14. Musuh Rasa Teman

76 12 0
                                    


"Merencanakan semuanya?" Tanya Arata dengan tatapan yang meminta Sousuke untuk menjelaskan semuanya.

Sousuke menyandarkan tubuhnya pada dinding. Kaki kanannya menindih kaki kiri dan kedua tangannya terlipat dengan rapi didepan dada. Disaat Arata sudah panik, ia terlihat sangat santai, bahkan senyuman miring itu selalu setia menghiasi wajahnya yang memang bisa dibilang tampan.

"Aku ingin kamu menyadarinya." Ucap Sousuke.

Arata semakin tak mengerti arah pembicaraan Sousuke. Menyadari? Menyadari apa? Ia tak suka bertele-tele.

"Aku mau kamu berjuang untuk mendapatkan Arina dan bangkit dari masa lalumu.." ucap Sousuke membuat Arata tercengang.

"Kamu..." Lirih Arata.
Sousuke, Arata tidak pernah menyangka Sousuke tau tentang dirinya dengan Miku. Ia tak pernah satu kelas dengan Sousuke sebelumnya. Ia sangat terkejut.

"Dari awal Arina datang aku menyadari perubahan sikapmu. Walau kamu bersikap dingin tapi sejujurnya kamu peduli dengan Arina, bukan hanya karna sekedar dari negara yang sama. Itu lebih dari itu." Ucap Sousuke.

Arata terdiam, ia tak dapat berkata apapun. Entah ilmu apa yang di miliki Sousuke sampai ia tau semua hal tentangnya yang tak pernah ia ceritakan pada siapapun. Bahkan, ia tak pernah dekat dengan Sousuke sebelumnya. Jangankam dekat, berbicara satu sama lain pun tak pernah.

"Karna itu aku sengaja mendekati Alina, membuatnya terpojok, dan saat kamu membelanya membuatku semakin yakin akan perasaan itu. Aku melakukan itu semua supaya kamu sadar akan perasaanmu dan berjuang untuk mendapatkannya." Ucap Sousuke menghampiri Arata dan menatap lurus kedua bola mata Arata, lalu tersenyum tipis.

"Masa lalu memang tidak perlu dilupakan, karna itu yang membuat kita tetap hidup dan menjadi kuat di masa sekarang. Miku adalah Miku dan Arina adalah Arina. Mereka adalah dua orang yang berbeda. Jangan pernah menganggap bahwa mereka sama. Apa yang terjadi pada Miku, belum tentu terjadi pada Arina. Begitu pula sebaliknya. Kamu harus menyadari itu Arata." Ucap Sousuke.

"Saat kamu suka seseorang, kamu tidak bisa bilang tidak. Meskipun mulutmu mengatakan tidak, tapi hatimu tidak akan pernah mengatakan tidak." lanjut Sousuke.

Arata tersenyum tipis kemudian tertawa kecil. "Kamu benar.. Aku terlalu egois kan? Aku terlalu munafik." ucap Arata sembari tertawa kecil.

"Jadi bergeraklah, atau orang lain yang akan bergerak lebih dulu. Jodoh memang sudah ditentukan, tapi kalau kamu tidak berusaha untuk mendapatkan jodohmu, maka jodohmu akan lari." ucap Sousuke lalu tertawa kecil.

"Dan sekarang, tugasku sudah selesai. Aku bisa mendekati Yuka dengan tenang." ucap Sousuke lagi. Wajah mengesalkannya berubah menjadi wajah manis yang enak dipandang. Cara tersenyumnya juga berbeda dari biasanya.

Sousuke berbalik badan dan bergegas menuju toilet untuk berganti pakaian. Sousuke menekan gagang pintu toilet dan mendorongnya dengan perlahan.

"Sousuke!" panggil Arata.

"Ah. Kenapa?" tanya Sousuke.

"Sankyu! (Terimakasih!)" Arata mengembangkan senyum lebar.

Sousuke hanya menjawabnya dengan senyuman dan sedikit anggukan kepala.

<==>

Ren mengajak Alina untuk berjalan-jalan di Tokyo Dome City di mana terdapat restoran, game, dan toko-toko yang lainnya. Sebagai ganti kencan malam itu yang gagal. Yah, walau bukan ditempat yang sering untuk kencan. Setidaknya ia bisa berjalan-jalan walau masih mengenakan seragam sekolah, sembari menunggu pengumuman hasil akhir olimpiade.

Alina mengarahkan pandangannya kesana kemari. Melihat pernak-pernik yang tampak berkilau. Tapi belum ada satupun yang bisa menarik perhatiannya.

"Alina-san, rasa suka itu seperti apa?" tanya Ren.

Di Bawah Langit Berwarna SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang