"Oh ya. Nanti kita ketemu di halte di tempat ini ya." ucap Ren lalu berlalu pergi.
Alina mengernyitkan dahinya. Bertemu ditempat ini? Ren tidak menjemputnya?
~~
"Begitulah kehidupan di negara ini. Mayoritas cowok Jepang seperti itu. Jadi jangan harap kamu di antar atau pun di jemput di rumahmu." ucap Yuka setelah mendengar keluhan Alina tentang Ren yang tak mau menjemputnya.
Di Jepang memang tidak ada tradisi antar-jemput seperti halnya di Indonesia. Mereka akan bertemu di halte terdekat dan setelah kencan juga akan berpisah di halte yang sama. Dan amat sangat jarang cowok Jepang mau mengenalkan pacarnya ke keluarga sebelum mereka benar-benar serius menjalin hubungan dan akan menikah.
"Tapi Sousuke? Dia waktu itu menjemputku." Ucap Alina.
"Issh.. Anak itu memang gila. Memang tidak semua cowok Jepang seperti itu. Tapi mayoritas, ingat ya, mayoritas seperti itu." ucap Yuka menegaskan.
Alina menghela nafasnya. "Tapi kan pulangnya bisa saja malam. Dan mana mungkin dari halte aku sendirian kerumah?". Takut? Tentu saja. Bagaimana tidak, seorang gadis pulang sendirian di malam hari. Ditambah lagi jalan kaki, astaga,ia tak bisa membayangkan itu. Mungkin ia sudah mati berdiri karna ketakutan. Apalagi dirinya masih baru di negara ini.
Yuka yang tadinya duduk didepan Alina kini berpindah kesamping Alina dan memegang kedua pundak Alina.
"Kamu tidak perlu khawatir. Di Jepang bisa dibilang 90% aman. Kamu mau pulang jam 2 pagi pun bisa selamat sampai rumah, kecuali gangguan hantu loh ya." canda Yuka."Dan lagi. Jangan berharap kamu ditraktir. Sekalipun kamu kencan dengan pacarmu jangan harap ditraktir sama cowok, karna disini itu hal yang tidak wajar. Jadi kamu harus siap uang." Yuka tersenyum lebar.
Apa? Bayar sendiri? Kan yang mengajaknya berkencan si Ren. Tradisi di Jepang memang sangat berbeda dengan Indonesia. Mau kencan saja banyak aturannya. Alina tidak pernah membayangkan akan seribet ini.
"Kalian janjian jam berapa?" tanya Yuka.
"Dia bilang jam 7 malam." jawab Alina dengan muka melasnya.
"Kamu harus stay dari jam 6.45, paling lambat jam 6.50. Kalau kamu datang lewat dari jam 6.50 kamu sudah dianggap telat dan tidak bisa tepat waktu." jelas Yuka.
"Hah? Tapi kan janjinya jam 7? Kok jam segitu sudah dianggap telat?" protes Alina.
"Disiplinitas. Seperti itulah aturan dinegara ini. Jadi mulai sekarang biasakan disiplin. Ok!" ucap Yuka lalu pergi meninggalkan Alina.
"Yuka." Panggil Alina dengan manja. Ia benar-benar merasa pusing. Kalau tau begini ia akan menolak ajakan Ren.
"Ah, Yuka memang guru cinta yang hebat." Sahut Rina.
"Kamu tau kan sekarang? Itulah kenapa begitu Arata datang kesini banyak gadis yang mengejarnya. Karna yang kami baca di Internet cowok Indonesia itu sangatlah jauh berbeda dengan cowok Jepang. Mereka lebih perhatian, romantis, loyal dan royal tentunya." ucap Miu.
"Tapi nyatanya, sifat Arata itu Jepang asli." sahut Alina.
<==>
Seorang gadis tengah berdiri di balik tembok. Ia tengah menunggu siswa idolanya lewat. Tangannya menggenggam kotak makan berwarna coklat muda. Ia membuka kotak itu dan sedikit merapikan tatanan makanannya.
Ia melongok dan belum melihat orang yang ia tunggu. Jantungnya sangat berdebar. Ia takut jika idolanya itu tak mau menerima makanannya.Gadis itu segera mengikuti orang yang tunggu saat orang itu sudah lewat. Ia melangkah terburu-buru hingga ia tersandung kakinya sendiri dan terjatuh.
Gadis itu mengeluh kesakitan. Tak lama kemudian ia mendapati sebuah tangan terulur kehadapannya. Ia mendongakkan kepalanya dan sangat terkejut sekaligus bahagia mendapati idolanya mengulurkan tangan padanya.
Gadis itu segera meraih tangan sang idola dan berdiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Di Bawah Langit Berwarna Sakura
Roman pour AdolescentsKehidupan di Jepang itu keras, benarkah? Ada istilah 'Kalau kamu tidak punya sesuatu yang menguntungkan. Maka kamu tidak akan memiliki teman.' Alina Putri. Anak seorang pengusaha yang selalu berpindah tugas dari satu negara ke negara lain. Dan pada...