20. Seperti Air

70 11 0
                                    

Alina mengikatkan tali dipinggang baju mandi yang ia kenakan. Ia membuka pintu kamar mandi dan terkejut melihat Arata ada didepan pintu kamar mandi.

"Kamu... Apa yang kamu lakukan? Kamu mau ngintip?" selidik Alina.

"Aku udah bilang, kan? Bodymu nggak menarik!" ucap Arata terkekeh.

Candaan itu sama sekali tidak lucu bagi Alina. Kalau saja kaki kanannya tidak sakit, ia sudah menginjak kaki Arata dengan kuat.

"Sudah kubilang 'kan, jangan tinggalkan kamar. Lalu, bagaimana kamu bisa sampai ke kamar mandi?" tanya Arata.

Alina menunjuk kakinya. Ia berjalan hanya dengan satu kaki. Kaki kanannya memang sudah bisa ditapakkan dilantai, tapi masih sakit jika digunakan untuk berjalan.

"Kalau terjadi sesuatu padamu, itu diluar tanggung jawabku!" ucap Arata.

"Iya!" jawab Alina kesal.

Arata menuntunnya, membawanya masuk kedalam kamarnya. Ia mendudukkan Alina di kursi dekat meja belajarnya.

"Sekarang kamu pakai baju apa? Mana mungkin kamu pakai bajuku?" tanya Arata.

"Seragam sekolahlah, apalagi?" ucap Alina sambil menyisir rambutnya yang basah dengan tangannya.

"Kamu mau menggodaku hah?" tuduh Arata.

"Eh? Siapa suruh kamu masih didalam." protes Alina.

Arata bergegas keluar kamar dan menutup pintu kamarnya. Sebelum pikirannya melayang kemana-mana.

~

Setelah memakai seragam sekolahnya lagi, Alina duduk didepan kaca dan merapikan rambutnya. Ia menghentikan gerakan tangannya saat ada bayangan Arata di cermin. Dan Arata hanya mengenakan handuk sebatas pinggang hingga lutut. Tubuh dan rambutnya juga masih terlihat basah.

"Yaaaa! Apa yang kamu lakukan?" Alina segera menutup matanya. Walau ia hanya melihatnya dari cermin, itu sangatlah memalukan.

Arata menepuk jidatnya. Ia lupa kalau ada Alina didalam kamarnya. Untung saja ia belum membuka handuknya.

"Cepat keluar!" seru Alina dengan tangan yang masih menutupi matanya.

"Aku kan mau pakai baju, kamu ajalah yang keluar!" Tolak Arata.

"Kakiku sakit!" ucap Alina.

Arata menghela nafas berat. Ia mengambil pakaian yang ia perlukan dari dalam lemari lalu membawanya keluar dan memakai baju di kamar Hiroto. Benar-benar merepotkan membawa wanita ke rumahnya.

~~

Hiroto melepas sepatunya dan meletakkannya di rak yang sudah di sediakan.

"Arata!" panggil Hiroto.

Arata keluar dari kamar Hiroto sembari mengeringkan rambutnya dengan mengusapnya dengan handuk.

"Ini, berikan pada Alina!" Hiroto meletakkan tas belanja di meja.

Arata menghampirinya dan membuka tas itu. Ia tersenyum saat ia mengetahui isi tas itu adalah baju.

"Terimakasih, Aniki" Arata masuk kedalam kamarnya dan memberikan baju yang dibelikan Hiroto pada Alina.

~~

"Arata, apa nggak papa dia tinggal disini? Maksudku, bagaimana dengan orangtuanya?" tanya Hiroto yang tengah menyiapkan makan malam.

"Aku sudah membicarakan ini dengan orangtuanya. Jadi, aniki nggak perlu khawatir. Lagipula, dia terluka karna aku, jadi aku harus bertanggung jawab. Aniki selalu bilang sama aku, kalau kita harus mempertanggung jawabkan setiap apa yang kita lakukan, iya kan?" ucap Arata panjang lebar.

Di Bawah Langit Berwarna SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang