36. Shibuyagawa

52 10 0
                                    

Alina bergegas menuju ruang kesehatan. Ia lari dengan kencangnya, tak memperhatikan keadaan di sekitarnya. Ia khawatir dengan Arata yang katanya jatuh dari atap. Alina masuk kedalam ruang kesehatan. Dan.... Sepi. Tidak ada siapapun didalam sana. Apa Arata sudah dilarikan kerumah sakit? Tapi secepat itukah?

Pandangan Akina tertuju ke salah satu ranjang yang tertutup gorden putih. Mungkin Arata ada disana. Alina berjalan mendekat dan membuka gorden itu dengan perlahan.

Tes.... Air mata Alina jatuh begitu saja. Badannya terasa lemas hingga ia terduduk dilantai. Ia menangis dengan kepala yang tertunduk.

Seseorang menyentuh pundak Alina dari belakang. "Hei, kenapa kamu menangis? Apa kamu nggak suka?" tanya seseorang yang sudah Alina hapal suara dan juga sentuhan tangannya.

"Kamu.... Kamu...." Alina tidak dapat melanjutkan kata-katanya. Ia hanya bisa menangis karna terharu.
Disatu sisi ia merasa bahagia karna Arata selalu memberinya kejutan yang tidak pernah terduga. Disisi lain, ini membuatnya sedih karna semakin berat ia untuk meninggalkan Arata.

Arata menuntun Alina untuk bangkit dan mendekat keranjang. Alina menghapus air matanya dan tersenyum melihat kelopak bunga mawar berbagai warna yang bertebaran di atas ranjang membentuk I ♡ U. Ditengahnya ♡ terdapat kotak kecil yang terbuka. Memperlihatkan kalung dengan liontin berbentuk butiran api.

"Tetaplah menghangatkanku. Jangan biarkan es dalam diriku kembali membeku. Meskipun kita berjauhan. Hatiku mengatakan, kita akan bertemu lagi. Dan aku akan memastikan itu." ucap Arata sembari menyentuh pipi Alina.

Alina hanya menganggukkan kepalanya. Ia tidak bisa berkata-kata lagi.

Arata mengulurkan tangannya yang memegang jarum dan menusuk belasan balon diatas mereka dan bertaburlah kelopak mawar yang sebelumnya dimasukkan kedalam balon. Membuat Alina semakin terharu. Alina menutup mulutnya. Ia tidak pernah membayangkan akan di perlakukan seperti ini. Dan Arata juga tidak pernah terlihat mempersiapkan kejutan.

Arata menghapus air mata Alina. "Jangan menangis! Kita bersenang-senang hari ini." ucapnya.

Alina tertawa, walau air mata masih membasahi pipinya. "Aku menangis bahagia." ucapnya.

"Aku pikir, aku.... Aku akan semakin sulit untuk meninggalkanmu." ucap Alina.

"Hei, bicara apa kamu ini. Kamu sama sekali nggak meninggalkanku. Kita hanya berpisah sementara, untuk masa depan yang lebih baik." ucap Arata menenangkan kekasihnya.

Arata menarik tangan Alina dan memberikan jarum padanya.

"Masih banyak balonnya. Ayo!" ajak Arata.

Arata kembali menusuk balonnya. Dan kelopak mawar kembali beterbangan. Alina juga mulai menusuk balon yang seakan tak pernah habis itu. Arata berjongkok dibelakang Alina. Memeluk kaki Alina lalu mengangkatnya.

"Aaaa... Arata. Takut!" Teriak Alina.

"Sudah diamlah! Cepat tusuk balon-balon itu." perintah Arata.

Alina hanya menuruti perkataan Arata dan mulai menusukinya. Lantai dibawahnya sudah dipenuhi kelopak mawar.

'Sejak bertemu dengannya, aku mengerti apa arti menyayangi yang sesungguhnya. Apa arti dari kebahagiaan yang sederhana. Dan apa arti saling percaya.'

Arata menurunkan Alina lalu berbaring diatas kelopak mawar. Ia memejamkan matanya dan merasakan gesekan kelopak mawar yang berjatuhan diwajahnya.
Senyumnya terkembang sangat lebar.

'Kamu adalah jejak awan pesawat. Walau jejak itu akan hilang seiring hembusan angin. Tapi, setiap orang selalu menunggu pesawat itu melukiskan kembali jejaknya dilangit biru. Seperti halnya aku yang selalu menunggumu melukiskan kenangan didalam hatiku.'

Di Bawah Langit Berwarna SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang