27. Liburan

50 10 0
                                    

Alina mengajak Ren ke berbagai tempat yang menarik dan ingin dikunjungi Ren. Ia juga menjelaskan mengenai tempat-tempat yang ia datangi bersama Ren. Mereka juga selalu mengambil gambar di setiap tempatnya.

Ren selalu takjub dengan tempat-tempat yang belum pernah ia lihat sebelumnya di Jepang. Selama ini, ia hanya melihatnya di internet dan mendengarnya dari berbagai cerita. Dan sekarang, ia berada ditempat itu langsungn Rasanya sangatlah membanggakan.

Selama satu minggu lebih mereka mengadakan tur dari kota ke kota demi mengunjungi destinasi winata yang ada di setiap kotanya.

"Tanoshikatta! (Ini sangat menyenangkan!)" ucap Ren yang kini tengah berada di kawah putih.

Di Jepang tidak bisa melihat kawah dengan sedekat ini. Bahkan, disini ia bisa menyentuh air kawahnya. Alina merasa kepalanya pusing dan perutnya mual. Ia berjalan menjauh dan mencari tempat sepi. Ren yang mengetahui itu segera menghampiri Alina yang muntah-muntah. Wajahnya juga seketika pucat.

"Arina, kamu nggak papa?" tanya Ren khawatir.

Alina menggelengkan kepalanya. Dan mengeluarkan tissue. Membersihkan bibirnya.
Kepalanya juga masih terasa sangat pusing.

"Sebaiknya kita ke dokter, apakah kamu benar hamil atau tidak?" ucap Ren.

"Ren-san!" ucap Alina terkejut dengan perkataan Ren.

"Kenapa? Kamu mual dan juga pusing, itu tanda orang hamil 'kan? Tenang, aku akan mengabari Arata. Dia pasti senang akan menjadi seorang ayah." ucap Ren.

Ren mengeluarkan ponselnya dan mencari kontak Arata. Belum sampai Ren menemukan kontak Arata, Alina terlebih dulu melepas ponselnya.

"Aku nggak hamil Ren-san. Aku cuma nggak kuat dengan bau belerangnya, jadi pusing dan mual!" jelas Alina.

"Eh? Benarkah? Aku pikir kamu hamil." ucap Ren menggaruk-garuk kepala belakangnya.

"Jadi kamu benar-benar berpikir aku dan Arata melakukannya?" tanya Alina.

Ren menganggukkan kepalanya. Memangnya apalagi yang dilakukan pria dan wanita jika tidur bersama jika bukan itu.

"Ren-san, harus berapa kali aku bilang. Aku dan Arata nggak melakukan apapun. Ck.. Kamu jangan percaya omongan Yuka dan lainnya." ucap Alina menjelaskan.

"Aku masih nggak percaya!" ucap Ren.

"Astaga! Ini gara-gara Yuka. Ck.." gumam Alina kesal.

"Tapi, sungguh kamu nggak papa?" tanya Ren memastikan.

"Iya." jawab Alina mengangguk mantap.

<==>

Pesta kembang api akan diadakan malam ini. Hampir separuh dari siswa kelas E membawa pasangan masing-masing. Baik dari kelas E maupun kelas lain. Dan benar saja, Sousuke mengundang Yuka untuk ikut menyaksikan kembang api.

Arata berdiri dibarisan paling kanan. Ia tersenyum tipis melihat teman-temannya asik bersenda gurau dengan pasangan masing-masing. Dan tak dapat di pungkiri ia merasa iri.

Senyum di wajah Arata seketika menghilang saat ada yang menggenggam lengannya. Ia segera mengarahkan pandangannya ke orang yang menyentuh lengannya.

"Sayuri!" lirih Arata.

"Aku minta maaf soal waktu itu. Itu karna aku sudah tidak dapat menahan rasaku." ucap Sayuri dengan kepala tertunduk.

Arata melepas genggaman tangan Sayuri dari lengannya dan sedikit mundur. Menjaga jarak dengan Sayuri.

"Aku sudah punya pendamping. Harusnya kamu memahami itu. Dan tidak berbuat sejauh itu." ucap Arata.

Duaarrr...

Di Bawah Langit Berwarna SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang