Spring in Dutch [teacherxstudent] // Zayn Malik

570 24 2
                                    

Mevrouw: mrs.

Dank u wel: thank you

Ik hou van jou: I love you

**

Sanaz menekan dadanya dengan sebelah tangan. Rasa sakitnya masih terasa hingga sekarang seakan ada beban yang ingin menghantam dirinya. Sanaz sendiri bingung ia sudah melakukan berbagai cara untuk melupakan mantan kekasihnya, namun, ia juga perlu waktu yang panjang. Tidak semudah yang kalian pikirkan!

Setelah itu, Sanaz melangkahkan kakinya menuju perpustakaan yang ada disekolahnya. Ia bukan murid melainkan adalah guru. Waktunya ia habiskan untuk mengajar anak-anak yang berumur dua tahun dibawahnya setelah itu ia menghabiskan sisa waktunya di perpustakaan sampai perpustakaan itu sendiri ditutup. Tidak ada yang Sanaz lakukan disana, hanya merenung juga membaca buku, namun pikirannya terkadang melayang mikirkan masa-masa indah Sanaz dengan mantan pacarnya. Miris memang..

Buku-buku dirak yang tersusun rapih tidak membuat mood Sanaz bertambah baik. Biasanya ia senang sekali melihat buku walaupun tidak dibaca, buku adalah hidupnya. Tapi, akhir-akhir ini Sanaz merasa hidupnya kembali seperti dulu,  kembali abu-abu. Mantan pacarnya lah yang membuat hidup Sanaz terasa hidup, tapi gadis itu masih tetap tegar akan keputusan mantannya. Perbedaan pendapat serta agama yang menjadi masalah mereka dan juga Sanaz merasa tidak cocok dengan mantannya jadi mereka memutuskan hubungan dengan cara baik-baik walaupun masih ada hati yang tersakiti.

Sanaz menggeser kursi dan duduk disana. Ia membaca bukunya yang tadi sempat dipilih. Pikirannya melayang-layang, like I said before ia selalu begitu. Sanaz meletakkan bukunya diatas meja, ia mengusap kepalanya dengan kedua tangan.

“Mengapa dia lagi.. dia lagi.” Gumamnya pelan. Sungguh ia sendiri tak kuasa, dulu ia berpikir bahwa move on itu gampang. Nyatanya? Karma memang ada pada saatnya. Dan kini, ia mempercayainya.

Hallo,  Mevrouw(*) Sanaz. Aku ingin mengantarkan tugasku yang terlambat.” Ujar Zayn yang notabenenya adalah murid Sanaz, laki-laki itu mengejar Sanaz sampai perpustakaan dan kini, ia sudah berada dihadapan gurunya sambil mengulas sebuah senyuman. Guru yang terbilang muda dan sangat cantik ini menjadi idaman Zayn sejak satu tahun yang lalu. Ia sempat mencoba mendapatkan hati Sanaz namun ternyata ia sudah punya kekasih. Tapi, sekarang lain lagi karena Sanaz sudah tidak memiliki kekasih.

Dank u wel(*) en tolong bilang yang lainnya ya, kalau masih ada belum mengumpulkan temui saya besok,”  Balas Sanaz sambil menerima makalah tugas milik Zayn. Bukannya pergi, Zayn malah mendudukan dirinya dibangku seberang Sanaz. Ia bertopang dagu sambil memperhatikan Sanaz. “Zayn. Kau bisa pergi sekarang juga. Tunggu apalagi? Saya sudah menerima tugasmu.” Tambah Sanaz sambil mengernyitkan dahi.

Mevrouw Sanaz, aku tahu kau butuh teman. Saya siap mendengarkannya.”  Kata Zayn seraya melipat kedua tangannya diatas meja, memperhatikan gadis yang dua tahun lebih tua dihadapannya dengan cermat. Cantik, betapa inginnya ia memenangkan hati gadis itu. Ia tahu, hubungan guru antara murid tidak diperbolehkan namun, itu tidak menjadi penghalang bagi Zayn untuk bisa memenangkan hati gadis itu.

Sanaz bangkit dari duduknya. Sungguh, ia tidak sudi membagi cerita tentang dirinya yang tidak bisa move on dari siapapun manalagi itu Zayn! Ia sendiri sering salah tingkah kalau berada didekat Zayn, tidak tahu kenapa. Laki-laki itu dulu hampir mendapatkan hati Sanaz tetapi, Sanaz tahu diri karena ia seorang guru dan tidak lama Liam—mantan kekasihnya—menembaknya dan mulai dari situlah semuanya berawal.

Setelah mengembalikan buku diraknya, Sanaz mengambil tas selempangnya dimeja baca dan berangsur keluar dari perpustakaannya. Zaynpun tidak tinggal diam, laki-laki itu mengejar Sanaz sampai keluar gerbang sekolah.

Daydreamer ⇨ Random One Shot{s}Where stories live. Discover now