Ren melongok ke dalam perpustakaan. Ada Alina disana. Ren menghampiri Alina dengan membawa beberapa buku digenggaman tangannya. Ia duduk tepat disamping Alina yang tengah terdiam melamun.
"Ohayou!" sapa Ren.
"Konnichiwa!" balas Alina yang sempat melirik jam di dinding perpustakaan.
Ren tersenyum, ia memang sengaja melakukannya. Karna ia ingin tau apakah Alina masih fokus atau tidak. Ia menatap lekat Alina dan menyadari sesuatu. Ada yang berbeda dari wajahnya. Mata, ya matanya terlihat sedikit bengkak.
"Arina, semalaman kamu menangis?" tanya Ren.
Alina menggelengkan kepalanya. Tangannya bergerak mengambil salah satu buku dihadapan Ren dan membukanya.
"Kamu menangis?" tanya Ren sekali lagi.
Alina berhenti membuka halaman buku. Ia terdiam sejenak lalu kembali menggelengkan kepalanya.
Ren mengangguk mengerti. Mungkin Alina memang sedang tidak ingin bercerita. Ia bisa memahami itu. Tidak baik juga kalau ia terus memaksa Alina untuk menceritakannya.Ren menyobek kertas di bukunya dan mulai melipat-lipatnya. Ia membentuk origami bunga tulip dari kertas itu. Lengkap dengan tangkai dan daunnya.
Ia memberikannya pada Alina."Arigatou!" ucap Alina menerima oragami bunga yang dibuat Ren.
Ren kembali berkutik dengan kertas-kertas dihadapannya. Ia membuat tiga orang-orangan.
Ia bangkit dan pindah dihadapan Alina. Ia menata buku-buku seperti penutup pada pertunjukan wayang golek. Ia mulai memainkan orang-orangan itu dengan suara yang diubah-ubah sesuai karakter.Alina tak kuasa menahan tawanya. Bagaimana tidak, itu terlihat sangat konyol. Apalagi saat mendengar suara Ren yang seperti perempuan.
Ren tersenyum lega melihat Alina mau tersenyum lagi. Tidak seperti tadi yang terlihat cemberut. Dibanding memilikinya, menjaga senyumannya adalah hal yang paling penting.
'Walau kamu bukan milikku. Tapi aku akan berusaha untuk membuatmu tetap tersenyum. Bagaimanapun juga, aku juga merasa sedih saat senyumanmu hilang.'
<==>
Arata melangkah dengan tergesa-gesa menuju kelas Alina saat jam belajar sudah berakhir dan para siswa berhamburan keluar dari lingkungan sekolah.
"Ren!" panggil Arata.
"Hai!" jawab Ren.
"Alina, masuk 'kan?" tanya Arata.
Ren menganggukkan kepalanya.
Arata melangkah masuk kedalam kelas, matanya fokus ke bangku Alina, tidak ada orang. Lalu ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas. Tapi, ia tidak tidak mendapati Alina disana."Apa kamu tau Alina dimana?" tanya Arata panik.
Ren menggelengkan kepalanya. Pasalnya ia memang tidak tau dimana Alina. Begitu bel berbunyi Alina langsung meninggalkan kelas. Dan, Alina tak mengatakan akam pergi kemana.
Arata mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Alina. Tapi sama sekali tak ada jawaban. Ia mencoba menghubungi lagi. Tetap tidak bisa, malah nomornya tidak aktif. Apa yang sebenarnya terjadi? Ada apa dengan anak itu?
"Alina, kamu kenapa sih?" gumam Arata bingung.
"Arata-kun!" panggil Ren.
"Iya!" jawab Arata.
"Apa kamu ada masalah sama Alina? Apa kalian bertengkar? Maaf, aku menanyakan ini. Aku hanya kasihan melihat Arina menangis." ucap Ren.
Arata menggelengkan kepalanya. "Enggak! Dia cerita apa?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Bawah Langit Berwarna Sakura
Novela JuvenilKehidupan di Jepang itu keras, benarkah? Ada istilah 'Kalau kamu tidak punya sesuatu yang menguntungkan. Maka kamu tidak akan memiliki teman.' Alina Putri. Anak seorang pengusaha yang selalu berpindah tugas dari satu negara ke negara lain. Dan pada...