Arata merentangkan kedua tangannya. Pandangannya tertuju ke jam yang ada diatas meja. Pukul 07.58 JST. Hari ini Alina akan terbang ke Thailand. Jadwal penerbangan pukul 08.15 JST. Arata menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Helaan nafas terdengar jelas. Tangannya bergerak keatas, menyisir rambutnya yang berantakan.
Tap.. Tap.. Tap..
Telinga Arata mendengar suara langkah kaki yang semakin lama semakin dekat. Kepalanya mendongak, memandang kearah pemilik suara langkah kaki itu.
"Alina meneleponku. Dia bilang nomormu tidak aktif." ucap Yuuki.
Arata bergegas mengambil ponselnya yang ia simpan di balik bantal. Astaga, ia lupa tidak mengecas ponselnya semalam.
"Dia pikir kamu marah." ucap Yuuki.
Tanpa berkata apapun Arata bergegas bangkit dan melangkahkan kakinya dengan cepat. Tangannya menyambar jaketnya yang ada didekat pintu. Tapi begitu sampai di pintu depan, ia menghentikan langkahnya. Jika ia pergi ke bandara, itu hanya akan membuat suasana jadi haru. Ia tidak mau Alina menangis lagi.
Hufftt... Arata berbalik, melangkah dengan malas. Menjatuhkan tubuhnya begitu saja di sofa.
"Ini, aku sudah memasukkan sim cardmu di ponselku. Teleponlah!" Yuuki memberikan ponsel miliknya.
"Aku pikir aku nggak perlu melakukannya." ucap Arata.
"Kenapa? Apa kamu mau membiarkan dia pergi dengan ketidak tenangan? Sepanjang perjalanan, atau bahkan disana. Dia akan terus berpikir bahwa kamu marah." ucap Yuuki.
Ck.. Yuuki tidak jauh berbeda dengan Hiroto. Selalu saja mengomelinya.
"Terserahmu sajalah!" Yuuki meletakkan ponselnya di meja dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
<==>
"Syukurlah! Aku pikir kamu marah. Jaga dirimu baik-baik, ya." ucap Alina
"Kamu juga." ucap Arata.
"Eh? Ren-san!" ucap Alina saat melihat Ren tengah berjalan memasuki area bandara. Alina menjauhkan ponselnya dari telinga sejenak.
Ia memperhatikan orang yang berjalan mendekat itu dengan seksama. Memastikan bahwa itu adalah Ren. Dan benar saja, itu memang Ren.
"Aku masih ada urusan lain. Aku matikan ya. Bye!" ucap Arata lalu memutuskan sambungan telepon.
Alina cukup terkejut saat Arata tiba-tiba memutuskan sambungan telepon.
Ren berhenti dihadapan Alina dengan nafas yang terengah. Tapi senyuman lebar terkembang diwajahnya.
"Aku nggak tau rumahmu. Jadi aku datang kesini. Arata bilang, kamu akan terbang pukul 08.15. Jadi aku masih punya waktu, 'kan?" tanya Ren.
Arata? Apa kedatangan Ren juga karna keinginan Arata.
"Ini!" Ren mengulurkan tangannya yang menggenggam dua buah buku.
"Apa ini?" tanya Alina.
"Foto album. Semua kenangan di kelas A. Aku, Mario-kun, Yuka-san, Rina, Miu dan juga Arata-kun yang membuatnya." ucap Ren.
"Lalu yang bawah. Aku yang menulisnya sendiri. Buku itu berisi panduan belajar bahasa Thailand dengan mudah. Aku mengumpulkannya dari beberapa referensi. Aku harap itu bisa membantumu." ucap Ren.
Alina tersenyum haru. Kedua tangannya terulur dan menerima kado yang sangat berharga untuknya.
"Terimakasih Ren-san. Dan juga untuk teman-teman yang lain." ucap Alina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Bawah Langit Berwarna Sakura
Genç KurguKehidupan di Jepang itu keras, benarkah? Ada istilah 'Kalau kamu tidak punya sesuatu yang menguntungkan. Maka kamu tidak akan memiliki teman.' Alina Putri. Anak seorang pengusaha yang selalu berpindah tugas dari satu negara ke negara lain. Dan pada...