33. Karna Cinta

54 10 0
                                    

Yuuki membuka matanya saat indra penciumannya menghirup aroma yang tidak sedap. Yuuki bangkit dari tidurnya, merentangkan kedua tangannya sembari menguap.

Ia turun dari ranjang dan berjalan menuju dapur.
Mata Yuuki terbuka lebar melihat dapur yang berantakan. Telur terjatuh di lantai, beberapa potongan sayuran juga berserakan. Daging yang ada di penggorengan berwarna hitam pekat.

"Arata!" Heboh Yuuki.

Arata menoleh kebelakang dan nyengir kuda melihat Yuuki ada di belakangnya. Ia menggaruk kepala belakangnya untuk mengurangi kegugupannya.

"Kamu nggak bisa masak?" tanya Yuuki.

Arata menggelengkan kepalanya. "Aku nggak pernah masak selama ini. Aniki yang selalu masak untukku!" jawab Arata tersenyum getir.

Yuuki menghela nafasnya lalu berjalan menghampiri Arata dan merebut pisau beserta ikan yang ada di genggaman tangan Arata.

"Kamu bersihkan itu, biar aku yang masak!" ucap Yuuki.

"Tapi nanti kamu telat!" ucap Arata.

"Tenang aja, aku sudah biasa mengatur waktu!" ucap Yuuki lalu mulai mengerjakan tugasnya.

<==>

Ikuta sensei masuk kedalam kelas. Memberikan daftar universitas pada para murid.

"Tes masuk universitas dilaksanakan minggu depan. Jadi pikirkan baik-baik universitas mana yang akan kalian pilih!" ucap Ikuta sensei.

"Tes masuk universitas? Kelulusan kan masih 4 bulan lagi!" ucap Alina menatap Mario.

"Disini seperti itu. Jadi saat kita lulus kita tidak perlu repot mendaftar dan tes. Kita tinggal masuk!" ucap Mario menjelaskan.

Alina mengangguk-anggukkan kepalanya dan mulai melihat daftar universitas yang ada di seluruh penjuru Jepang.  Ia masih belum tau akan melanjutkan kemana.

~

"Meiji?" tanya Sousuke.

"Ah!" jawab Arata tersenyum lembut.

Arata melingkari nama sekolahan yang ia inginkan. Meletakkannya di meja lalu mengembangkan senyumnya. Tidak terasa sebentar lagi ia akan lulus dan meninggalkan sekolah yang sudah memberinya begitu banyak kenangan.

Arata memandang keluar jendela kelas. Ia memikirkan sesuatu hal yang sejak semalam mengganggu pikirannya.

<==>

Arata duduk didepan Ren dan membuka buku yang baru saja ia ambil dari rak buku di perpustakaan.

"Kamu, pasti akan melanjutkan ke Meiji, 'kan?" tanya Arata.

Ren menganggukkan kepalanya. "Impianku untuk masuk ke Horikoshi tidak terwujud, jadi... Aku akan berusaha keras untuk bisa masuk ke Meiji!" ucap Ren.

Arata menghela nafasnya. "Apa aku harus meninggalkannya sendirian? Dia mungkin tidak akan melanjutkan ke Meiji." ucapnya.

"Maksudmu, Arina?" tanya Ren.

"Un." jawab Arata.

"Ini 'kan demi mimpi. Jadi dia pasti akan mengerti!" ucap Ren.

Arata tersenyum getir. Ia mengarahkan pandangannya ke buku dihadapan Ren.
Ia menarik buku itu dan membacanya.

'Kita membicarakan hal-hal kecil sementara berjalan di jalur bus
Di dekat jembatan Furukawa, entah kenapa perasaanku tiba-tiba menjadi sakit.
Cinta itu pun memenuhi perasaanku
Dan aku sedikit terpisah denganmu
Mengalir perlahan, ya, dihari yang biasa saja.

Di Bawah Langit Berwarna SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang