An Accident // Liam Payne

1K 62 2
                                        

Sepulang dari sekolahnya, Dini berjalan cepat menuju halte bus karena hujan sedikit demi sedikit mulai turun. Dini membiarkan rambut panjangnya tergerai sempurna sehingga dia kelihatan sangat cantik, dia memang cantik. 

Saat tiba di halte bus dia menunggu sambil duduk di bangku yang disediakan tiap halte bus. Ia memasang headset di telinganya dan memasangkannya pada lubang diatas Handphone-nya kemudian dia mencari-cari lagu yang pas dan yang ingin ia dengarkan untuk saat ini. 

Dini mendengarkan lagu Little Things dari One Direction dengan volume yang sangat keras. Dini pun tersadar bahwa bus sudah terhenti di depannya, pun ia segera masuk dan memilih tempat duduk disamping jendela. Dini masih mendengarkan musiknya, tidak jarang dia mengetuk-ngetukan kaki atau tangannya untuk mengikuti irama musik yang mengalun indah di telinganya. 

Seseorang duduk disamping Dini, dan bus mulai berjalan. Dini masih memandang lurus ke depan. 

"Hei" 

Dini menoleh ke arah asal suara tersebut. Tepat disampingnya. "Ya?"

"Kau mendengarkan lagu One Direction?" tanya pria yang memakai Hoodie serta kacamata hitamnya. 

"Hm. Bagaimana kau bisa tahu?" 

"Kau memutarnya dengan volume keras dude"

"Oh." 

Saat itu juga pria itu melepas hoodie dan kacamatanya. Astaga, Dini mengucek kedua matanya berkali-kali, untuk memastikan apa dia tidak salah lihat. Tapi, dia benar-benar tidak salah lihat.

"L-iam?" tanya Dini tergagap, dia bisa mendengar degup jantung yang sangat cepat dan keras sekarang.

"Ya, namamu siapa?"

"Aku Dini"

Liam menjabat tangan Dini dan memberikan senyuman indah kepadanya, Dini masih saja tidak percaya bahwa ia bertemu, Liam. 

Tiba-tiba saja bus yang Dini dan Liam naiki menambah kecepatan, benar-benar cepat apalagi ini sedang hujan. Melihat wajah Dini yang ketakutan, Liam meraih tangan Dini dan menggenggamnya erat. "Baik-baik saja" kata Liam memastikan dengan anggukan dan senyuman, dan Dini ia merasa aman. 

Bus yang mereka naiki makin menggila, sopir bus kewalahan di depan karena ternyata rem bus-nya blong, semua penumpang sontak menjerit dan takut. 

Bruk. Bus itu menabrak pohon besar, dan Liam tiba-tiba saja terguling dari tempatnya kemudian menabrak bagain bus yang terbuat dari besi. Dini menghampiri Liam dengan perasaan khawatir-panik-takut-sedih-dan ingin menangis. Dini mengguncang-guncangkan tubuh Liam sambil menangis.

"Ku mohon Liam, bertahan lah"

Dini menangis, kemudian Dini segera mengambil langkah cepat untuk menelepon ambulan. Setelah datang ambulan, Liam dibawa ke rumah sakit tentu Dini ikut. Hanya Liam yang menjadi korban di dalam bus itu, tempat yang  mereka duduki memang strategis apalagi Liam duduk di pinggir. 

Para suster bolak-balik dari tempat Liam di tangani sekarang, Dini menunggu di luar sembari menangis. Dia menutupi wajahnya dengan kedua tangan agar tidak mencuri perhatian semua orang yang lewat dihadapannya. 

"Anda keluarganya?" tanya Dokter yang menghampiri Dini. Dini pun berdiri dan segera menghapus air mata nya.

"Saya temannya dok. Apa dia baik-baik saja?"

"Anda bisa menjenguknya, jangan terlalu banyak diajak bicara" Dini mengangguk kemudian dokter itu pergi, cepat-cepat Dini masuk ke kamar Liam berada.

Dini meraih kursi dan duduk dikursi itu, sambil memerhatikan Liam yang matanya masih terpejam dengan perban yang menutupi rambutnya. Dini menangis, ia meraih tangan Liam dan menggenggamnya.

"Aku senang bisa bertemu denganmu Liam" kata Dini sembari menangis dan mencium tangan Liam. "Terima kasih karena telah membuat mimpiku kenyataan, dapat bertemu denganmu adalah impian terbesarku, tapi sekarang kau datang menemuiku dan aku melihatmu terbaring disini. Semua salahku" 

Dini makin terisak, mata Liam perlahan terbuka dan dia menghapus air mata Dini. "Kau sudah bangun?" tanya Dini kikuk dan menepis tangan Liam dari pipinya secara pelan. "Maaf" tambah Dini seraya menghapus air matanya dengan cepat. Liam tersenyum.

"Jangan menangis, lihat aku baik-baik saja"

"Tentu kau tidak baik-baik saja!" balas Dini meninggikan nada suaranya. 

"Aku baik-baik saja serius, lihat aku" Pun Liam menggerakan otot-ototnya dan tangannya menunjukan bahwa ia baik-baik saja, Dini terkekeh.

"Cukup, cukup. Kau butuh istirahat Liam" 

"Kau benar" 

"Aku bisa menghubungi keluargamu, bisa aku minta nomor mereka?"

"Tidak perlu, aku hanya ingin ditemani oleh mu Dini. Itu sudah cukup."

Deg. 

Dini menatap mata Liam dan melihat tidak ada kebohongan yang terukir dimatanya, Liam memejamkan matanya dan menyuruh Dini untuk menidurkan kepalanya disebelah tangannya, Liam pun mengelus puncak kepala Dini dan mereka tertidur.

Mereka jatuh cinta.

...

Untuk dini, semoga suka ceritanya yah x 

fatma x

Daydreamer ⇨ Random One Shot{s}Where stories live. Discover now