15. Kebenaran yang menyakitkan.

51 11 0
                                    

"Kamu cari ini?"

Tubuh Alina langsung terdiam membeku mendengar suara itu. Matanya terbelalak dan mulutnya sedikit terbuka. Ya Tuhan, kenapa harus orang itu yang menemukannya. Alina segera membalikkan badannya dan merebut pesawat kertas miliknya dan memasukkannya kedalam tas.

"Sudah kubilang kan? Jangan buang sampah sembarangan." tegur Arata.

Alina tak menjawab perkataan Arata. Ia terlihat gelisah. Ia berharap Arata tidak melihat tulisannya, itu akan sangat memalukan kalau Arata melihatnya.

"Tenang, aku nggak lihat tulisan di pesawat kertas itu!" ucap Arata.

Alina menghela nafas lega mendengar perkataan Arata.

"Tapi aku membacanya." Arata tersenyum tipis.

"A..a.apa?" Alina memejamkan matanya dan memukul kepalanya sendiri. Ia merutuki dirinya sendiri yang terlalu bodoh. Kenapa ia bisa lupa kalau ada orang Indonesia di sekolah ini.

"Katakan! Siapa orang itu? Siapa orang yang menyebalkan? Siapa orang yang dingin tapi peduli? Dan... Siapa orang yang terlihat menakjubkan hari ini?" tanya Arata dengan lirikan mata yang membuat Alina semakin terpojok.

"Itu bukan kamu, jadi jangan kepedean!" ucap Alina sedikit gugup.

"Aku nggak bilang itu aku kan? Berarti m-"

Alina menginjak kaki Arata dengan kuat dan membuat Arata berhenti berbicara karnanya.
Tangan Arata segera terulur menggenggam tangan Alina yang mulai melangkah pergi.

"Jawab pertanyaanku!" pinta Arata.

Alina mencubit tangan Arata dengan tangan kanannya. Ia mencubit dengan sangat kuat hingga genggaman tangan Arata padanya terlepas.

"Aaaa..." Arata mengusap pergelangan tangannya yang dicubit oleh gadis Indonesia itu. Rasanya sangatlah sakit.
Tapi bibirnya malah menyunggingkan senyuman.

<==>

Tak terasa satu tahun sudah Alina berada dijepang. Ujian akhir semester telah ia ikuti beberapa hari yang lalu. Tinggal menunggu hasil yang akan diumumkan akhir pekan ini. Hari ini sekolah sangatlah ramai. Beberapa siswa terlihat berpelukan dan ada juga yang menangis.  Dikarenakan pada hari ini diadakan upacara kelulusan untuk siswa tahun ketiga.

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Ren yang kini berdiri di dekat Alina.

"Setelah lulus, aku pasti akan sangat merindukan semua hal di sekolah ini." ucap Alina.

"Masih tahun depan, kan? Jadi, lakukanlah yang terbaik selama kamu disini." ucap Ren.

Alina menganggukkan kepalanya. "Setelah lulus nanti kamu akan kerja atau melanjutkan kuliah?" tanya Alina.

Bukannya menjawab, Ren malah tertawa. "Apa kamu nggak tau? Kelas yang kita ambil, kan untuk anak-anak yang mau melanjutkan kuliah. Kelas yang di ambil Kenta-kun itu untuk mereka yang mau bekerja setelah lulus SMA" jelas Ren.

Alina baru tau itu. Jadi ayahnya memasukkannya ke kelasnya saat ini karna ingin ia melanjutkan kuliah.

"Aku akan coba mendaftar di Keio Daigakuen." ucap Ren.

"Ren-kun, kamu dipanggil Kenta-kun!" ucap salah seorang siswa.

"Aku pergi dulu ya." pamit Ren.
Alina menganggukkan kepalanya.

~~

Alina naik keatas atap gedung sekolahnya, matanya memandang kearah bukit. Beberapa pohon sakura yang ada dibukit mulai memunculkan bunganya. Mengingat ini masih awal musim semi, jadi belum banyak bunga yang bermekaran.
Ini adalah musim semi kedua bagi Alina selama berada di Jepang. Dan, ia menyukai semua musim di Negeri Sakura ini.

Di Bawah Langit Berwarna SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang