jalan untuk naik turun ke atap gedung. Ah Alina kenapa kamu jadi kepedean. Alina merutuki dirinya sendiri. Itu sangat memalukan. Arata berjalan mendahului Alina. Sedangkan Alina masih berdiam diri. Ia merasa malu karna terlalu kegeeran.
~~
Arata menunggu bus di halte yang ada didepan sekolah. Disekitarnya juga ada beberapa teman-teman sekolahnya tengah menunggu bus. Ia keluarkan ponselnya dari dalam saku dan mengirim mail (sms) ke seseorang.
Arata melirik orang yang baru saja datang dan duduk tak jauh darinya. Orang itu lagi, pikir Arata. Arata menyandarkan punggungnya pada bangku di halte dan melipat kedua tangannya didepan dada."Waktu itu kamu ke stasiunkan? Kenapa sekarang ke halte? Masih mau membuntutiku?" ucap Arata tanpa menatap Alina.
Alina yang mendengar itu baru menyadari kalau ternyata Arata ada didekatnya. Ia menghembuskan nafas kasar. "Waktu itu aku ketinggalan bus, makanya aku ke stasiun. Kamu sendiri kenapa waktu itu ke stasiun?" Alina balik bertanya.
"Bukan urusanmu!" jawab Arata dengan entengnya.
Mendengar jawaban itu Alina semakin kesal. Walau ia sudah biasa mendapatkan perlakuan seperti itu dari Rafael. Tapi tetap saja, itu terasa mengesalkan. Ia tak tau sebenarnya Arata selama ini diberi makan apa sampai menjadi orang yang sangat menyebalkan sepert itu.
"Aku sudah menjawab pertanyaanmu. Kenapa kamu tidak mau menjawab pertanyaanku?" protes Alina.
Arata menoleh dan tersenyum miring. "Aku cuma tanya. Aku tidak memintamu untuk menjawabnya, kan? Kamu sendiri yang mau menjawabnya, kan?" ucapnya kemudian tertawa kecil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Di Bawah Langit Berwarna Sakura
TienerfictieKehidupan di Jepang itu keras, benarkah? Ada istilah 'Kalau kamu tidak punya sesuatu yang menguntungkan. Maka kamu tidak akan memiliki teman.' Alina Putri. Anak seorang pengusaha yang selalu berpindah tugas dari satu negara ke negara lain. Dan pada...