Lelaki itu menggeram pelan kemudian membanting ponselnya ke samping, “Argh, aku pasti tidak bisa move on kalau hanya berdiam diri tanpa menyibukkan diri. Sialan, aku teringat dia lagi.” Gumam lelaki yang bernama Harry, iapun mengacak rambutnya sebal.
“Bung! Kau kenapa? Aku tau, kau masih ingat dengan Jasmine kan? Kalau begitu ikut aku sekarang juga, aku akan mengenalkanmu pada teman gadisku. Dia cantik.” Ujar Liam Payne sembari mengambil duduk disebelah Harry. Ia tahu persis bagaimana keadaan sahabatnya itu, baru diputusin oleh Jasmine dua minggu yang lalu dan kau tahu apa? Ya, Harry gagal move on.
“Tidak perlu, aku akan membeli beberapa novel baru dan membacanya seharian dari pada ikut denganmu ke pub. Aku bosan, Liam. Dan satu-satunya temanku kalau sedang bosan adalah—”
“Buku? Great, aku sudah tahu itu. Ya sudah, kabari aku kalau ada apa-apa. Jaga flat kita, aku tidak ingin ada maling yang mencuri celana dalamku lagi, Styles!”
“Oh Liam, aku tahu kau pasti perlu celana dalam yang baru, karena ya pasti junior mu merasa sesak didalam sana. Sudahlah, Liam beli yang baru saja dan biarkan si pencuri itu mengambil celana dalammu yang pasti sudah kesempitan.”
Liam memutar bola mata, kesal. “Sialan kau, aku belum mendapat gaji pertamaku bulan ini. Jangan banyak bicara, aku pengin pergi. Jangan lupa kunci pintu, Styles!” Katanya sembari meninggalkan Harry di dalam flat mereka berdua.
Lelaki yang memiliki mata hijau dan rambut keriting itupun terkekeh singkat karena sahabatnya. Iapun bangkit dari tempatnya, dan mengambil jaket di lemarinya. Setelah itu, ia langsung keluar dari flat-nya, tidak lupa pintunya sudah terkunci.
Harry berjalan dengan jaket yang diapit oleh tangannya. Ia membetulkan rambutnya yang berantakan, membuatnya tambah cool. Tidak lama ia memberhentikan langkahnya ketika melihat Jasmine—mantan kekasihnya—sedang bermesraan dengan teman sekampus mereka, Louis Tomlinson.
Harry semakin naik darah. Tangannya terkepal kuat menandakan dia marah besar, iapun segera menghampiri Louis dan Jasmine. Jasmine hanya memasang raut wajah bingung ketika tiba-tiba Harry menghampiri mereka.
Satu pukulan mendarat di sudut bibir Louis. Jasmine berteriak histeris. Sementara Louis tidak mau kalah langsung menonjok balik Harry. “Hey asshole, kau dan Jasmine sudah putus kan? Kau tidak ada hak dengannya!” Pekik Louis semakin menjadi-jadi. Kini, Harry yang kalah ia jatuh tersungkur sembari memegangi sudut bibirnya yang sudah berdarah.
Jasmine yang ingin menolong Harry malah dibawa menjauh dengan Louis secara paksa. Bukannya apa, Harry bersikap begitu karena semua orang tahu Louis bukan orang yang baik. Louis adalah seorang player tingkat atas, dan Harry yakin hubungan Jasmine dan Louis tidak akan bertahan lama. Bukannya Harry berharap lebih atau apa, ia masih mencintai gadis itu.
Pun Harry bangkit berdiri dan segera menjauh dari kafe itu sekarang juga sebelum diusir oleh pemiliknya karena membuat keributan yang terjadi tadi. Pandangan mata hanya menatap Harry kasihan, mereka tahu Harry melakukan hal seperti tadi karena mencoba melindungi kekasihnya.
Tanpa basa-basi, kini Harry kembali melangkah menuju tujuan awalnya. Toko buku, tempat favorit kedua selain taman yang dulu sering menjadi tempat kencannya dengan Jasmine. Harry mengusap wajahnya dengan kedua tangan, berharap bayang-bayang Jasmine hilang dalam sekejap. Lelaki itu memakai jaketnya karena malam ini begitu dingin.
Setibanya di toko buku yang buka 24 Jam itu, ia langsung masuk dan menghampiri gadis yang tengah sibuk dengan buku-buku yang harus dirapihkan. “Tasya, aku datang.” Ujarnya lirih sembari duduk diseberang gadis itu, kini Tasya memutar wajahnya dan memasang raut wajah bingung yang sama seperti Jasmine tadi.
YOU ARE READING
Daydreamer ⇨ Random One Shot{s}
Fanfiction{Request closed for a while. One condition: Follow me:)} ❝Daydreaming is okay, even better if you can make some lasting memory out of it.❞ [©hemmingsstagram]
