Alina menyendiri di ruang kesehatan yang saat itu tidak ada siapapun. Ia terus saja menangis. Tak peduli sekalipun ada yang mengatakannya cengeng. Ia merasa ditipu oleh Arata.
Hatinya sangatlah sakit. Jika tau Arata adalah mantan Arista mungkin ia tidak akan menyukai Arata lebih jauh lagi. Memilih untuk menghapus perasaannya pada Arata dan tidak akan sejauh ini."Dengan bercerita kamu akan merasa lega. Aku bersedia mendengar ceritamu."
Alina mendongakkan kepalanya dan melihat Ren berdiri dihadapannya dengan tangan yang terulur memberikan sapu tangan padanya. Perlahan tangan Alina terulur dan menggenggam sapu tangan itu. Ia mengusap air matanya dengan sapu tangan itu. Membersihkan jejak air mata dipipinya.
Ren ikut duduk di lantai dan menyandarkan tubuhnya di dinding.
"Aku tidak begitu paham dengan cinta. Tapi, aku akan mendengarkan semua keluhanmu." ucapnya.Alina menjauhkan sapu tangan dari wajahnya. Ia mengatur nafas dan emosinya.
"Aku, kecewa dengan Arata. Kenapa dia nggak mau bilang dari awal kalau dia mantan sahabatku. Aku merasa seperti mengkhianati sahabatku. Aku bilang nggak tau mantannya ada dimana dan bagaimana kabar mantannya. Padahal orang itu ada didekatku. Aku merasa aku adalah orang yang jahat." Alina kembali menitikkan air matanya."Apa Arata sudah menjelaskannya?" tanya Ren dengan lembut.
Alina menggelengkan kepalanya. Arata tidak mengatakan apapun. Bahkan tidak berusaha untuk mengejarnya. Itu membuatnya semakin marah. Ia rasa, Arata benar-benar ingin mempermainkannya.
"Mungkin dia punya alasan lain kenapa dia tidak mengatakan padamu. Saat kamu mencoba menutupi sesuatu dari orang terdekatmu, kamu pasti punya alasan kenapa kamu menutupi itu. Walau seharusnya orang itu tau yang sebenarnya." ucap Ren.
Alina mendongakkan kepalanya mendengar kata-kata yang terlontar dari mulut Ren. Matanya menatap pria jenius itu lekat-lekat.
"Semua orang pasti pernah melakukan itu. Begitupun denganku. Aku mengerti sekarang kamu sedang marah, kamu kesal karna semua kenyataan itu. Sulit untukmu menerimanya. Tapi saat kamu sudah tenang, cobalah berpikir dengan kepala dingin. Lagipula, itu hanya mantan, kan? Bukan pacar." ucap Ren masih dengan lembut.
Ren tersenyum lalu menyentuh kepala Alina dan sedikit mengacak poni Alina.
"Aku tau sekarang. Cinta memang bisa merubah sifat seseorang. Seperti yang terjadi padamu sekarang, walau itu hanya berlangsung beberapa menit. Tapi, jangan sampai kita terlalu dikendalikan oleh cinta. Bagaimanapun juga, logika tetap dibutuhkan disaat apapun. Termasuk disaat seperti ini." ucap Ren.Alina menganggukkan kepalanya mengerti. "Arigatou Ren-san!" ucapnya. Alina mencoba menarik kedua sudut bibirnya untuk memberikan sebuah senyuman. Ia merasa sedikit lebih tenang sekarang.
"Arina," panggil Ren pelan.
"Hai!" jawab Alina.
"Kamu sudah mengajariku banyak hal. Dan selama itu, aku baru menyadarinya sekarang. Aku menyukaimu!"
Alina tertegun mendengar Ren menyatakan perasaan padanya. Sampai sekarangpun Alina tetap menganggap Ren sebagai teman. Tapi ia juga menyadari suatu hal, bahwa ini pertama kalinya Ren jatuh cinta.
"Tenang, aku nggak minta kamu untuk membalasnya." ucap Ren menyunggingkan senyuman lebar."Karna aku mencintaimu dengan tulus. Jadi aku tidak mengharapkan apapun darimu." Lanjut Ren.
"Ren-san!" Alina benar-benar kagum pada Ren. Ren orang yang sangat baik.
"Jangan bersedih ya." pinta Ren.
Alima tersenyum lebar. "Arigatou!"
<==>
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Bawah Langit Berwarna Sakura
Teen FictionKehidupan di Jepang itu keras, benarkah? Ada istilah 'Kalau kamu tidak punya sesuatu yang menguntungkan. Maka kamu tidak akan memiliki teman.' Alina Putri. Anak seorang pengusaha yang selalu berpindah tugas dari satu negara ke negara lain. Dan pada...