"Apa maksudmu mengatakan untuk melanjutkan kegiatan? Kamu pikir apa yang kami lakukan?" marah Alina."Aku nggak bilang untuk melanjutkan kegiatan yang aku lihat, 'kan? Aku cuma bilang lanjutkan kegiatanmu itu, itu bisa saja belajar. Kamu saja yang terlalu berpikir kesitu, berarti kamu memang melakukan itu." ucap Arata sekenanya.
Alina semakin naik pitam mendengar kata-kata Arata yang seperti merendahkannya. Ia mengangkat tangannya dan mengayunkannya kearah Arata tapi tiba-tiba Ren muncul didepannya dan tangannya mendarat di pipi Ren.
"Ren-san!" ucap Alina terkejut.
Arata melangkah pergi meninggalkan ruangan yang sudah membuat hatinya sedikit teriris.
"Kenapa kamu muncul dihadapanku?" omel Alina.
"Aku cuma mau kalian berhenti bertengkar. Ini semua salahku, kalau aku berhenti menggelitikimu, ini nggak akan terjadi." ucap Ren.
"Sudahlah, ini bukan waktunya untuk menyesali semua itu." ucap Alina yang masih kesal dengan Arata. Pria dingin itu benar-benar menyebalkan. Bukannya meminta maaf dan mencoba menjelaskan semuanya, malah semakin membuat masalah.
<==>
Sepulang sekolah Arata langsung menggandeng tangan Alina dan membawanya ke bukit dibelakang sekolah.
Sepanjang perjalanan menuju bukit, Alina terus meronta meminta Arata melepaskan genggaman tangannya.
Tapi Arata seperti menutup telinganya dan sama sekali tak merenggangkan genggaman tangannya. Yang ada semakin mempererat genggaman tangannya. Itu menyakitkan, tau!Sesampainya dibukit, Arata mendorong Alina hingga punggung Alina menempel pada batang pohon sakura dan menguncinya dengan tubuhnya.
"Minggir... Apa yang kamu lakukan hah?" Alina mendorong tubuh Arata tapi itu sama sekali tak berefek.
"Kenapa kamu melakukannya?" tanya Arata.
"Bukannya kamu bilang itu nggak penting?" tanya Alina
"Bukan itu yang aku maksud. Kamu bilang waktu itu kamu menyukaiku, tapi..... Kenapa kamu melakukan itu dengan Ren?" tanya Arata dengan tatapan seduktif.
Alina memukul kepala Arata dengan buku yang di pegangnya.
"Sudah kubilang aku nggak melakukan itu.""Jelaskan, apa kamu cuma mau mempermainkanku?" Arata menatap lurus mata Alina.
"Harusnya aku yang bilang seperti itu." nada bicara Alina mulai turun dan suaranya juga mengecil.
"Kamu yang mempermainkanku, dan bodohnya aku terjebak dalam permainanmu." ucap Alina lagi.
Tangan Arata menyentuh tangan Alina tapi Alina segera menyingkirkan tangan Arata. Ia mengalihkan pandangannya.
"Kalau aku mau mempermainkanmu, bisa lebih dari ini." ucap Arata.
Alina bergerak membalikkan badannya dan memunggungi Arata.
"Aku tidak mengatakannya padamu karna aku tau satu hal!" ucap Arata mengambil jeda. "Aku tau kamu akan menjauh seperti saat ini dan itu membuat hatiku sakit." lanjutnya.
"Tapi..... Bukannya kita memang nggak pernah dekat, 'kan?" sahut Alina.
"Ya! Kita memang nggak pernah dekat. Tapi tanpa kita sadari, hati kita selalu dekat." ucap Arata.
Beberapa kelopak bunga sakura kembali berguguran saat angin berhembus. Arata maju beberapa langkah lalu memeluk Alina dari belakang dan menyandarkan dagunya di atas kepala Alina. Alina tak bergerak sedikitpun. Ia membiarkan Arata memeluknya. Sejujurnya, ia juga sangat merindukan Arata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Bawah Langit Berwarna Sakura
Ficção AdolescenteKehidupan di Jepang itu keras, benarkah? Ada istilah 'Kalau kamu tidak punya sesuatu yang menguntungkan. Maka kamu tidak akan memiliki teman.' Alina Putri. Anak seorang pengusaha yang selalu berpindah tugas dari satu negara ke negara lain. Dan pada...