28. Bagian Dari Rencana

47 10 3
                                    

Arista berjalan menghampiri Ren sembari tersenyum miring. Ini kesempatannya, selagi Alina sedang tidak bersama Ren. Arista memandangi gelas yang ia bawa. Berisi dua jenis minuman yang sudah ia siapkan khusus untuk Ren. Arista menudukkan didekat Ren dan meletakkan gelasnya di meja terlebih dahulu.

Ren mengembangkan senyumnya saat melihat Arista ada didekatnya. Ia juga sedikit menganggukkan kepalanya.

"Ren, ini minuman khusus di pesta ini." ucap Arista dengan menggunakan bahasa inggris. Ia mendorong gelas itu perlahan kearah Ren.

"Untukku?" tanya Ren yang juga menggunakan bahasa inggris.

Arista menganggukkan kepalanya. "Minumlah." pinta Arista seraya tersenyum miring.

Ren menggenggam gelas itu. Ia mendekatkan gelas itu ke mulutnya. Ia sempat ragu untuk meminumnya, baunya sedikit berbeda. Tapi itu bukan bau alkohol.

"Kenapa? Apa baunya seperti alkohol?" tanya Arista.

Ren tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Ia mulai meminum minuman itu. Rasanya tidak panas di tenggorokan, tidak seperti minuman beralkohol pada umumnya.

Arista tersenyum lebar melihat Ren meminum minuman itu. Jelas saja tidak bau alkohol, dan juga tidak panas di tenggorokan. Ia meminta temannya yang bekerja sebagai bartender untuk mencampur alkohol berkadar cukup tinggi dan minuman biasa dan sedikit ada campuran bubuk yang membuat bau dan juga rasa panas itu hilang.

"Baiklah, aku tinggal ya." ucap Arista lalu melangkah pergi.

Ren menganggukkan kepalanya. Ia kembali meminum minuman yang di berikan Arista.

Alina kembali dari toilet. Ia menghampiri Ren yang kini tengah menyandarkan kepalanya di meja.

"Ren-san!" panggil Alina.

"Hmmm..." gumam Ren.

Alina membantu menegakkan tubuh Ren. Mata Ren setengah terpejam, tapi bibirnya terus saja menyunggingkan senyum.

"Ren-san, kamu kenapa?" tanya Alina panik.

"Aku baik-baik saja" jawab Ren di sertai tawa kecil.

Alina bingung, apa sebenarnya yang terjadi pada Ren. Kenapa tingkahnya tiba-tiba aneh seperti ini. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Ren. Tak ada bau alkohol. Lalu apa yang membuat Ren jadi seperti ini?

"Ren-san, sadarlah!" ucap Alina menepuk-nepuk pipi Ren.

Ren tertawa. "Kamu pikir aku pingsan? Aku sadar, Alina. Bahkan aku sangat sadar kalau aku mencintaimu." ucap Ren kemudian tertawa lagi.

Alina memandang ke sekeliling. Terlihat orang-orang tengah sibuk dengan urusannya masing-masing. Ia meraih tangan kanan Ren dan meletakkannya di pundaknya. Ia menuntun Ren keluar dari rumah itu.

"Kenapa kita pulang, pestanya kan belum selesai?" tanya Ren menoleh kebelakang.

Alina tak menjawab pertanyaan Ren. Ia sangat yakin kalau ini karna efek alkohol. Tapi bagaimana bisa, bukankah di Jepang di larang minum alkohol di bawah 20 tahun. Kenapa Ren meminumnya. Alina masih belum bisa memahami keadaan ini.

"Tunggu!" ucap Ren.

Alina menghentikan langkahnya. Ia memandang Ren yang kini menarik tangannya dan berdiri menghadap Alina.

"Kamu sangat cantik. Aku mencintaimu, kamu tau itu 'kan?" ucap Ren.

"Aku tau itu. Ayo kita pulang!" Seru Alina.

Alina menyentuh tangan Ren. Tapi Ren menepisnya. Ia berjalan mendekati Alina dan memojokkannya hingga Alina tersudut. Punggungnya sudah menempel pada dinding.

Di Bawah Langit Berwarna SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang