13. Cinta Yang Membuat Berubah.

66 14 1
                                    


Pertandingan hari ini telah usai. Satu persatu siswa meninggalkan Tokyo dome dan akan kembali esok hari.
Mario berjalan menghampiri Arata dengan wajah lesu karna tim baseball Horikoshi berhasil mengalahkan tim baseball sekolahnya.

"Sudahlah, kalian juga udah berusaha kan." Arata menenangkan Mario.

Mario didapuk menjadi kapten tim. Jadi ia merasa gagal memimpin anggotanya untuk bisa mengalahkan Horikoshi. Ia sudah berusaha sangat keras, tapi hasilnya tetaplah tidak memuaskan.

"Kamu tau kan? Tim baseball Horikoshi siswanya rata-rata entertainer semua. Dan bulan lalu mereka baru mengadakan pertandingan di sekolah mereka sendiri, jadi mereka sudah sangat terlatih." Ucap Mario masih dengan wajah lesu.

"Tahun depan kamu masih bisa kan? Jadi coba lagi tahun depan." ucap Arata sembari mengusap pundak Mario.

Mario hanya menganggukkan kepalanya. Rasa sedihnya belum bisa hilang. Arata merangkul Mario dan membawanya menuju bus untuk kembali kesekolah.

<==>

Alina menyadarkan kepalanya diambang jendela kamarnya dan menatap kelangit yang malam ini sedikit mendung.

'Ren-san memang lebih ramah, baik dan pintar. Tapi...... Sampai saat ini aku belum bisa menyukainya. Ada orang lain yang lebih dulu mengambil hatiku. Walau aku sendiri tidak yakin dengannya.'

Alina membuka pesan yang baru saja masuk. Tertulis nama Ren disana. Tumben sekali Ren mengiriminya pesan. Alina membuka pesan dari Ren itu.

"Selamat malam. Tidurlah dengan nyenyak." Alina tersenyum setelah membaca pesan itu.
Ia menggenggam ponselnya. Tangannya yang satunya menutup jendela kamarnya rapat-rapat.

<==>

'Ren. Semenjak dekat dengan Alina dia banyak berubah. Alina juga terlihat ceria bersama dengan Ren. Tapi...'

Arata mengacak-acak rambutnya dengan penuh kekesalan. Ia bangkit dari tidurnya dan duduk bersila diatas futon. Akhir-akhir ini dia tidak bisa tidur dengan tenang. Sesuatu sangat mengganggu pikirannya setiap harinya, dan selalu sama.

'Kenapa dia menawariku minuman? Kenapa dia muncul di depan garis finish dan tersenyum padaku? Apa dia cuma mau memberiku harapan?'

Arata menghela nafas panjang. Perasaannya sangatlah berantakan. Ia sendiripun tak dapat memahaminya.
Tiba-tiba Arata teringat akan kata-kata Sousuke. 'Kamu tidak akan mendapatkan yang kamu mau kalau cuma berdiam diri.'

Lamunan Arata buyar saat telinganya mendengar suara pintu terbuka dan menampakkan sosok Hiroto yang hanya mengenakan boxer dan kaos tanpa lengan.

"Kamu belum tidur?" Hiroto mengarahkan pandangannya ke jam yang ada diatas meja belajar Arata. Pukul 01.07JST "Sudah malam!" lanjutnya.

"Aku.. Aku tidak bisa tidur aniki." ucap Arata.

Hiroto menghampiri Arata dan merapikan rambut Arata yang berantakan dengan tangannya.
"Makanya, kalau punya perasaan jangan di pendam!" Hiroto.

Sontak Arata langsung menatap Hiroto dengan dahi yang mengernyit.

"Kalau kamu ada rasa kesal, senang atau apapun, ungkapkanlah. Aku ini kan kakakmu, jadi kamu bisa sedikit lega."

Arata mengembuskan nafas lega. Ia pikir Hiroto tau tentang perasaannya pada seseorang yang saat ini dekat dengan pria lain. Syukurlah.

"Lain kali kalau mau Nomikai (pesta minum) jangan dirumah. Bau!" eluh Arata lalu berbaring dan menarik selimutnya.
Ia tak mau Hiroto bertanya-tanya tentang masalah yang membuatnya tidak bisa tidur.

Di Bawah Langit Berwarna SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang